Forum Regional ASEAN (ARF) ke-32 dalam rangka Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Malaysia pada 11 Juli. (Foto: Quang Hoa) |
Dalam analisis terbaru di situs web Modern Diplomacy, pakar Abdullah Akbar Rafsanjani, seorang peneliti di Pusat Studi Keamanan dan Luar Negeri (CESFAS), menganalisis peran ASEAN dalam perdamaian regional dan dunia.
Menurut pakar Abdullah Akbar Rafsanjani, dalam konteks dunia saat ini, Asia Tenggara telah menunjukkan stabilitas regional yang berkelanjutan, teruji oleh waktu. Sejak didirikan 58 tahun yang lalu, ASEAN telah menjaga kohesi regional berdasarkan prinsip-prinsip non-intervensi dalam urusan internal negara-negara, dialog, dan konsensus.
Jika perdamaian adalah narasi global, Asia Tenggara harus menjadi pusatnya, tidak hanya karena stabilitasnya tetapi juga karena kapasitasnya untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog daripada konfrontasi.
Selama hampir enam dekade, negara-negara Asia Tenggara telah berupaya membangun solidaritas regional untuk menghindari konflik. ASEAN didirikan dengan tujuan agar tidak "tersedot" ke dalam pusaran Perang Dingin. Para pendiri ASEAN menyadari bahwa stabilitas regional hanya dapat dicapai jika negara-negara saling percaya dan memiliki forum bersama.
Pakar Abdullah Akbar Rafsanjani menyoroti bahwa Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (TAC) yang ditandatangani pada tahun 1976 menjadi tonggak penting dalam pembentukan kerangka kerja regional untuk memastikan penyelesaian konflik secara damai, yang diikuti oleh banyak inisiatif seperti Forum Regional ASEAN (ARF), KTT Asia Timur (EAS)...
Asia Tenggara merupakan bukti bahwa perdamaian tidak selalu datang dari aliansi militer, melainkan dari dialog, diplomasi, dan persatuan dalam keberagaman. Inilah kekuatan kawasan ini, yang menjadikan ASEAN "jantung" perdamaian dunia di dunia multipolar.
Sumber: https://baoquocte.vn/chuyen-gia-ly-giai-vi-sao-asean-la-trai-tim-cua-hoa-binh-the-gioi-321191.html
Komentar (0)