Dimakan sejak kecil
Pagi-pagi sekali, matahari terbit, jalanan ramai orang. Saya mengunjungi warung nasi ketan kecil milik Pak Hy yang tak bertanda di Jalan Tung Thien Vuong (Distrik 12, Distrik 8, Kota Ho Chi Minh). Pak Hy, dengan rambut berhiaskan helaian perak, duduk menghadap jalan, membuat kotak-kotak nasi ketan untuk dijual kepada pelanggan.
Kepada para wartawan, kedai ini pertama kali dibuka di Distrik 5, lalu pindah ke Distrik 8 pada tahun 1990 dan juga memiliki banyak pelanggan tetap. Saya memesan seporsi nasi ketan seharga 10.000 VND dengan isian lengkap: nasi ketan, telur puyuh, kol, gulungan daging babi, minyak daun bawang, abon babi..., ditaburi sedikit kacang di atasnya, sungguh menarik.
Warung ketan 33 tahun, bertekad tak naikkan harga.
Keistimewaan hidangan nasi ketan ini adalah telur puyuh yang ditumis dengan acar kol Cina yang asin dan renyah, yang jarang ditemukan di tempat lain. Soal kualitasnya, saya beri nilai 9/10.
"Pelanggan sudah datang kembali selama 33 tahun, pasti Anda punya rahasia khusus?", mendengar pertanyaanku, pemilik kedai menjawab dengan perlahan, kebanyakan dari mereka adalah pelanggan tetap selama puluhan tahun dan menyukai rasa kedai nasi ketan tersebut.
Menurutnya, ketan di sini memiliki cita rasa yang familiar dan istimewa, serta disukai banyak orang, sehingga para pelanggan pun mendukungnya. "Saya sendiri yang menyiapkan bahan-bahannya, saya pilih sendiri ketan yang lezat dan lengket. Saya juga menumis telur puyuh dengan acar kol yang jarang ditemukan di tempat lain," ujar Pak Hy.
Sekotak nasi ketan harganya 10.000 VND.
Di antara para pelanggan, ada Ibu Ngoc Diem (27 tahun, Distrik 8). Ia mengatakan bahwa ia mengunjungi kedai nasi ketan Pak Hy setiap hari untuk sarapan. "Dulu saya makan nasi ketan saat kelas satu SD, dan sekarang setelah menikah, saya masih makan nasi ketan Pak Hy. Saya sudah terbiasa dan merasa sangat lezat, tidak ada tempat lain yang bisa menandinginya. Sekarang, orang-orang memasak nasi ketan modern dengan banyak bahan-bahan aneh yang tidak lagi mempertahankan rasa yang sama seperti sebelumnya. Nasi ketan Pak Hy terasa lengket, kaya rasa, dan mempertahankan cita rasa masa kecil saya," ujarnya.
Senada dengan itu, seorang pelanggan tetap menyebut dirinya "pelanggan tetap" warung nasi ketan. "Saya sudah makan ini sejak mereka berdua mulai berjualan bersama, sekarang hanya dia yang jual, saya kasihan padanya. Nasi ketannya berbeda, saya sudah mencobanya di banyak tempat tetapi tidak ada yang seperti miliknya. Saya sudah mencoba nasi ketan ini sejak kecil, dan saya masih menyukainya sampai sekarang. Harganya murah, satu kotak nasi ketan bisa membuat saya kenyang sampai siang," kata pelanggan itu.
Warung nasi ketan milik Bapak Hy dan mendiang istrinya.
Saya memberi lebih banyak kepada pelanggan miskin
Banyak orang menyebut tempat ini "Kedai Ketan Istriku". Saya penasaran, lalu bertanya mengapa. Pria berusia 65 tahun itu berkata, "Kedai ketan ini identik dengan istri saya. Semua pelanggan di sini adalah pelanggan tetapnya. Setelah beliau meninggal, saya mulai berjualan di tempatnya. Berkali-kali saya ingin berhenti berjualan, tetapi mengingat kembali kenangan itu, saya dan istri saya tak sanggup melakukannya."
Melihat orang-orang yang membutuhkan, khawatir pelanggan tidak akan punya cukup makanan, ia tak ragu memberi mereka lebih banyak nasi ketan dan sosis. "Di masa sulit, kami berjualan kepada mereka, kami merasa bersalah. Kalau kami ingin berjualan untuk waktu yang lama, kami harus mengutamakan hati. Kalau pelanggan melihat mereka menderita, kami akan memberi mereka lebih banyak agar mereka bisa makan cukup untuk pergi bekerja," ujarnya.
Telur puyuh ditumis dengan acar kubis untuk menciptakan rasa yang istimewa.
Pak Hy mengaku berkat dukungan dan kasih sayang para pelanggan setianya, ia mampu memenuhi kebutuhan hidupnya selama beberapa dekade terakhir. Saat ini, meskipun harga berbagai bahan baku sedang naik, Pak Hy belum berniat menaikkan harga jual. Ia mengatakan bahwa harga tersebut sudah sesuai untuk dirinya dan para pelanggannya.
Ia mengatakan warung nasi ketannya buka pukul 6 pagi. Meskipun harus bangun pukul 3 pagi untuk menyiapkannya, ia bahagia setiap hari bisa tetap setia melayani warung nasi ketan untuk mengenang mendiang istrinya, menyajikan hidangan-hidangan istimewa untuk memuaskan pengunjung selama bertahun-tahun.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)