Militer AS mengumumkan bahwa mereka telah mentransfer senjata pribadi dan lebih dari setengah juta butir amunisi ke Ukraina yang disita dari sebuah kapal yang "mengangkut dari Iran ke Yaman".
" Pemerintah AS mentransfer lebih dari 5.000 AK-47, senapan mesin, senapan runduk, senjata anti-tank RPG-7, dan lebih dari 500.000 butir amunisi 7,62 mm kepada angkatan bersenjata Ukraina pada 4 April," ungkap Komando Pusat Militer AS (CENTCOM) pada 9 April.
Militer AS menyita senjata dan amunisi dari empat kapal yang dicegatnya antara Mei 2021 dan Februari 2023 "saat kapal-kapal tersebut sedang dikirim oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran kepada pasukan Houthi di Yaman." Menurut CENTCOM, pengiriman tersebut cukup bagi Ukraina untuk mempersenjatai satu brigade.
Senjata yang diduga akan dikirim ke Yaman disita oleh AS di kapal penjelajah USS Monterey pada Mei 2021. Foto: Angkatan Laut AS
CENTCOM menuduh Iran mendukung kelompok-kelompok bersenjata di Timur Tengah yang "mengancam keamanan internasional dan regional, serta militer, diplomat , warga negara AS, dan mitra kami". "Kami akan terus melakukan apa pun untuk mengidentifikasi dan mencegah aktivitas destabilisasi Iran," kata CENTCOM.
Keputusan untuk mengirimkan barang tersebut muncul saat Ukraina menghadapi kekurangan amunisi yang signifikan karena paket bantuan senilai $60 miliar masih tertahan di Kongres AS, sementara dukungan dari negara-negara Barat lainnya telah tertunda.
Akan tetapi, sejumlah senjata individual dan setengah juta butir amunisi yang disebutkan di atas tidak dapat memenuhi kebutuhan Ukraina akan perlengkapan militer penting seperti peluru artileri dan peluru rudal antipesawat.
Ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah serangan Hamas dan kampanye pembalasan Israel di Jalur Gaza, pasukan AS di Timur Tengah diserang oleh milisi yang menggunakan pesawat tak berawak dan roket, serangan Houthi terhadap kapal kargo di Laut Merah, dan yang terbaru, konsulat Iran di Suriah diserang oleh serangan udara.
Jenderal Michael Kurilla, kepala CENTCOM, mengatakan pada 7 Maret bahwa situasi di Timur Tengah adalah "yang paling tidak stabil dalam 50 tahun" dan menuduh Iran mengubah kawasan itu menjadi titik krisis. Jenderal Kurilla mengatakan bahwa meskipun mendukung kelompok-kelompok milisi di kawasan itu, Iran tidak menginginkan perang dengan Amerika Serikat.
Nguyen Tien (Menurut AFP )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)