Low G dan tlinh berkolaborasi bersama dalam MV Love Game - Foto: FBNV
MV Love Game baru saja dirilis pada malam 11 September, dengan warna-warna Y2K yang cerah dan cemerlang serta serangkaian gambar yang mengingatkan kita pada masa kanak-kanak 8X, 9X.
MV 'LOVE GAME': visual yang cerah, lirik yang terputus-putus
Love Game adalah proyek terbaru yang menandai kolaborasi antara "duo progresif" Low G dan tlinh setelah EP bersama mereka , FLVR . Dengan beat yang diproduseri oleh Machiot, lagu ini membangkitkan semangat hip hop era 2000-an, dipadukan dengan nuansa pop modern.
Video musik yang disutradarai Ba Viet ini menciptakan ruang Y2K dengan ruang kelas, lorong, kafe internet komputer, Yahoo! Messenger, telepon geser... simbol-simbol yang familiar bagi generasi 8X dan 9X.
Low G bertransformasi menjadi "Raja Kencan", tlinh berperan sebagai "Pembunuh Cinta" dalam kisah cinta simulasi - Foto: FBNV
Secara visual, produk ini hampir menyentuh psikologi "nostalgia digital" para penonton, khususnya mereka yang tumbuh di awal era Internet.
Selain itu, klimaks MV juga menyertakan permainan simulasi, yang terinspirasi oleh permainan kencan, membantu produk tersebut menghibur sekaligus membangkitkan kenangan.
Sebuah unggahan Facebook dari Low G mengonfirmasi perilisan kali ini, dan mendapat banyak tanggapan dari penggemar yang antusias dengan irama dan konsepnya.
MV Love Game - Low G (ft. tlinh)
Namun, liriknya adalah poin yang paling kontroversial, pengulangan "tak familier, tak familier" yang mudah viral tetapi tak meninggalkan gaung. Kata-kata yang menggambarkan cinta di media sosial terasa canggung dan menyinggung.
Di satu sisi, hal itu mencerminkan gaya hidup "menggoda" dan "bom cinta" yang cukup populer di kalangan anak muda.
Alih-alih menggambarkan kisah cinta yang emosional, liriknya cenderung melebih-lebihkan "trik" cinta, membuat lagu tersebut lebih seperti parodi media sosial daripada komposisi musik yang lengkap.
Tentu saja, lirik "terbuka" bukanlah hal yang aneh dalam hip hop, tetapi kurangnya kedalaman membuat MV Love Game sulit dianggap sebagai produk dengan nilai artistik abadi.
Apakah penonton bersikap lunak terhadap konten musik?
Meskipun liriknya kontroversial, Love Game dengan cepat menjadi viral dan mendapat dukungan dari banyak penonton. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah penonton muda zaman sekarang terlalu mudah menerima musik?
Kebiasaan menerima lagu-lagu dengan melodi yang mudah diingat inilah yang membuat banyak lagu terasa "asyik didengarkan", meskipun liriknya kosong. Namun, masalahnya bukan hanya pada artisnya. Penonton juga berperan dalam mempertahankan kemudahan ini ketika "menikmati" musik pada level hiburan instan.
Alih-alih menuntut lirik yang berlapis-lapis dan terstruktur dengan ketat, pendengar rela mengabaikan segalanya hanya demi chorus yang adiktif atau video musik yang menarik perhatian. Hal itu belum tentu negatif. Musik, bagaimanapun juga, adalah untuk hiburan. Namun, ketika rasa puas diri menjadi kebiasaan, pasar akan kesulitan menghasilkan banyak produk dengan nilai yang berkelanjutan.
Artis yang berinvestasi dalam penulisan album dengan lirik yang mendalam akan kesulitan bersaing, sementara musik "instan" semakin membanjiri pasar.
Sumber: https://tuoitre.vn/mv-love-game-dep-phan-nhin-rong-phan-nghe-20250912201256598.htm
Komentar (0)