Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup baru saja mengumumkan laporan tentang produksi, pasar, impor dan ekspor produk pertanian, kehutanan dan perikanan pada bulan Juli dan 7 bulan pertama tahun 2025.
Dengan demikian, beras merupakan salah satu dari lima komoditas yang omzet ekspor sektor pertaniannya tertinggi dalam 7 bulan terakhir.
Statistik awal menunjukkan bahwa pada bulan Juli, negara kita mengekspor 750.000 ton beras, senilai 366,1 juta USD, sehingga total omzet ekspor barang ini menjadi 5,5 juta ton dan 2,81 miliar USD dalam 7 bulan pertama tahun 2025.
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, ekspor beras meningkat 3,1% secara volume, tetapi menurun tajam sebesar 15,9% secara nilai. Hal ini disebabkan oleh harga ekspor rata-rata dalam 7 bulan terakhir hanya mencapai 514 dolar AS/ton, turun 18,4% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.

Terkait pasar ekspor, Filipina tetap menjadi pelanggan tradisional terbesar, menyumbang 42,6% dari total ekspor beras negara kita pada paruh pertama tahun ini. Ghana dan Pantai Gading adalah dua pasar terbesar berikutnya dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 11,1% dan 10,6%.
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai ekspor beras ke pasar Filipina menurun 13,5%. Sebaliknya, ekspor ke pasar Ghana meningkat tajam sebesar 53,5%, dan ke pasar Pantai Gading sebesar 96,6%.
Di antara 15 pasar ekspor terbesar, nilai ekspor beras yang mengalami peningkatan terbesar adalah di pasar Bangladesh, dengan peningkatan sebesar 188,2 kali lipat, dan mengalami penurunan terbesar adalah di pasar Malaysia, dengan penurunan sebesar 58,5%.
Menariknya, di tengah penurunan tajam ekspor, impor beras justru melonjak hingga mencapai 1 miliar dolar AS. Dibandingkan dengan angka 761 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu, impor beras pada periode yang sama tahun ini meningkat sebesar 31,4%.
Ini juga merupakan kedua kalinya dalam sejarah impor beras mencapai 1 miliar USD.
Penurunan ekspor dan peningkatan impor terjadi dalam konteks harga beras di pasaran anjlok ke tingkat yang sangat rendah.
Menurut data Asosiasi Pangan Vietnam, pada tanggal 29 Juli, harga ekspor beras pecah 5% dari Vietnam adalah sebesar 382 USD/ton, sedangkan harga ekspor Thailand, India dan Pakistan masing-masing adalah 375 USD/ton, 377 USD/ton dan 376 USD/ton.
Menurut Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup, meskipun ekspor menurun sementara impor meningkat tajam, beras masih merupakan salah satu dari enam barang dengan surplus perdagangan tertinggi di sektor pertanian dalam 7 bulan terakhir.
Sumber: https://baolaocai.vn/gia-gao-giam-sau-doanh-nghiep-viet-nam-chi-1-ty-usd-nhap-khau-ve-post878749.html
Komentar (0)