Mulai 1 Juli 2025, seluruh negeri akan resmi beralih ke model pemerintahan daerah dua tingkat yang terdiri dari provinsi/kota dan komune/kelurahan/kota kecil, sehingga menghilangkan tingkat distrik dan kabupaten. Ini merupakan langkah penting dalam mereformasi aparatur administrasi, yang bertujuan untuk mewujudkan tata kelola negara yang lebih ramping, efektif, dan efisien.
Pada saat yang sama, sejak 30 Juni, sistem basis data nasional telah memperbarui informasi pribadi baru untuk orang-orang pada aplikasi VNeID, termasuk kota asal dan alamat tetap sesuai dengan batas administratif baru.
Segera setelah perubahan ini, muncul tren di media sosial di mana pengguna dengan antusias membagikan tangkapan layar aplikasi VNeID yang menampilkan informasi alamat baru, sebagai cara untuk "menunjukkan" bahwa mereka adalah warga negara dari unit administratif baru tersebut. Namun, tindakan yang tampaknya tidak berbahaya ini sebenarnya mengandung banyak risiko keamanan yang serius.
Kebiasaan "memamerkan" dokumen pribadi, kode tiket, laporan bank, dll. telah populer selama bertahun-tahun di media sosial. Dengan semakin terintegrasinya VNeID ke dalam kehidupan digital warga, citra aplikasi ini telah menjadi target baru bagi orang-orang yang berniat jahat. Tren mengunggah foto alamat yang diperbarui setelah penggabungan wilayah semakin meningkatkan risiko kebocoran informasi.
Terutama di era di mana data digital telah menjadi aset berharga, mengungkapkan informasi pribadi sama saja dengan "membuka pintu" bagi penjahat untuk mengaksesnya. Banyak penipuan saat ini berawal dari korban yang informasi pribadinya dieksploitasi secara publik di Facebook, Zalo, atau platform jejaring sosial lainnya.
Menurut Bapak Vu Ngoc Son - Kepala Departemen Penelitian Teknologi, Asosiasi Keamanan Siber Nasional, fakta bahwa pengguna bersemangat untuk membagikan gambar kartu identitas warga negara di jejaring sosial setelah mendapatkan informasi terbaru tentang tempat tinggal tetap baru mereka sesuai dengan batas administratif baru, berpotensi menimbulkan risiko kebocoran informasi pribadi.

Dengan perkembangan teknologi pengenalan gambar menggunakan kecerdasan buatan (AI), sistem dapat menganalisis foto secara otomatis dan mengumpulkan informasi dari gambar tersebut, sehingga memperoleh informasi tentang alamat pengguna, bahkan nomor ID pengguna jika tidak tercakup. Data ini dapat digunakan untuk membuat profil pribadi, melakukan pemalsuan, penipuan, perampasan properti, atau peniruan identitas untuk membuat dokumen palsu.
Bapak Vu Ngoc Son juga menyarankan untuk tidak mengunggah foto KTP, SIM, kartu bank, dll. secara daring. Tutupi informasi seperti nomor KTP, alamat, dan kode QR. Di saat yang sama, Anda harus berhati-hati dalam mengunggah dan selalu waspada terhadap kontak yang tidak diinginkan setelah informasi bocor.
Kisah berbagi gambar VNeID atau dokumen pribadi di jejaring sosial sekali lagi menekankan pentingnya kesadaran keamanan di era digital. Momen "pamer" di dunia maya dapat berdampak jangka panjang, mulai dari penipuan identitas hingga penipuan online dengan trik berteknologi tinggi.
Mengubah batas administratif dan memperbarui informasi pribadi merupakan bagian dari proses modernisasi manajemen negara. Namun, untuk benar-benar memasuki era digital dengan aman, setiap warga negara perlu membekali diri dengan pengetahuan yang tepat tentang perlindungan informasi pribadi.
Source: https://www.vietnamplus.vn/canh-bao-trao-luu-khoe-anh-can-cuoc-tren-vneid-sau-khi-cap-nhat-dia-chi-moi-post1047525.vnp
Komentar (0)