Batas Antara Kreativitas dan Penyimpangan
Menghadapi gelombang transformasi digital global, seni pun tak luput darinya. Aplikasi AI telah menjadi asisten yang handal bagi para seniman, membantu mereka memperluas ruang kreatif, mempersingkat waktu kerja, dan mengoptimalkan biaya investasi. Namun, batas antara pemanfaatan teknologi untuk kreativitas dan penyalahgunaannya terlalu tipis. Beberapa kasus seperti MV Kiep sau van nguoi Viet Nam, film Chot don… telah membunyikan alarm peringatan.
Setelah kurang dari setengah hari diposting, video musik "Kiếp sau là người Việt Nam" telah menerima banyak kritik. Patut dicatat bahwa reaksi keras tersebut bukan berasal dari isi lirik atau melodi, melainkan dari serangkaian kesalahan serius akibat penyalahgunaan AI. Khususnya: Peta Vietnam tidak akurat pada posisi Hoang Sa - Truong Sa; Bendera nasional berwarna biru, bukan merah; Pola drum perunggu terdistorsi; Adegan pahlawan Tran Quoc Toan yang sedang menghancurkan jeruk berlatar pegunungan, bukan dataran seperti yang tercatat dalam buku sejarah... Belum lagi, video musik tersebut masih memiliki serangkaian "kesalahan" yang disebabkan oleh kesalahan AI seperti: Wajah manusia tidak memiliki telinga, mata, dan hidung, tangan "tumbuh" dari ketiak, topi "berujung terbuka"... Kesalahan-kesalahan serius di atas telah menunjukkan konsekuensi dari kurangnya pengetahuan tentang budaya dan sejarah tim produksi. Ini bukan sekadar kesalahan teknis, tetapi juga berpotensi berdampak besar pada ingatan dan kesadaran umum masyarakat jika tidak segera diperbaiki.
Setelah menghadapi gelombang kritik, T Production menghapus video musik tersebut dari platform daring pada malam 8 Agustus. Perwakilan produser mengatakan bahwa langkah ini dilakukan untuk meninjau dan mengedit detail yang tidak akurat, terutama gambar yang berkaitan dengan peta, simbol budaya, dan konteks sejarah. Mereka mengakui bahwa "meromantisasi" beberapa frame tidak pantas untuk sebuah karya musik yang mengandung unsur sejarah. Dapat dikatakan bahwa ini merupakan upaya reseptif untuk mengoreksi kesalahan, menunjukkan bahwa kru telah mendengarkan pendapat penonton.
Jika Kiep sau la nguoi Viet Nam mengungkap sisi gelap AI dalam hal data, faktor budaya, dan sejarah, film Chot do! memunculkan pertanyaan tentang kemampuannya menyampaikan emosi. Film karya Bao Nhan dan Nam Cito ini langsung menjadi pusat perdebatan, ketika untuk pertama kalinya sinema Vietnam menggunakan AI untuk menggantikan seluruh citra karakter utamanya.
Meskipun ini merupakan solusi teknis untuk situasi yang tak terhindarkan, keputusan tersebut masih menimbulkan banyak pertanyaan tentang batasan penerapan AI, hak pribadi para aktor, dan apakah penonton bersedia menerimanya. Meskipun teknologi dapat meniru penampilan, gestur, dan bahkan mensimulasikan kontak mata, penggantian paksa ini membuat banyak orang merasa karakter tersebut kurang hidup.
Hal ini menunjukkan bahwa AI tidak dapat sepenuhnya menggantikan manusia dalam mereproduksi nuansa dalam bertindak secara alami. Jelas, meskipun memiliki penampilan yang sempurna, karakter yang diciptakan oleh AI tetap tidak dapat memiliki kedalaman emosi.
Alat atau “mesin” tanpa jiwa?
Di sisi positifnya, AI dapat menciptakan kembali adegan-adegan kompleks yang sulit dicapai dengan teknik tradisional, sehingga menghemat banyak waktu, biaya, dan tenaga kerja. Hal ini akan membuka gudang harta karun yang tak terbatas, memungkinkan para seniman untuk dengan mudah menciptakan kembali adegan-adegan bersejarah, menciptakan efek-efek yang mengesankan, dan dengan cepat menuangkan ide-ide mereka.
AI dalam seni, jika digunakan dengan benar, akan bertindak sebagai "asisten yang hebat", yang mendorong kreativitas dan memperkaya kehidupan budaya dan spiritual masyarakat.
Namun, kelemahannya tidak kecil. Untuk karya seni, terutama yang berkaitan dengan budaya dan sejarah, AI tidak mampu membedakan yang benar dari yang salah. AI hanyalah alat untuk memproses dan mereproduksi informasi berdasarkan data yang tersedia.
Jika data input salah atau operator kurang memiliki pengetahuan mendalam, produk yang dihasilkan hanya akan tampak menarik dan tentu saja kosong. Penyimpangan sekecil apa pun dapat menyentuh ingatan kolektif dan nilai-nilai bangsa – sebuah bidang yang membutuhkan kepekaan dan tanggung jawab tertinggi.
Meskipun AI pasti akan memainkan peran yang semakin penting dalam tren transformasi digital, nilai tertinggi sebuah karya seni tetap ditentukan oleh tangan, pikiran, dan hati manusia. AI seharusnya hanya dianggap sebagai alat pendukung, bukan pengganti sepenuhnya dalam berkarya seni, karena hanya manusia yang dapat menyentuh hati manusia.
Menghadapi tantangan-tantangan ini, peran dan tanggung jawab seniman menjadi semakin penting. Dalam seni, ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dapat menyebabkan pemikiran kreatif memudar secara bertahap. Terutama untuk karya-karya yang berkaitan dengan budaya dan sejarah nasional, setiap detail perlu dinilai dengan cermat sebelum dirilis. Dan seniman, sebagai pencipta, adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan keakuratan karya tersebut.
Di era transformasi digital, AI telah membuktikan kekuatannya dan membuka cakrawala baru bagi seni. Namun, "kegagalan" baru-baru ini terus menegaskan bahwa: AI bukanlah "tongkat ajaib" universal! Nilai inti setiap karya seni tetap terletak pada kreativitas dari hati dan pikiran sang seniman.
Sumber: https://baovanhoa.vn/nhip-song-so/con-dao-hai-luoi-cho-su-sang-tao-162503.html
Komentar (0)