Ngo Duy Dong, perwakilan kelompok saat presentasi di kompetisi (Foto: Panitia Penyelenggara).
Platform Easy-Comm, yang mendukung komunikasi bagi penyandang tuna rungu, yang dikembangkan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Terbuka Hanoi , memenangkan hadiah di “Youth Digital Innovation Challenge”.
Proyek ini menerapkan kecerdasan buatan (AI) dan Pembelajaran Mendalam untuk mengenali bahasa isyarat, mengubahnya menjadi teks, ucapan, dan sebaliknya. Fitur komunikasi dua arah ini membantu penyandang tuna rungu berinteraksi secara mandiri, tanpa perlu penerjemah, sehingga berkontribusi dalam menghilangkan hambatan komunikasi.
Easy-Comm adalah gagasan tiga mahasiswa: Ngo Duy Dong, Dang Van Sam, dan Le Dinh Hieu. Tim ini telah bekerja sama dengan berbagai organisasi yang mendukung para tuna rungu untuk memastikan perangkat lunak ini secara akurat mencerminkan penggunaan di dunia nyata.
Selain efektivitas di dalam negeri, tim juga bermaksud memperluas aplikasi di Filipina, yang memiliki tingkat tuna rungu yang tinggi.
Menurut WHO, saat ini terdapat sekitar 1,5 miliar orang dengan gangguan pendengaran di seluruh dunia, dengan 430 juta di antaranya mengalami gangguan pendengaran berat. Di Vietnam saja, terdapat sekitar 2,5 juta orang dengan gangguan pendengaran.
Kontes ini merupakan bagian dari program “Pembangunan Kapasitas Digital bagi Pemuda – Tingkatkan Keterampilan Masa Depan Kita”, yang diselenggarakan bersama oleh UNDP, Komite Sentral Persatuan Pemuda Komunis Ho Chi Minh , dan Surat Kabar VOV.
Setelah hampir dua bulan pelaksanaan, kompetisi ini menarik lebih dari 100 proyek dari mahasiswa dan kelompok kurang mampu, dengan fokus pada solusi digital dalam pendidikan, perawatan kesehatan, pertanian , dan asisten AI.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/nhom-sinh-vien-viet-dung-ai-giup-nguoi-khiem-thinh-noi-chuyen-20250702071420268.htm
Komentar (0)