Teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mencapai kemajuan pesat di berbagai bidang, terutama di bidang kesehatan . AI tidak hanya membantu dokter dalam pemeriksaan medis, tetapi juga membantu meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi pasien.
Teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mencapai kemajuan pesat di berbagai bidang, terutama di bidang kesehatan. AI tidak hanya membantu dokter dalam pemeriksaan medis, tetapi juga membantu meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi pasien.
Deteksi dini kasus-kasus sulit
Menurut Prof. Dr. Pham Minh Thong, Presiden Asosiasi Radiologi dan Kedokteran Nuklir Vietnam, diagnosis pencitraan merupakan salah satu aplikasi AI terkemuka di bidang kedokteran. AI dapat membantu mendeteksi penyakit dengan cepat dan akurat, sehingga dokter menghemat waktu dan mendeteksi lesi kecil yang sulit dideteksi dengan mata telanjang.
Profesor Madya, Dr. Dao Viet Hang, dari Pusat Endoskopi (Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi ) menyampaikan bahwa selain sinar-X, banyak rumah sakit telah menerapkan perangkat lunak yang terintegrasi dengan algoritma AI untuk membantu mendeteksi kanker hati melalui CT scan atau pencitraan resonansi magnetik, serta mendiagnosis stadium kanker rektum. Di bidang endoskopi dan patologi, AI telah membantu mengurangi kesalahan dan meningkatkan akurasi diagnosis.
Contoh lain adalah aplikasi telepon pintar untuk pasien diabetes, tekanan darah tinggi, dan hepatitis B. AI mengingatkan pasien untuk minum obat tepat waktu, menyediakan kuesioner untuk membantu mengelompokkan risiko penyakit, mendeteksi tanda-tanda peringatan dini saat pasien berisiko mengalami komplikasi, membantu pasien terhubung lebih awal dengan fasilitas medis, mengurangi situasi darurat, dan meningkatkan efektivitas pengobatan.
AI memainkan peran penting dalam deteksi dini kanker. Banyak rumah sakit besar telah menerapkan AI untuk menganalisis pencitraan dan data genetik pasien, sehingga menghasilkan prediksi akurat tentang risiko kanker.
Dokter CKII Chu Tan Sy, Kepala Departemen Bedah Saraf (Pusat Neurologi, Rumah Sakit Umum Tam Anh, Kota Ho Chi Minh), mengatakan bahwa sebelumnya, metode bedah otak klasik seperti posisi navigasi dan bedah mikro tidak dapat melihat berkas serabut saraf yang berhubungan dengan tumor atau hematoma selama operasi, sehingga berisiko memotong berkas serabut saraf dan menyebabkan gejala sisa yang parah bagi pasien. Dengan perkembangan teknologi, robot bedah otak sinaptif Modus V generasi baru yang menerapkan AI tingkat tinggi telah mengatasi keterbatasan ini. Robot ini membantu dokter mengamati tumor, berkas serabut saraf, dan jaringan otak sehat secara jelas pada gambar 3D yang sama, sebelum, selama, dan setelah operasi.
Robot ini memungkinkan dokter untuk mensimulasikan operasi dalam lingkungan 3D sebelum melakukan operasi yang sebenarnya, membantu dokter secara proaktif memilih pendekatan yang aman terhadap tumor dan menghindari kerusakan saraf penting. Robot ini terus memantau operasi, memperingatkan dokter dengan sinyal cahaya untuk memastikan operasi yang benar dengan jalur bedah yang telah ditentukan selama simulasi, sehingga meningkatkan keselamatan. Hal ini menghasilkan efisiensi perawatan yang unggul, membantu dokter mengangkat tumor semaksimal mungkin dan menjaga fungsi otak pasien semaksimal mungkin.
Solusi untuk masalah kekurangan tenaga medis
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2030, akan terjadi kekurangan sekitar 18 juta tenaga kesehatan di seluruh dunia, yang akan menjadi tantangan besar bagi sektor kesehatan. Salah satu solusi potensial adalah penerapan AI dalam pemeriksaan dan perawatan medis, yang akan membantu dokter dalam diagnosis dan perawatan, mengurangi beban kerja tenaga medis, dan meningkatkan efisiensi perawatan pasien.
Ketika wabah penyakit menular mengancam kesehatan global, AI memainkan peran kunci dalam mendeteksi penyakit menular, terutama tuberkulosis. Di daerah-daerah yang kekurangan dokter spesialis, mesin sinar-X berteknologi AI dapat mendeteksi lesi tuberkulosis dengan cepat dan akurat.
Di Vietnam, penerapan AI dalam mendeteksi tuberkulosis telah mencapai hasil yang luar biasa. Profesor Madya, Dr. Dinh Van Luong, Direktur Rumah Sakit Paru Pusat, mengatakan bahwa AI yang terpasang pada mesin sinar-X membantu mendeteksi tuberkulosis sejak dini, sehingga menggandakan efektivitas deteksi penyakit. Hal ini khususnya bermanfaat di fasilitas medis tingkat kabupaten dan daerah terpencil, yang kekurangan spesialis tuberkulosis.
Di bidang sistem muskuloskeletal, menurut Associate Professor, Dr. Le Manh Cuong, Direktur Rumah Sakit Tue Tinh (Akademi Kedokteran Tradisional Vietnam), rumah sakit tersebut juga memperbarui Al, robot dalam perawatan penyakit muskuloskeletal, rehabilitasi, dikombinasikan dengan solusi pengobatan tradisional.
Di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi, dokter menggunakan AI untuk menganalisis citra ultrasonografi, pemindaian tomografi terkomputasi (CT scan), dan pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini. AI membantu mendeteksi tumor kecil yang tidak terlihat dengan metode konvensional, sehingga dokter dapat membuat diagnosis tepat waktu dan memberikan perawatan yang tepat. Hasilnya, pasien menerima perawatan dini, memiliki tingkat kesembuhan yang lebih tinggi, dan meminimalkan risiko yang tidak perlu.
Di Rumah Sakit Hung Vuong, AI digunakan untuk memantau kesehatan pasien diabetes. Sistem ini dapat menganalisis indikator fisiologis seperti kadar gula darah, detak jantung, dan tekanan darah, sehingga dokter dapat memperingatkan perubahan yang tidak biasa, membantu dokter melakukan intervensi dengan cepat, dan mencegah komplikasi berbahaya.
[iklan_2]
Sumber: https://baodautu.vn/ai---tro-ly-dac-luc-cua-cac-blouse-trang-d249219.html
Komentar (0)