Krisis Total: Dari Mimpi Robotaxi Menjadi Bahaya
Bagi para pemegang saham dan penggemar Tesla, paruh pertama tahun ini sungguh merupakan "ujian ketahanan yang berat". Perusahaan mobil listrik ini, yang dulu dianggap sebagai simbol inovasi, kini berjuang di tengah serangkaian krisis, mulai dari teknologi, penjualan, hingga politik .
Fokusnya adalah peluncuran robotaxi—sebuah impian yang telah dipuja Elon Musk selama bertahun-tahun. Pada akhir Juni, Tesla secara resmi mengerahkan armada mobil Model Y swakemudi untuk diuji di Austin, Texas, dengan harga hanya $4,20 per perjalanan.
Namun, kegembiraan itu segera berubah menjadi skeptisisme ketika video di media sosial menunjukkan mobil tersebut melaju ke arah yang salah, mengerem mendadak, dan hampir menabrak pejalan kaki. Badan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS (NHTSA) turun tangan, sementara kelayakan sistem "hanya penglihatan" (hanya menggunakan kamera, bukan radar) dipertanyakan.
Sementara itu, penjualan Tesla di Eropa anjlok. Di kawasan Nordik saja, registrasi mobil baru pada bulan Juni turun lebih dari 60% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan di Swedia penurunannya mencapai 64%. Di seluruh Uni Eropa, penjualan pada bulan Mei turun lebih dari 40%. Sementara itu, pesaing Tiongkok seperti BYD dengan cepat meraih pangsa pasar berkat harga yang rendah, beragam model, dan peluncuran produk yang cepat.
Namun, badai sesungguhnya bisa datang dari Elon Musk. Pernyataan kontroversialnya, terutama perbedaan pendapatnya dengan mantan Presiden Trump, telah meresahkan para investor. Trump telah mengatakan bahwa jika terpilih, ia akan memotong subsidi federal yang vital bagi Tesla.
Sejak 2019, perusahaan telah meraup lebih dari $10 miliar dari penjualan kredit emisi, sumber pendapatan yang menyumbang sepertiga dari laba bersihnya. Jika dihentikan, Tesla berisiko kehilangan pilar keuangan yang penting.
Investor mengamati saham Tesla untuk mencari tanda-tanda pemulihan (Foto: Getty).
Kejutan dan ramalan 4 kata
Di tengah pesimisme yang mencengkeram Wall Street, sebuah pandangan kontras yang mengejutkan muncul. Di Bloomberg TV, Gene Munster, seorang analis veteran dan mitra pengelola di Deepwater Asset Management, menyampaikan penilaian singkat empat kata: "Kita berada di posisi terbawah."
Ramalan Munster tidak didasarkan pada optimisme buta. Ia mendasarkannya pada laporan pengiriman kuartal kedua Tesla yang baru dirilis, yang menunjukkan bahwa perusahaan telah mengirimkan sekitar 384.000 kendaraan secara global. Meskipun turun 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angka tersebut masih 4% lebih tinggi dari perkiraan analis konsensus. Angka ini bahkan melampaui ambang batas pesimistis yang sebelumnya ditetapkan oleh lembaga keuangan seperti Goldman Sachs, yang memperkirakan sekitar 365.000 kendaraan.
Tak hanya itu, penjualan kuartal kedua meningkat 14% dibandingkan kuartal pertama, menunjukkan tanda-tanda stabilitas dan potensi pemulihan. Dua model utama, Model 3 dan Model Y, tetap menjadi andalan, menyumbang hampir seluruh penjualan.
Saham Tesla melonjak hampir 5% pada awal perdagangan setelah laporan dan komentar Munster ramai diberitakan, sebelum akhirnya mereda. Reaksi beragam ini mencerminkan sentimen yang saling bertentangan di antara para investor: satu pihak masih berharap, sementara pihak lain tidak dapat menyangkal risikonya.
Dua skenario untuk perjalanan yang tersisa
Pernyataan Munster tentang "titik terendah" bukan sekadar komentar pasar, tetapi juga membuka dua skenario yang jelas untuk masa depan Tesla.
Skenario optimis: Kuartal kedua tahun ini adalah titik terendah dari siklus penurunan. Dari titik ini, Tesla akan melewati periode tersulit, mulai dari tekanan persaingan hingga fluktuasi internal.
Seiring stabilnya rantai pasokan dan pulihnya permintaan, perusahaan dapat kembali meraih momentum. Meskipun banyak rintangan yang akan dihadapi robotaxi, jika mereka berhasil mencapai kemajuan teknologi atau regulasi, mereka bisa menjadi "kartu truf" besar yang dapat meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
Skenario bearish: Ini semua hanyalah dead cat bounce—reaksi jangka pendek terhadap tren penurunan jangka panjang. Tesla terus kehilangan pangsa pasarnya dari para pesaing Tiongkok, harganya terus tertekan, menekan margin keuntungan, dan masa depan robotaxi dibayangi serangkaian kegagalan dan hambatan regulasi. Sementara itu, Elon Musk terus memicu kontroversi, menambah ketidakpastian pemegang saham.
Tahun 2025 bisa menjadi salah satu tahun yang menentukan dalam sejarah Tesla, bukan hanya karena guncangannya, tetapi juga karena kemampuannya mengatasinya. Pernyataan bahwa "kita telah mencapai titik terendah" bukanlah jaminan kesuksesan, melainkan hipotesis yang perlu diuji setiap kuartal berikutnya.
Namun, bagi penggemar Tesla, komentar empat kata itu mungkin merupakan sinar harapan pertama setelah berbulan-bulan suram.
Sumber: https://dantri.com.vn/kinh-doanh/tesla-elon-musk-va-4-chu-co-the-dinh-doat-ca-nam-2025-20250706220612530.htm
Komentar (0)