Pelanggar semakin profesional dan berkualifikasi tinggi.
Kantor Nasional 389 mengatakan bahwa di masa mendatang, produksi dan perdagangan barang palsu dan barang yang melanggar hak kekayaan intelektual (HKI) serta penipuan komersial lainnya akan terus mengalami perkembangan yang rumit, dan bahkan mungkin meningkat dalam kuantitas, skala, dan kecanggihan.
Menampilkan dan membandingkan produk asli dan palsu dari merek terkenal di sela-sela konferensi.
"Secara khusus, pihak berwenang telah mengidentifikasi dan menetapkan bahwa dalam situasi baru ini, metode dan tipu daya pelaku akan semakin canggih dan sistematis seiring dengan kemajuan masyarakat dalam perdagangan elektronik (e-commerce), perdagangan teknologi digital, serta kebijakan negara untuk memfasilitasi perkembangan ekonomi swasta," ujar Bapak Tran Duc Dong, Wakil Kepala Kantor Nasional 389.
Dengan demikian, para pelanggar semakin profesional, memiliki kualifikasi yang lebih tinggi, bahkan memiliki keahlian profesional di bidang dan barang yang dilanggar, memiliki pemahaman dan kajian yang mendalam terhadap peraturan perundang-undangan untuk mengelak dari hukum guna menghindari atau tidak mematuhinya dalam rangka melayani produksi dan perdagangan barang hasil pelanggaran.
Jaringan perdagangan barang palsu beroperasi secara terorganisasi, transnasional, menyamar sebagai bisnis sah, dan secara efektif menerapkan teknologi digital untuk melanggar hukum dalam kegiatan komersial demi keuntungan ilegal.
Menggunakan teknologi digital untuk perdagangan barang palsu
Para delegasi yang hadir dalam konferensi tersebut menyatakan bahwa tren teknologi digital akan terus berkembang pesat, membantu dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan dan sosial-ekonomi. Namun, jika perkembangan teknologi digital diterapkan pada penyelundupan, manufaktur, perdagangan barang palsu, barang yang melanggar hak kekayaan intelektual, dan penipuan komersial, konsekuensinya akan sangat serius dan sangat sulit bagi pengelolaan negara.
Menurut pihak berwenang, dalam situasi baru, subjek menggunakan mesin berteknologi tinggi modern, teknologi pencetakan 3D, AI, dan deepfake untuk membuat produk palsu yang sulit dibedakan dengan mata telanjang dalam hal kemasan, label, dan stempel anti-pemalsuan.
Perangkat lunak teknologi akan menciptakan gambar dan video palsu untuk mengiklankan barang palsu dan melanggar hak cipta seolah-olah asli. Gunakan teknologi untuk memalsukan selebritas dengan teknik DeepFake untuk mempromosikan produk palsu dan barang melanggar hak cipta, gunakan chatbot atau AI untuk menulis ulasan palsu, dan gunakan merek asli untuk merespons pelanggan.
Dalam aktivitas e-commerce, pelaku bisnis menerapkan teknologi digital untuk menganalisis pasar, mendeteksi celah kebijakan atau algoritma platform e-commerce untuk menampilkan barang palsu tanpa terdeteksi. Situs web penjualan palsu yang identik dengan situs web asli mengarahkan konsumen untuk membeli barang palsu, dan menggunakan AI untuk menerobos sistem deteksi penipuan dalam transaksi.
Pada saat yang sama, gunakan perangkat lunak teknologi untuk membuat faktur, sertifikat, dan inspeksi palsu guna membangun kepercayaan pengguna dan menipu pihak berwenang. Gunakan perangkat lunak teknologi untuk menyiapkan sistem penyimpanan manajemen penjualan dua lapis guna melakukan penipuan komersial dalam hal pendapatan, output, dan kuantitas barang.
Teknologi digital juga akan diterapkan pada penipuan dalam rantai pasokan dan logistik seperti mengubah data GPS, sensor kargo untuk melegalkan perilaku, mengalihkan, menukar barang, memalsukan dokumen pengiriman elektronik, terutama barang yang dibeli dan dijual lintas batas hanya melalui tahap transportasi.
Peringatan tentang bahaya aplikasi teknologi Metaverse
Menurut Kantor Nasional 389, meskipun masalah autentikasi nomor telepon belum teratasi, penerapan perangkat lunak nomor telepon virtual telah menciptakan layanan VoIP (Voice over Internet Protocol), yang memungkinkan pengguna melakukan dan menerima panggilan menggunakan nomor telepon yang tidak terhubung ke kartu SIM fisik. Penggunaan aplikasi ini akan membantu para penipu menyembunyikan aktivitas mereka dan menghapus jejak mereka dengan cepat.
Khususnya, dalam pengembangan lebih lanjut, subjek-subjek ini akan menerapkan teknologi Metaverse. Ini adalah ruang virtual 3D berkelanjutan, yang dianggap sebagai versi internet yang telah ditingkatkan, yang membantu pengguna berpartisipasi dalam berbagai aktivitas seperti bekerja, menikmati hiburan, berbelanja, dan berkomunikasi.
Teknologi ini memungkinkan pengguna membuat akun virtual, menggunakan identitas palsu untuk berkomunikasi dan berdagang. Oleh karena itu, para pedagang menggunakan Metaverse sebagai alat untuk memperdagangkan barang palsu dan barang yang melanggar hak kekayaan intelektual, seperti membangun toko di Metaverse sebagai merek ternama, menggunakan logo, antarmuka, dan gambar iklan yang mirip dengan aslinya.
"Metaverse memungkinkan entitas untuk membuat NFT palsu, sehingga dengan teknologi ini, konsumen tidak dapat membedakan antara barang asli dan palsu, juga tidak dapat mengidentifikasi pelanggaran kekayaan intelektual yang ada," ujar Bapak Do Hong Trung, Wakil Kepala Kantor Nasional 389, memperingatkan.
Sumber: https://doanhnghiepvn.vn/chuyen-doi-so/toi-pham-dung-cong-nghe-ai-deepfake-buon-ban-hang-gia-nguy-hai-kho-luong/20250707032508394
Komentar (0)