Belakangan ini, administrasi sekolah telah mengalami banyak perubahan positif, yang secara bertahap membaik ke arah peningkatan inisiatif dan fleksibilitas sekolah serta otonomi dan kreativitas kelompok profesional dan guru dalam melaksanakan program. Namun, inovasi dalam administrasi sekolah masih menjadi titik lemah dalam sistem tersebut.
Meskipun banyak dokumen dan kebijakan telah dikeluarkan untuk mendorong otonomi dan inovasi, kenyataannya belum membuahkan hasil yang diharapkan. Di banyak lembaga pendidikan , penerapan otonomi dan inovasi dalam tata kelola sekolah masih sebatas formalitas. Kuncinya terletak pada peran kepala sekolah—sebagai administrator—namun masih banyak pemimpin yang kapasitasnya belum mencapai level "kapten", belum memenuhi persyaratan inovasi, dan kurang inisiatif dalam beralih dari manajemen ke administrasi.
Saat ini, banyak sekolah belum memiliki pengalaman dan model manajemen yang layak untuk diterapkan. Manajemen dan administrasi adalah dua konsep yang berbeda, namun, sulit untuk membedakan keduanya dengan jelas. Karena kurangnya perbedaan antara fungsi manajemen negara dan fungsi manajemen sekolah, beberapa lembaga manajemen pendidikan masih banyak mengambil alih tugas mengelola kegiatan profesional fasilitas, yang menyebabkan banyak kepala sekolah terlalu bergantung pada atasan mereka, sehingga kurang inisiatif dan kreativitas.
Dewan sekolah umumnya bersifat penasihat dan memberikan pendapat, dan fungsi pengambilan keputusannya lemah. Oleh karena itu, beberapa kepala sekolah hampir selalu menjalankan kegiatan administratif dan manajemen, atau lebih tepatnya manajemen, sehingga menimbulkan kesulitan dalam transformasi mekanisme manajemen pendidikan, terutama dalam penerapan otonomi dan tanggung jawab sosial. Selain itu, mekanisme meminta dan memberi dalam pengelolaan keuangan, mekanisme administratif memberi perintah, dan menunggu perintah, juga berdampak pada terhambatnya inovasi dalam kegiatan manajemen di tingkat akar rumput. Sumber daya untuk investasi sarana dan prasarana guna mendukung inovasi dalam manajemen sekolah masih terbatas.
Pergeseran dari mekanisme yang berpusat pada manajer menjadi mekanisme yang berpusat pada sekolah, guru, dan siswa berada di arah yang tepat dan sejalan dengan tren zaman. Untuk mewujudkannya dengan baik, dibutuhkan banyak faktor, di mana kapasitas pemimpin sekolah memainkan peran yang sangat penting.
Sesuai Surat Edaran No. 14/2018/TT-BGDĐT Kementerian Pendidikan dan Pelatihan tentang Standar Kepala Sekolah, tata kelola sekolah merupakan standar yang sangat penting dengan beragam muatan. Konteks baru ini menuntut "para pemimpin" untuk memiliki kapasitas baru guna memenuhi persyaratan pengajaran, serta pendidikan untuk bergeser dari sekadar membekali pengetahuan menjadi mengembangkan kualitas dan kapasitas siswa secara komprehensif.
Profesor Madya, Dr. Dang Quoc Bao - mantan Direktur Akademi Manajemen Pendidikan, pernah menekankan: Dalam konteks inovasi pendidikan, kepala sekolah harus memenuhi tiga peran: Pemimpin, manajer, dan administrator. Kepala sekolah secara bersamaan menjalankan dua tugas secara harmonis: Menerapkan instruksi dari atasan secara ketat dan kreatif; mengelola secara fleksibel dan penuh perhatian, menciptakan kondisi yang kondusif bagi bawahan untuk menyelesaikan tugas mereka.
Realitas pelaksanaan Program Pendidikan Umum Tahun 2018 menuntut agar pengelolaan dan administrasi di sekolah tidak dapat ditunda-tunda, bahkan harus selangkah lebih maju, dan kepala sekolah harus meningkatkan kualitasnya agar dapat memenuhi tuntutan tersebut.
Selain upaya masing-masing pemimpin, kerangka hukum untuk manajemen sekolah, rekrutmen dan pengangkatan kepala sekolah, serta pelatihan dan pembinaan kapasitas manajemen dan administrasi secara berkala perlu segera diselesaikan. Hal-hal ini merupakan faktor fundamental bagi tim "kapten" untuk memiliki kapasitas yang memadai guna mengelola sekolah modern secara efektif.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/can-som-hoan-thien-hanh-lang-phap-ly-ve-quan-tri-truong-hoc-post742478.html
Komentar (0)