CEO Apple Tim Cook mengumumkan investasi sebesar $600 miliar di Ruang Oval pada 6 Agustus - Foto: AFP
Pada 6 Agustus, Apple mengumumkan rencana investasi tambahan sebesar $100 miliar untuk sistem manufaktur dan teknologi domestiknya. Keputusan ini tidak hanya menambah total investasinya di AS menjadi $600 miliar, tetapi juga menimbulkan banyak pertanyaan tentang masa depan operasi manufaktur di Asia Tenggara—area yang menjadi fokus Apple untuk diperluas dalam beberapa tahun terakhir.
"Amerikanisasi" yang Komprehensif
Menurut Reuters, ini adalah langkah strategis dalam kerangka Program Made in America (AMP) untuk membawa produksi komponen utama dan infrastruktur teknologi tinggi kembali ke AS.
CEO Tim Cook mengatakan investasi tersebut akan difokuskan pada pengembangan semikonduktor, kaca tempered untuk iPhone dan Apple Watch, serta membangun infrastruktur untuk kecerdasan buatan (AI) dan sistem data di AS. Apple akan memproduksi lebih dari 19 miliar chip pada tahun 2025 melalui 24 pabrik yang berlokasi di 12 negara bagian.
TSMC - mitra utama di Arizona - akan memainkan peran penting dalam memproduksi chip tercanggih.
Raksasa teknologi yang berbasis di Cupertino ini berencana merekrut 20.000 orang lagi di bidang penelitian dan pengembangan (R&D), desain chip, dan AI. Apple juga akan memperluas jaringan pusat datanya, mengembangkan akademi manufaktur di Detroit, dan membangun pabrik server berskala besar di Houston.
Jaringan mitra strategis dalam perluasan ini meliputi Coherent, GlobalWafers, Applied Materials, Texas Instruments, dan Broadcom - nama-nama besar dalam industri semikonduktor dan material teknologi AS.
"Pengumuman hari ini merupakan kemenangan lain bagi manufaktur Amerika dan langkah penting menuju pemulihan rantai pasokan penting guna melindungi keamanan ekonomi negara kita," kata juru bicara Gedung Putih, Taylor Rogers.
Langkah ini juga diharapkan dapat membantu Apple menstabilkan margin keuntungan jangka panjangnya. Menurut Investor Business Daily, berita tentang paket investasi baru ini menciptakan reaksi positif ketika saham Apple naik lebih dari 5% pada sesi perdagangan 6 Agustus.
Tantangan bagi Asia Tenggara
Presiden Donald Trump menyebut investasi baru Apple sebagai "langkah signifikan" menuju tujuan ambisiusnya untuk memastikan setiap iPhone yang dijual di Amerika Serikat dibuat di Amerika Serikat. Ia menyatakan optimismenya bahwa iPhone 100% buatan AS dapat terwujud.
Jika mimpi itu terwujud, Asia Tenggara bisa menjadi kawasan yang paling terdampak. Dalam beberapa tahun terakhir, Apple telah mengincar Asia Tenggara sebagai pusat manufaktur alternatif potensial selain Tiongkok, terutama setelah pecahnya perang dagang AS-Tiongkok.
Sejak 2019, perusahaan tersebut secara bertahap memindahkan jalur perakitan dan rantai pasokannya ke Vietnam, Thailand, dan Indonesia, menciptakan ratusan ribu lapangan kerja dan mendorong arus investasi teknologi ke wilayah tersebut.
Menurut CNN, Apple telah menghabiskan hampir $16 miliar untuk rantai pasokannya di Vietnam, menciptakan lebih dari 200.000 lapangan kerja. Thailand juga secara bertahap menjadi penghubung penting ketika Apple memindahkan sebagian produksi Apple Watch-nya ke sini pada tahun 2023, menurut South China Morning Post.
Indonesia juga telah muncul sebagai tujuan investasi yang menarik. Menurut majalah Diplomat, Apple telah berkomitmen untuk berinvestasi sebesar $1 miliar pada akhir tahun 2024 guna memperluas fasilitas produksinya di Pulau Batam guna memenuhi persyaratan lokalisasi dan melayani pasar regional.
Namun, upaya pemerintahan Trump untuk mengembalikan Apple ke produksi di AS berarti Asia Tenggara mungkin menghadapi peran yang berkurang dalam rantai nilai global.
Surat kabar Financial Times mengomentari bahwa kebijakan tarif Trump tidak hanya ditujukan ke Tiongkok tetapi juga mencakup India dan negara-negara Asia Tenggara, yang menyebabkan strategi Apple untuk "mendiversifikasi rantai pasokan ke Asia Tenggara" secara bertahap kehilangan keunggulan kompetitifnya.
Hal ini semakin memperkuat alasan Apple untuk meningkatkan investasi kembali ke AS - di mana pemerintah dapat memberikan insentif pajak, melindungi hak kekayaan intelektual, dan menciptakan kondisi kebijakan yang menguntungkan bagi teknologi tinggi.
Banyak pakar yakin bahwa kemampuan Apple untuk sepenuhnya mewujudkan mimpinya tentang produksi dalam negeri mungkin sulit karena biaya tenaga kerja yang jauh lebih tinggi di AS, sementara infrastruktur perakitan skala besar yang telah diinvestasikannya di Asia Tenggara tidak dapat sepenuhnya ditiru dalam jangka pendek.
Kebangkitan Kentucky
Satu hal penting setelah langkah baru Apple adalah "bangkitnya" industri di negara bagian Kentucky, di mana Apple berinvestasi besar untuk memproduksi semua kaca pelindung untuk iPhone dan Apple Watch.
Perusahaan akan bekerja sama dengan Corning Company di Harrodsburg City, berkomitmen untuk berinvestasi sebesar 2,5 miliar dolar AS guna mengembangkan lini produksi kaca ponsel pintar terbesar dan termodern di dunia . CEO Tim Cook menegaskan: "Setiap iPhone dan Apple Watch baru yang terjual di seluruh dunia akan menggunakan kaca yang diproduksi di negara bagian Kentucky."
Dulunya merupakan wilayah yang sebagian besar terkait dengan pertanian dan batu bara, Kentucky kini menjadi mata rantai dalam rantai nilai teknologi global. Investasi ini diharapkan berdampak langsung pada tenaga kerja lokal, menciptakan ribuan lapangan kerja berkualitas tinggi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan bagi negara bagian tersebut.
Sumber: https://tuoitre.vn/apple-my-hoa-dong-nam-a-gap-kho-20250807232818879.htm
Komentar (0)