Kapal penumpang QN-7105 yang terbalik di perairan Ha Long telah menimbulkan pertanyaan mendesak tentang keselamatan maritim, terutama keterampilan menyelamatkan diri penumpang dalam situasi darurat.
Bapak Pham Quoc Viet, Kapten Tim Dukungan Pertolongan Pertama FAS Angel, menekankan pentingnya membekali diri dengan keterampilan melarikan diri, dengan mengatakan bahwa ini merupakan faktor kunci dalam meningkatkan peluang bertahan hidup jika terjadi kecelakaan kapal.
Perlu dilengkapi dengan keterampilan melarikan diri
"Banyak orang berpikir kecelakaan itu jarang terjadi. Namun, ketika terjadi insiden tak terduga, apakah kita memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelamatkan diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai?", ungkap Bapak Viet.

Bapak Pham Quoc Viet, Kapten Tim Dukungan Pertolongan Pertama FAS Angel (Foto: Toan Vu).
Yang terpenting adalah membekali diri dengan keterampilan berenang dan bertahan hidup di air (berenang dengan baik, mengapung, menjaga tubuh tetap hangat, mengatasi ombak besar), keterampilan pertolongan pertama dan keadaan darurat dasar (mengobati luka, memberikan pernapasan buatan bagi yang tenggelam) dan keterampilan dalam menggunakan perlengkapan keselamatan (jaket penyelamat, pelampung, suar, walkie-talkie, kompas).
Selain itu, awak kapal juga perlu mengetahui keterampilan bertahan hidup di laut (memberikan sinyal, mengambil air, mencari makanan, membangun tempat berlindung) serta keterampilan pencegahan dan tanggap insiden (memeriksa kapal, memahami peraturan keselamatan maritim, merencanakan perjalanan, dan menanggapi kebakaran dan ledakan).
Tahu cara melarikan diri
Saat pertama kali menaiki kapal, Anda perlu memperhatikan dengan saksama lokasi pintu darurat, jaket pelampung, sekoci penyelamat, peralatan darurat, dan mendengarkan dengan saksama instruksi keselamatan awak kapal.
Menurut Organisasi Maritim Internasional (IMO) dan Penjaga Pantai AS, waktu respons paling efektif adalah ketika kapal masih datar atau hanya sedikit miring. Ini adalah periode emas untuk evakuasi.

Pasukan penyelamat kapal pesiar yang terbalik (Foto: Minh Khoi).
Segera setelah penumpang menyadari tanda-tanda yang tidak biasa seperti air masuk ke kabin, kapal miring tajam, mesin kehilangan kendali, atau menerima peringatan cuaca buruk, mereka harus segera mengenakan jaket pelampung dengan benar. Jaket pelampung harus diikatkan erat di dada dan di antara kedua kaki.
Pendaratan harus dilakukan sesuai instruksi awak kapal. Penumpang harus dipindahkan ke area dek terbuka, dengan menjaga jarak yang sama agar tidak membebani salah satu sisi kapal. Jika terdapat sekoci penyelamat, prioritaskan anak-anak dan lansia.
Pertahankan suhu tubuh, hindari syok dingin
Menurut Bapak Viet, untuk menjaga suhu tubuh dan menghindari cold shock saat terjatuh ke laut dalam waktu lama, maka penting untuk sebisa mungkin membatasi pergerakan dengan menerapkan posisi HELP (lutut menempel di dada, peluk erat) jika sendirian atau posisi Huddle (peluk erat) jika banyak orang.
Selalu jaga kepala dan leher Anda di atas air karena area tersebut adalah yang paling cepat kehilangan panas.
Kenakan pakaian berlapis-lapis sebanyak mungkin (meskipun basah) karena pakaian tersebut memberikan lapisan insulasi yang tipis. Hindari minum air laut sebisa mungkin dan usahakan untuk tetap tenang serta mengatur pernapasan agar tidak mengeluarkan energi.
Minimalkan kontak kulit dengan air dan gunakan alat pengapung yang tersedia untuk menghemat energi. Jika memungkinkan, cari tempat berlindung atau berpegangan pada benda besar.
Kenakan jaket pelampung dan berpegangan pada sesuatu yang mengapung.
"Kuncinya saat menghadapi kapal yang tenggelam adalah tetap tenang dan mengenakan jaket pelampung sesegera mungkin. Segera setelah itu, Anda perlu segera mengidentifikasi pintu keluar terdekat, mengakses peralatan keselamatan seperti pelampung, rakit penyelamat, dan sama sekali tidak kembali untuk menyelamatkan barang-barang pribadi," analisis Bapak Viet.
Saat meninggalkan kapal, lompatlah dengan kaki lebih dulu, menjauh dari lambung kapal untuk menghindari tersedot ke dalam, dan berenanglah dengan cepat sejauh sekitar 100-200m.
Banyak korban yang tidak beruntung telah terjadi akibat dorongan psikologis untuk kembali mengambil ponsel, tas tangan, atau bagasi. Refleks ini berbahaya, tidak hanya dalam kasus tenggelamnya kapal, tetapi juga dalam situasi darurat seperti kebakaran rumah atau runtuhnya terowongan.
Prioritas utama adalah tetap hidup dan keluar dari zona bahaya secepat mungkin.
Catatan saat memberikan pertolongan pertama kepada seseorang yang tersedak air
Pakar ini mengatakan bahwa ketika menemukan seseorang yang tersedak air, hal pertama yang harus dilakukan adalah segera menilai kondisi korban (kesadaran, pernapasan, denyut nadi). Jika korban sadar dan masih bisa batuk, anjurkan mereka untuk batuk keras agar airnya keluar, jangan menelungkupkan mereka atau menekan perut mereka dengan tidak benar.
Jika korban tidak sadarkan diri atau menunjukkan tanda-tanda henti napas/jantung, segera hubungi 115 dan lakukan resusitasi kardiopulmoner (CPR) jika perlu (kompresi dada dikombinasikan dengan resusitasi mulut ke mulut).
Penting untuk menjaga korban tetap hangat setelah pertolongan pertama dan selalu membawa korban ke fasilitas medis untuk diperiksa guna menghindari risiko tenggelam sekunder.
Menurut Pusat Koordinasi Pencarian dan Penyelamatan Maritim Vietnam, pada tahun 2024, 1.118 orang yang mengalami kesulitan di laut diselamatkan dan segera dibantu oleh pasukan maritim Vietnam.
Pekerjaan pencarian dan penyelamatan di laut saat ini menghadapi banyak tantangan karena kekuatan dan peralatan masih terbatas, dan kemampuan untuk menanggapi kondisi cuaca buruk, terutama di wilayah laut terpencil, terbatas.
Meningkatnya kejadian cuaca ekstrem telah menyebabkan meningkatnya kecelakaan maritim dan sangat menghambat operasi penyelamatan.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/lam-gi-khi-tau-bat-dau-chim-ky-nang-song-con-ai-cung-can-biet-20250720122931514.htm
Komentar (0)