Mengelola keuangan keluarga selalu menjadi masalah bagi pasangan. Bagaimana cara membelanjakan uang, bagaimana cara menabung, bagaimana cara berinvestasi secara efektif,... adalah pertanyaan yang selalu muncul bagi pasangan, bahkan mereka yang telah menikah bertahun-tahun.
Biasanya, di banyak keluarga, istri akan menjadi "penjaga harta" karena ia banyak akal, tahu cara mengelola dan merawat suami serta anak-anaknya. Namun, di banyak keluarga, suamilah yang bertanggung jawab mengelola keuangan. Banyak orang berpikir bahwa
Pria memimpin di luar, wanita memimpin di dalam. Setelah menikah, apakah suami Anda akan memberikan kartu gajinya? Apakah Anda akan marah jika dia tidak memberikannya? Hari ini kita membahas: Apa saja alasan pria tidak mau memberikan kartu gajinya setelah menikah?
1. Khawatir wanita menghabiskan uang secara sembrono
Kepercayaan adalah fondasi pernikahan. Ketika seorang pria khawatir istrinya menghabiskan uang secara sembrono dan tidak mempercayainya, ia akan dengan tegas menolak untuk menyerahkan kartu gajinya.
Terutama setelah menikah, perempuan seringkali memiliki banyak pengeluaran tetapi tidak tahu bagaimana menggunakan uang dengan bijak. Mereka bisa menghabiskan banyak uang untuk gaun, kosmetik, sepatu, dan sebagainya. Hal ini benar-benar mimpi buruk bagi pria, membuat mereka stres setiap kali pulang.
Peran laki-laki seringkali menjadi pilar ekonomi . Mereka ingin memiliki penghasilan yang baik untuk membahagiakan istri dan anak-anak mereka. Mereka juga ingin perempuan mereka menjadi "penjaga kunci", sandaran kokoh yang membantu mereka mengelola keuangan keluarga.
Banyak suami yang ngeri dengan kebiasaan belanja istri mereka yang sembarangan. (Foto ilustrasi)
2. Tidak menemukan titik temu dalam pengeluaran
Alasan pria enggan menunjukkan kartu gaji mereka mungkin karena mereka tidak sepakat soal pengeluaran. Mereka ingin mandiri satu sama lain untuk menghindari pertengkaran. Mereka juga tidak ingin terbebani oleh banyak kendala keuangan.
Namun, jika dipikirkan dengan saksama, meskipun pasangan tidak dapat mencapai kesepakatan dalam mengelola pengeluaran, mereka dapat dengan mudah berselisih paham dalam banyak hal lain, seperti pandangan hidup, kepribadian, kebiasaan, cara mengasuh anak, dan sebagainya. Singkatnya, hanya jika pasangan dapat berpikir dari sudut pandang masing-masing, saling bertoleransi, dan memahami, barulah mereka dapat lebih harmonis dalam segala hal.
3. Ingin menjadi kepala keluarga dan ingin mengendalikan
Baik pria maupun wanita memiliki naluri untuk mengendalikan, tetapi hasrat pria untuk mengendalikan relatif kuat. Semakin tidak aman seorang pria, semakin ia ingin mengendalikan keuangannya dan orang-orang di sekitarnya.
Itulah sebabnya banyak pria enggan menyerahkan kartu gaji mereka kepada istri untuk dikelola. Mereka ingin menjadi kepala keluarga, mengendalikan keuangan keluarga, dan ingin istri mereka menjadi pusat perhatian. Mereka akan merasa sangat tidak nyaman ketika harus meminta uang kepada istri mereka untuk membeli sebungkus rokok atau secangkir kopi.

(Ilustrasi)
Seorang istri yang lembut, penuh perhatian, dan berperilaku baik akan membuat suaminya memercayainya dan memberinya tugas "menjaga kunci perbendaharaan". Namun, ketika memegang gaji dan kartu-kartu suaminya, istri perlu memperhatikan perasaan suaminya dan tidak boleh terlalu mengontrol atau ketat.
Bila istri sudah melakukan semua hal di atas dengan baik tetapi tetap tidak bisa mendapatkan kepercayaan suaminya, bisa jadi karena sang suami terlalu mementingkan uang atau kurang mencintai istrinya.
[iklan_2]
Sumber: https://giadinh.suckhoedoisong.vn/vi-sao-dan-ong-khong-muon-giao-luong-the-ngan-hang-cho-vo-khong-phai-ho-bun-xin-ma-vi-3-ly-do-sau-172240510210629879.htm
Komentar (0)