Pada bulan Mei 2023, raksasa pencarian itu mengatakan langkah tersebut dilakukan atas alasan keamanan, sekaligus sebagai langkah penghematan biaya.
Pengguna sering menggunakan beberapa akun Google secara bersamaan untuk berbagai keperluan, seperti menyimpan foto dan dokumen. Namun, bagi perusahaan yang mengoperasikannya, mempertahankan kapasitas penyimpanan sebesar itu pada akun gratis merupakan biaya yang signifikan.
Kebijakan baru Google telah dikritik oleh banyak orang. Beberapa orang berpendapat bahwa Google seharusnya lebih transparan tentang kebijakan baru ini, alih-alih mengirimkan email dengan baris subjek yang mudah diabaikan seperti "Pembaruan Kebijakan Akun Google Tidak Aktif".
Yang lain berpendapat bahwa alasan keamanan sebagai alasan penghapusan akun pengguna tidaklah logis. "Akun lama berisiko diretas, jadi haruskah kita menghapusnya? Ini seperti berpikir kita harus membakar semua uang kita di bank agar tidak dirampok," keluh seorang pengguna di X (Twitter).
Sementara itu, aturan baru ini tidak berlaku untuk sekolah, bisnis, dan akun yang memiliki video YouTube. Langganan penyimpanan berbayar juga tidak terpengaruh. Menurut survei tahun 2020, Google menyatakan bahwa 80% pengguna akan mempertahankan batas penyimpanan 15GB setidaknya selama tiga tahun.
"Akun yang diabaikan atau tidak dipantau sering kali menggunakan kata sandi lama yang berpotensi disusupi. Akun-akun tersebut tidak memiliki autentikasi dua faktor, dan tidak memiliki pemeriksaan keamanan rutin oleh pengguna," kata Ruth Kricheli, wakil presiden Google.
Microsoft juga menerapkan kebijakan serupa dengan mengharuskan pelanggan untuk masuk ke akun mereka setidaknya sekali setiap dua tahun dan berhak menutup akun secara sepihak jika pengguna tidak mematuhi peraturan.
Untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade sejak melantai di bursa, Google mencatat pertumbuhan pendapatan di bawah 10% selama empat kuartal berturut-turut. Hal ini disebabkan oleh para pengiklan yang sedang mengurangi pengeluaran di tengah ketidakpastian ekonomi makro dan persaingan ketat dari para pesaing seperti TikTok.
(Menurut CNBC)
[iklan_2]
Sumber







Komentar (0)