Upacara pemujaan hutan masyarakat Jrai merupakan ritual tradisional penting yang mencerminkan kepercayaan lama masyarakat Dataran Tinggi Tengah terkait kesadaran akan perlindungan hutan.
Selain memiliki makna spiritual, upacara pemujaan hutan juga merupakan bentuk penghormatan kepada dewa hutan, sehingga turut serta mendidik generasi muda tentang tanggung jawab menjaga alam.
Menurut tradisi, setiap bulan Maret, pemerintah dan masyarakat kecamatan Ia Pech, distrik Ia Grai ( provinsi Gia Lai ) mengadakan upacara pemujaan hutan untuk berterima kasih kepada dewa hutan karena telah melindungi penduduk desa, memberkati mereka dengan cuaca yang baik, angin yang baik, dan hasil panen yang melimpah.
Upacara tahun ini diadakan di sungai Ia Co, desa Ograng, dengan partisipasi pemerintah setempat, penjaga hutan, polisi komune dan sejumlah besar masyarakat.
Sebelum upacara dimulai, para pemuda desa dan pasukan pengaman hutan memasuki area hutan untuk membersihkan pepohonan dan memilih sumber air yang paling bersih untuk keperluan upacara.
Persembahan tersebut dipersiapkan secara matang oleh warga desa, semuanya diletakkan dengan khidmat di sudut hutan yang dianggap suci oleh tetua desa.
Di ruang hutan suci, tetua desa Siu Doih (lahir tahun 1947) - pemuka upacara dan penggantinya dengan khidmat membaca doa dalam bahasa Jrai.
Setelah doa, tetua desa menuangkan anggur untuk mengundang para dewa dan membagikan persembahan kepada semua orang. Warga menikmati anggur dan daging panggang bersama di tengah hutan suci, dalam suasana khidmat dan nyaman.
Upacara pemujaan hutan tidak hanya mencerminkan kepercayaan masyarakat Jrai tetapi juga merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kesadaran tentang perlindungan hutan.
Bapak Nguyen Anh Tuan, Wakil Kepala Dinas Perlindungan Hutan Kabupaten Ia Grai, mengatakan bahwa hutan alam yang diserahkan pengelolaannya kepada masyarakat Desa Ograng dan Desa De Chi, Kecamatan Ia Pech, memiliki luas 568 hektar.
Setelah festival hutan, orang-orang tidak lagi menebang hutan atau berburu binatang liar, tetapi berpartisipasi aktif dalam kontrak perlindungan hutan, memanen rebung dan madu untuk meningkatkan kehidupan mereka.
Ketua Komite Rakyat komunitas Ia Pech Ngo Khon Tuan menekankan: Upacara pemujaan hutan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual dan budaya masyarakat Jrai.
Ini bukan hanya kesempatan untuk melakukan ritual bersama makhluk gaib, tetapi juga menunjukkan semangat keterikatan setiap masyarakat terhadap hutan dan alam. Masyarakat memiliki kesadaran yang baik dan berpartisipasi dengan pemerintah daerah untuk melindungi hutan.
Pemerintah daerah senantiasa menghimbau masyarakat untuk menjaga keindahan tradisional ini dan melakukan upaya-upaya baik dalam melindungi hutan.
Bapak Nguyen Dinh Dai (lahir tahun 1990, tinggal di kota Pleiku) bercerita bahwa ia diperkenalkan dengan upacara pemujaan hutan Jrai oleh teman-temannya, sehingga ia bersemangat untuk ikut serta.
Hutan tua yang megah, ritual-ritual sakral, semua orang rukun dan bersatu. Inilah ciri khas budaya yang perlu dilestarikan.
Upacara pemujaan hutan Jrai tidak hanya merupakan ritual spiritual tetapi juga bukti pengetahuan masyarakat adat dalam perlindungan hutan.
Secara turun-temurun, masyarakat Jrai memiliki peraturan yang ketat, seperti tidak melanggar batas hutan suci, tidak berburu, dan tidak melakukan eksploitasi di wilayah suci.
Begitulah cara masyarakat Jrai menjaga kelestarian hutan, menganggap hutan sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan.
Pemerintah daerah dan masyarakat berharap agar upacara pemujaan hutan ini terus dilestarikan, tidak hanya untuk melestarikan budaya tradisional tetapi juga untuk melestarikan sumber daya yang berharga bagi generasi mendatang.
Sumber: https://www.vietnamplus.vn/dong-bao-jrai-ta-on-than-rung-phu-ho-mua-thuan-gio-hoa-mua-mang-boi-thu-post1022387.vnp
Komentar (0)