Sejak pagi, pemakaman martir provinsi (kelurahan Phu Yen ) menyambut arus orang yang ramai. Orang-orang datang tanpa ribut, tanpa terburu-buru, dengan tenang membawa bunga, dupa, kue, dan buah-buahan. Setiap orang menyalakan dupa dengan tangan mereka sendiri, membungkuk di hadapan arwah para martir.
Dalam hati setiap orang, ada luapan haru, bercampur rasa syukur kepada mereka yang telah gugur demi kemerdekaan dan kebebasan bangsa, sehingga banyak generasi penerus hari ini dan masa mendatang dapat hidup bahagia dalam damai.
Orang-orang dari mana-mana datang ke pemakaman martir provinsi untuk mempersiapkan dan mempersembahkan bunga dan buah-buahan di altar. |
Sambil meletakkan sebuket krisan putih di depan makam, Ibu Nguyen Thi Nu, 67 tahun, berbisik: "Saya datang untuk menjenguk ibu saya. Hari ini adalah hari kematiannya..." Suaranya tercekat, lalu ia terdiam cukup lama. Matanya sayu karena usia, tetapi kenangan akan mendiang ibunya tak pernah pudar.
Ia masih ingat betul gambaran ibunya yang sedang membungkus bola-bola nasi untuk dibawa berperang bersama rekan-rekannya. Dalam suatu pertempuran, ibu, kakek, dan pamannya ditemukan musuh, terpaksa bersembunyi di bunker, dikepung, dan dikorbankan bersamaan. Di tengah-tengah pemakaman yang luas, makam-makam kerabatnya diletakkan satu demi satu, membuat hatinya pedih...
Setiap orang diam-diam menyalakan dupa untuk mengenang orang yang mereka cintai. |
Tak jauh dari sana, sebuah keluarga besar yang terdiri dari tiga generasi sedang mempersembahkan dupa kepada kakek dan ayah mereka yang dengan gagah berani mengorbankan nyawa mereka dalam perang perlawanan. Ibu Nguyen Thi Phuc dari Provinsi Khanh Hoa bercerita, "Setiap tahun, anak-cucu saya menyewa mobil dari Khanh Hoa untuk datang ke sini membakar dupa bagi ayah saya dan menghadiri peringatan di pemakaman martir provinsi. Ini bukan hanya upacara peringatan, tetapi juga tempat bagi anak-cucu untuk kembali ke akar mereka, mengingatkan mereka untuk tidak melupakan mereka yang telah mengorbankan masa muda mereka demi kemerdekaan negara."
Ibu Nguyen Do Lan Anh dari Hanoi mencari nama pamannya, martir Dang Quang San. |
Di lahan pemakaman yang luas, lebih dari 6.132 makam tertata rapi, bersih, dan khidmat, sebuah bukti nyata dari tahun-tahun heroik. Peringatan kematian 27 Juli bukan hanya peringatan kematian seorang putra, seorang prajurit, tetapi juga peringatan kematian seluruh generasi yang telah berinkarnasi di negara ini.
Tuan Nguyen Ngoc Xuan, 81 tahun, di bangsal Phu Yen, datang untuk membakar dupa untuk ayahnya, seorang martir yang meninggal pada tahun 1954. |
Bapak Nguyen Ngoc Than, seorang veteran yang bertempur di berbagai medan perang di seluruh negeri, dengan penuh emosi berkata: “Setiap tahun pada tanggal 27 Juli, saya hadir di pemakaman sangat pagi. Tanpa ada yang memberi tahu, kami - yang masih hidup - berkumpul dengan tenang, membersihkan setiap makam, menyiapkan persembahan, dan mengatur rombongan kerabat para martir untuk berziarah. Kami menyebutnya "peringatan kematian bersama" karena di sini, semua orang adalah saudara, saudara sedarah satu sama lain. Ini sungguh momen sakral dan emosional.”
Ibu Nguyen Thi Phuc di provinsi Khanh Hoa memimpin cucu-cucunya untuk membakar dupa di pemakaman para martir provinsi. |
Orang-orang terus berdatangan untuk mencari makam orang yang mereka cintai. Di depan tugu peringatan, asap dupa bercampur dengan cahaya senja, menciptakan ruang yang sunyi dan terasa sakral. Di pemakaman, tak hanya ada rasa kehilangan, tetapi juga rasa syukur dan kebanggaan dari berbagai generasi.
Source: https://baodaklak.vn/xa-hoi/202507/thieng-lieng-ngay-gio-chung-cua-cac-anh-hung-liet-si-38d0876/
Komentar (0)