Sekelompok ilmuwan dari Universitas Saigon mengisolasi dua jenis mikroorganisme yang ditemukan dalam lumpur pabrik kertas untuk membuat bioplastik.
Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Ho Ky Quang Minh, dosen Fakultas Lingkungan, dan 10 rekannya sejak tahun 2020 dengan tujuan menciptakan bioplastik yang dapat terurai dalam 30 hari. Proyek ini juga bertujuan untuk mendaur ulang sampah menjadi bahan baku yang bermanfaat sesuai dengan model ekonomi sirkular.
Menurut Dr. Minh, air limbah (termasuk lumpur) dari pabrik kertas, makanan laut, gula, dll. mengandung banyak zat organik. Meskipun lingkungan air limbah ini cukup keras dan mengandung banyak toksin, mikroorganisme dapat sepenuhnya beradaptasi dengan mekanisme sintesis dan akumulasi sejenis polimer (bioplastik) di dalam tubuh.
Tim peneliti menggunakan sampel air dan lumpur dari sebuah pabrik kertas di Tien Giang untuk menganalisis mikroorganisme di lingkungan tersebut. Dengan menggunakan metode isolasi, identifikasi, dan eliminasi bakteri yang dapat menularkan penyakit, tim menemukan lebih dari 100 galur mikroorganisme yang mampu menciptakan bioplastik.
Dengan menganalisis karakteristik biologis, tim mengevaluasi dua galur bakteri, Bacillus pumilus (NMG5) dan Bacillus megaterium (BP5), sebagai yang memiliki efisiensi pembuatan plastik terbaik. "Di antara galur bakteri yang kami isolasi, masih banyak galur dengan efisiensi yang lebih tinggi," ujar Dr. Minh. Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa kedua galur bakteri ini memiliki tingkat bioplastik sebesar 40% dari massa kering yang terakumulasi.
Menguji kemampuan plastik biodegradable (putih) di lingkungan. Foto: NVCC
Pabrik kertas di Tien Giang memiliki kapasitas pengolahan air limbah sekitar 30.000 m³ per hari dan malam, dengan 30% berupa lumpur, atau sekitar 10.000 m³. Tim peneliti menghitung bahwa, secara teori, sekitar 40 ton bioplastik dapat diperoleh dari mikroorganisme. Namun, Dr. Minh mengatakan bahwa kasus di mana volume bioplastik hanya mencapai setengah dari perhitungan teoritis juga merupakan proporsi yang sangat besar.
Melalui analisis, ditunjukkan bahwa mikroorganisme terdapat dalam lumpur limbah pabrik dan memanfaatkan bahan organik di lingkungan sebagai sumber makanan, sehingga mampu menjernihkan air. Oleh karena itu, kelompok ini mengusulkan agar lumpur aktif dapat dikembangkan menjadi blok lumpur aktif yang dapat menghasilkan bioplastik sekaligus mengolah air dengan efisiensi yang lebih baik. Untuk mendapatkan bioplastik, diperlukan proses kimia atau fisika untuk memecah dinding sel mikroorganisme, yang umumnya terbuat dari polisakarida. Kemudian, digunakan pelarut untuk mengendapkan dan menghasilkan bioplastik. Plastik ini, ketika berada di lingkungan, akan menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme di sekitarnya, sehingga akan terurai dengan sangat cepat.
Tim peneliti berkoordinasi dengan pabrik kertas untuk mengambil sampel air dan lumpur untuk penelitian. Foto: NVCC
Bapak Truong Minh Tri, Direktur SG Workspace, sebuah perusahaan yang berspesialisasi dalam investasi di bidang lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, mengatakan bahwa penggunaan mikroorganisme untuk membuat bioplastik dan mengolah air limbah telah diteliti oleh banyak negara maju, dan beberapa tempat telah menerapkannya dalam skala industri. Di Vietnam, telah ada beberapa penelitian tentang bioplastik yang bermanfaat bagi perlindungan lingkungan, pertanian...
Menurut Bapak Tri, tren produk daur ulang untuk membantu melindungi lingkungan akan semakin populer dalam 5-10 tahun ke depan. Namun, agar populer dan kompetitif di pasar, produk daur ulang dari sampah harus memenuhi persyaratan kualitas dan harga yang lebih tinggi dibandingkan produk tradisional. Untuk mencapai persyaratan ini, produk bioplastik perlu dioptimalkan untuk menjamin kualitas dan membangun produksi skala besar guna mengurangi biaya. Di saat yang sama, kebijakan negara perlu menetapkan persyaratan wajib untuk membatasi penggunaan kantong plastik konvensional, sehingga menciptakan kondisi bagi produk bioplastik untuk lebih menembus pasar.
"Melalui proyek kelompok kami, kami akan terus berpartisipasi dalam tahap eksperimen skala laboratorium untuk mengevaluasi dan berkoordinasi dengan berbagai bisnis guna membangun proses produksi percontohan dan menggalang investasi agar produk ini dapat segera dipasarkan," ujar Bapak Tri.
Ha An
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)