Menurut perhitungan, dengan menanam padi untuk mengurangi emisi, petani dapat memperoleh tambahan 18 juta VND/ha dibandingkan dengan pertanian tradisional. Selain itu, mereka masih menunggu hasil penjualan kredit karbon.
Pada Lokakarya tentang Penghubung Rantai Nilai Beras untuk Berkontribusi pada Pelaksanaan Proyek "Pengembangan 1 Juta Hektar Lahan Khusus Padi Berkualitas Tinggi dan Rendah Emisi yang Diintegrasikan dengan Pertumbuhan Hijau di Delta Mekong pada Tahun 2030" yang diselenggarakan pada tanggal 25 Oktober, Wakil Direktur Departemen Produksi Tanaman (Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan) Le Thanh Tung mengatakan bahwa lembaga ini telah membangun 7 model percontohan di 5 provinsi, termasuk Kien Giang, Soc Trang, Tra Vinh , Dong Thap, dan Kota Can Tho.
Setelah panen padi pada model percontohan, Bapak Tung menilai produktivitas padi meningkat dan areal tanam pun semakin luas tanpa harus mendatangkan tenaga manusia.
Wakil Direktur Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan, Budi Susilo, mengemukakan, penerapan teknik tanam baris dan tanam klaster disertai pemupukan tanam mampu menekan penggunaan benih hingga 30-50% atau setara 30-80 kg/ha.
Metode ini membantu menghemat biaya 0,6 hingga 1,6 juta VND/ha, sekaligus mengurangi persaingan nutrisi dan meningkatkan produktivitas.
Penggunaan pupuk nitrogen juga berkurang 30-70 kg/ha atau setara dengan penghematan 0,7-1,6 juta VND/ha.
Sementara itu, hasil teoritis dari model menunjukkan peningkatan yang signifikan. Di Can Tho dan Soc Trang , model yang menggunakan varietas OM5451 dan ST25 masing-masing menghasilkan hasil 3,9-7,5% dan 8,9-13,7% lebih tinggi daripada model tradisional.
Efisiensi ekonomi model ini sangat positif, laba bersih meningkat 13-18 juta VND/ha pada tanaman musim panas-gugur dan 1-6 juta VND/ha pada tanaman musim gugur-gugur.
Selain itu, dalam model percontohan di Soc Trang, jumlah emisi adalah 9,5 ton CO2e/ha/tanaman. Sementara itu, di luar model tersebut, jumlah emisi mencapai 13,5 ton CO2e/ha/tanaman. Artinya, model percontohan mengurangi emisi sebesar 4 ton CO2e/ha/tanaman.
Hal serupa terjadi di Tra Vinh, kedua model percontohan mengurangi rata-rata 5,4 ton CO2e/ha/tanaman.
Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan serta Dana Transisi Karbon (TCAF) sedang dalam proses membahas dan menyepakati cara mempersiapkan implementasi percontohan pembayaran pengurangan emisi gas rumah kaca untuk mendukung proyek pengembangan 1 juta hektar padi berkualitas tinggi dan rendah emisi. Setelah disetujui, petani akan menerima kredit karbon untuk menanam padi dengan emisi rendah.
Pada lokakarya tersebut, Prof. Dr. Nguyen Bao Ve - mantan Kepala Fakultas Pertanian (Universitas Can Tho) - menyebutkan kisah jerami khususnya dan produk sampingan dalam proses penanaman padi yang memiliki nilai besar.
"Membakar jerami sama saja dengan membakar uang, menjual jerami sama saja dengan menjual darah. Masyarakat perlu memahami manfaat langsung ini, selain potensi penjualan kredit karbon di masa depan," tegas Bapak Ve.
Menurutnya, untuk mengelola jerami secara efektif, masyarakat perlu mengidentifikasi metode khusus untuk dua gas dasar: CH4 dan N2O. Dari gas-gas tersebut, CH4 terutama dipancarkan dari akar padi, selama proses penggenangan selama pertumbuhan. N2O sebagian besar berasal dari pemberian pupuk nitrogen.
Sektor pertanian telah berkoordinasi dengan banyak organisasi internasional untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat tentang cara mengolah jerami menjadi pupuk organik, menanam jamur, memanfaatkannya sebagai pakan ternak, atau lebih jauh lagi, menjadi bahan baku tungku industri...
Menurut Bapak Le Thanh Tung, selain manfaat-manfaat di atas, proyek 1 juta hektare padi bermutu tinggi yang dilaksanakan di 12 provinsi di Delta Mekong juga membentuk rantai keterkaitan antara petani dan pelaku usaha, antara pelaku usaha dan koperasi.
"Berasnya berkualitas baik, warisan dari Proyek VnSAT, tetapi hasilnya masih terbuka," kata Bapak Tung. Oleh karena itu, membangun hubungan yang erat dengan para mitra dan pemangku kepentingan dalam proyek ini sangatlah penting.
Selain permasalahan di atas, Bapak Le Thanh Tung mengakui bahwa lalu lintas di dalam kawasan proyek kurang lancar, dan belum menarik perhatian serta investasi dari pelaku bisnis. Oleh karena itu, selain memperkuat dan meningkatkan faktor teknis, pihaknya juga perlu memperhatikan pembangunan infrastruktur secara sinkron, yang akan membantu menciptakan konektivitas yang kuat.
[iklan_2]
Sumber: https://vietnamnet.vn/trong-lua-giam-phat-thai-lai-tang-18-trieu-ha-cho-ban-tin-chi-carbon-2335535.html
Komentar (0)