Kabel bawah laut adalah urat nadi Internet, yang membawa data antarbenua dan menopang ekonomi digital global.
Kabel bawah laut terbuat dari kabel serat optik yang dipadatkan dan dibungkus dengan lapisan plastik atau kawat baja. Kabel ini dapat rusak oleh kapal penangkap ikan atau jangkar yang terseret di dasar laut. Namun, terkadang kabel bawah laut sengaja disabotase.
Pentingnya kabel optik bawah laut
Kabel bawah laut berfungsi sebagai saluran yang memungkinkan orang mengirim email, memasang foto di media sosial, melakukan obrolan video , melakukan pembayaran, streaming film, dan mengakses layanan kecerdasan buatan seperti ChatGPT.
Bisnis dan pemerintahan mengandalkannya untuk berkomunikasi, memberikan layanan publik, melakukan pembayaran, mengelola rantai pasokan, dan banyak lagi.
Bahkan saat layanan internet satelit seperti Starlink milik Elon Musk berkembang pesat, lebih dari 95% lalu lintas data global masih melalui kabel bawah laut, menurut Komite Perlindungan Kabel Internasional.
Siapa yang melindungi kabel bawah laut?
Pemilik kabel bawah laut bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengamanan jaringan. Mereka bisa berupa perusahaan telekomunikasi atau perusahaan teknologi besar seperti Alphabet dan Meta Platforms.
Untuk meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh kegagalan kabel bawah laut, mereka sering memasang lebih dari satu kabel di sepanjang rute atau membuat perjanjian dengan pemilik kabel lain untuk menyediakan kapasitas cadangan.
Jika kabel bawah laut rusak, pemilik dan penyewa kabel sering kali dapat mengalihkan lalu lintas ke kabel lain dengan relatif mudah dan mengirim kapal ke area yang terkena dampak untuk menyelidiki dan melakukan perbaikan.
Jika ada tanda-tanda sabotase, penegak hukum dan badan keamanan nasional akan terlibat.
Para pemilik kabel kini berfokus pada peningkatan kapasitas untuk mengurangi ketergantungan mereka pada satu kabel bawah laut. Mereka juga menyediakan peta rute kabel kepada perusahaan perikanan dan melacak pergerakan kapal menggunakan citra satelit dan sinyal pelacakan kapal, yang dalam beberapa kasus mengeluarkan peringatan kepada kapal yang terlalu dekat.
Lembaga pemerintah juga telah memainkan peran yang lebih besar dalam melindungi kabel. Militer AS memantau secara ketat pengiriman di dekat kabel dan pipa.
Sepuluh negara Eropa bekerja sama untuk memantau aktivitas di Laut Baltik dan Laut Utara, termasuk mengerahkan kapal perang untuk berpatroli terhadap para penyabot.
Kelemahan kabel bawah laut
Kabel modern biasanya terkubur di dasar laut selama pemasangan. Namun, perubahan pasang surut dapat membuatnya lebih rentan tersangkut – sering kali oleh jangkar atau alat tangkap ikan.
Risiko terbesar terdapat di sepanjang jalur pelayaran seperti Laut Merah dan Selat Malaka, di mana banyak kabel terkonsentrasi di perairan yang relatif dangkal, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Negara kepulauan atau tempat dengan konektivitas terbatas adalah yang paling terdampak ketika kabel putus, karena satu kerusakan saja dapat memutus layanan internet sepenuhnya.
Apakah kabel bawah laut sering putus?
Ada sekitar 200 insiden yang melibatkan kabel bawah laut setiap tahun, sebagian besar disebabkan oleh aktivitas penangkapan ikan seperti pukat harimau, menurut data dari Komite Perlindungan Kabel Internasional.
Misalnya, pada bulan Oktober 2022, setelah sebuah perahu nelayan merusak kabel, penduduk Kepulauan Shetland dibiarkan tanpa layanan internet, telepon, dan kartu kredit selama satu hari.
Pada bulan Maret, jangkar kapal kargo Rubymar menyebabkan kerusakan serius pada tiga kabel bawah laut di Laut Merah setelah terkena rudal Houthi.
Pada pertengahan November, dua kabel bawah laut di Laut Baltik terputus, satu menghubungkan Finlandia dengan Jerman, lainnya menghubungkan Lithuania dan Swedia.
Pejabat Eropa mencurigai adanya sabotase, sementara beberapa pejabat AS meyakini penyebabnya adalah jangkar kapal yang lewat.
Peristiwa seismik seperti gempa bumi bawah laut dan tanah longsor juga menjadi penyebabnya.
Pada bulan Maret, gempa bumi menghancurkan beberapa kabel Afrika Barat, yang mengakibatkan gangguan parah pada konektivitas internet di beberapa negara termasuk Pantai Gading, Liberia, dan Benin.
Pemadaman tersebut menyebabkan krisis kapasitas di wilayah tersebut dan butuh waktu berminggu-minggu untuk diperbaiki, karena penyedia telekomunikasi mati-matian mencari pengganti.
(Menurut Bloomberg)
[iklan_2]
Sumber: https://vietnamnet.vn/tai-sao-cap-bien-la-muc-tieu-hap-dan-cho-nhung-ke-pha-hoai-2344109.html
Komentar (0)