Setelah tiga kali tabuhan genderang, di halaman rumah adat Desa Aro, ratusan warga setempat dan wisatawan menyaksikan ritual adat "makan kerbau" untuk merayakan rumah adat baru masyarakat Co Tu setempat.
Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kebudayaan dan Informasi distrik Tay Giang untuk memanfaatkan dan mengembangkan ritual perayaan gươl baru menjadi produk pariwisata di bawah Proyek 6, Program Target Nasional tentang pengembangan sosial -ekonomi daerah etnis minoritas dan pegunungan, periode 2021 - 2030.
Festival desa tradisional
Sibuk dengan kegiatan festival, Ibu Hoih Thi Giec, Kepala Desa Aro, bagaikan "direktur umum" yang hadir di mana-mana, kapan saja. Sejak peresmian gươl baru beberapa tahun lalu, ritual "makan kerbau" ini telah dianggap sebagai ruang festival desa tradisional, yang mengundang banyak warga lokal untuk berpartisipasi dan merasakannya. Di ruang gươl baru, komunitas Co Tu dengan riang menari dengan tabuhan drum dan gong, merayakan proyek penting ini, yang memiliki makna kemanusiaan di dataran tinggi Tay Giang.
“Guol yang baru terbentuk, selain menunjukkan perhatian otoritas di semua tingkatan terhadap nilai-nilai budaya tradisional Co Tu, juga menunjukkan tingginya semangat solidaritas masyarakat desa Aro.
Dengan mempertimbangkan pendapat para tetua desa, arsitektur gươl yang telah dipugar masih mempertahankan ciri-ciri tradisionalnya, terutama nilai-nilai budaya masyarakat. Gươl merupakan aset bersama, sehingga meskipun pekerjaan akhir tahun yang padat, masyarakat tetap berpartisipasi, menganggapnya sebagai tanggung jawab bersama masyarakat desa," ungkap Ibu Hoih Thi Giec.
Desa Aro berpenduduk 170 rumah tangga/588 jiwa, sebagian besar bermukim di suku Co Tu. Selama bertahun-tahun, dengan semangat solidaritas komunitas, masyarakat Aro telah berupaya keras untuk berbisnis, membangun kehidupan baru, terutama dalam upaya melestarikan budaya tradisional.
Bapak Hoih Plóc, warga Desa Aro mengatakan, bagi masyarakat Co Tu, hari raya gươl ini memiliki makna yang sangat penting, yakni sebagai bentuk ungkapan rasa solidaritas dan melaporkan kepada para dewa mengenai proyek penting yang baru saja selesai dikerjakan.
Untuk mempersiapkan festival secara matang, beberapa hari sebelumnya, penduduk desa mengadakan pertemuan dan memobilisasi sumbangan masyarakat.
"Siapa pun yang punya sesuatu, silakan berkontribusi. Jika tidak punya apa-apa, silakan berkontribusi secara spiritual, bergabunglah dengan penduduk desa dalam mendirikan tiang, membuat tenda, menyiapkan makanan... Perlengkapan festival seperti drum, gong, dan hidangan untuk wisatawan disiapkan dengan cermat oleh penduduk desa dengan kerja sama masyarakat desa. Setelah semuanya siap, semua penduduk desa berkumpul di depan gong baru, bernyanyi dan menari bersama, menabuh drum, gong, dan berpartisipasi dalam permainan rakyat yang bermakna," ujar Bapak Hoih Plóc.
Berkontribusi pada konservasi
Tetua desa Hoih Dzuc mengatakan bahwa gươl Co Tu merupakan bangunan simbolis bagi seluruh masyarakat, sehingga segala pekerjaan yang berkaitan dengan masyarakat dibahas di gươl. Berdasarkan sudut pandang tersebut, masyarakat Co Tu percaya bahwa ukuran gươl mencerminkan kekuatan solidaritas dan semangat kekeluargaan desa tersebut.
"Guol adalah tempat suci tempat bersemayam para dewa, kakek-nenek, dan leluhur. Oleh karena itu, sebelum perayaan Guol baru, para tetua desa melapor kepada leluhur dan berdoa agar para dewa memberkati kehidupan penduduk agar semakin berkembang, panen melimpah, dan anak-anak mereka dapat belajar dengan baik. Setelah ritual pemujaan dewa selesai, penduduk desa menabuh genderang dan gong, serta menari bersama untuk mengekspresikan kegembiraan masyarakat," ujar tetua Hoih Dzuc.
Menurut Bapak Alang Men - Wakil Ketua Komite Rakyat Komune Lang, dalam budaya Co Tu, festival gươl baru dianggap sangat penting, yang mengevaluasi solidaritas masyarakat desa dalam memulihkan dan melestarikan arsitektur gươl tradisional.
Melalui festival ini, kami ingin mendorong dan memotivasi warga desa yang telah berkontribusi besar dalam restorasi cermin, sehingga berkontribusi dalam melestarikan identitas budaya masyarakat yang indah. Festival ini juga merupakan kesempatan untuk memperkuat solidaritas masyarakat desa, berbagi pengalaman dalam produksi dan pengembangan ekonomi, serta saling membantu untuk maju...
Bapak Briu Hung - Kepala Dinas Kebudayaan dan Informasi Kabupaten Tay Giang menyampaikan bahwa pihaknya senantiasa menjaga, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya tradisional masyarakat Co Tu, khususnya budaya rumah adat desa.
Berkat hal tersebut, hingga saat ini, 63 desa di 10 komune di seluruh distrik memiliki gong tradisional yang melayani kebutuhan hidup sehari-hari dan pertemuan umum masyarakat. Pada tahun 2024, Tay Giang akan meninjau, memperbaiki, dan membangun 16 gong Co Tu baru dengan anggaran lebih dari 1,8 miliar VND.
“Dalam proses pelestarian dan promosi nilai-nilai cermin yang ada di Kabupaten Sidoarjo, ke depannya kami akan terus mengintensifkan kegiatan propaganda agar masyarakat memahami kebijakan dan arahan Partai terkait pelestarian budaya, termasuk arsitektur cermin.
"Kabar baiknya adalah kesadaran masyarakat dalam melestarikan nilai-nilai budaya tradisional cukup baik, sehingga menjadi landasan bagi daerah untuk membangun rencana konservasi yang terkait dengan pengembangan pariwisata masyarakat yang efektif di masa mendatang," ungkap Bapak Hung.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquangnam.vn/cung-vui-hoi-lang-aro-3145000.html
Komentar (0)