Dalam sebuah pernyataan, para pemimpin dan pakar industri menekankan bahwa mengatasi risiko AI harus menjadi "prioritas global, di samping risiko lain seperti pandemi dan perang nuklir," menurut AFP. Pernyataan tersebut ditandatangani oleh puluhan pakar, termasuk Sam Altman, CEO OpenAI, perusahaan yang menciptakan platform ChatGPT.
ChatGPT menjadi terkenal akhir tahun lalu berkat kemampuannya menghasilkan esai, puisi, dan obrolan dari prompt yang sangat singkat. Demam ChatGPT telah menarik investasi miliaran dolar di bidang AI.
Logo ChatGPT dan kata bahasa Inggris Artificial Intelligence (AI)
Namun, para pakar industri telah membunyikan peringatan tentang segala hal mulai dari algoritma AI yang bias hingga risiko hilangnya pekerjaan massal karena otomatisasi bertenaga AI menyusup ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Pernyataan terbaru yang diposting di situs web Pusat Keamanan AI (organisasi nirlaba berbasis di AS) tidak memberikan rincian apa pun tentang potensi ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh AI.
Sementara itu, beberapa penandatangan, termasuk Tn. Geoffrey Hinton, yang menciptakan beberapa teknologi dasar untuk sistem AI dan dikenal sebagai bapak industri, telah mengeluarkan peringatan serupa di masa lalu.
Kekhawatiran terbesar mereka adalah gagasan yang disebut kecerdasan umum buatan (AGI), sebuah konsep yang mengacu pada titik di mana mesin mampu melakukan banyak fungsi yang sama seperti manusia dan dapat mengembangkan program mereka sendiri.
Yang mengkhawatirkan adalah manusia tidak akan mampu lagi mengendalikan AI, suatu situasi yang telah diperingatkan para ahli dapat menimbulkan konsekuensi bencana bagi umat manusia.
Puluhan pakar dari perusahaan termasuk Google dan Microsoft menandatangani pernyataan tersebut, yang muncul dua bulan setelah miliarder Elon Musk dan lainnya menyerukan penghentian sementara pengembangan teknologi AI hingga terbukti aman, menurut AFP.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)