Setelah badai nomor 3, rumah kaca dan rumah jaring di desa Pak Hoan hancur total. Rangka besi rumah kaca yang kokoh hampir hancur total. Melihat barisan melon yang tumbuh subur, dengan buah-buah bergelantungan di mana-mana, Pak Hoan merasa sakit hati.
Keluarga Tuan Huan, termasuk putranya, juga menderita kerugian besar. Melon dan cantaloupe yang akan dipanen sudah tidak dapat diselamatkan lagi. Oleh karena itu, selama beberapa hari terakhir, pasangan ini kurang tidur karena mengkhawatirkan putra mereka. Sambil duduk linglung di samping teko teh hangat, Tuan Hoan melihat istrinya membawa tongkat bahu dan pergi ke suatu tempat lebih awal, jadi ia berseru:
- Kamu mau ke mana? Kamu bilang mau ke pasar buat beli beberapa keperluan buat ke kota jenguk cucumu.
"Saya sudah menelepon Minh dan istrinya. Saya akan melewatkan janji temu dengan kalian lain kali. Saya masih harus tinggal di rumah dan membantu keluarga Huan membersihkan ladang dan kebun untuk mempersiapkan panen melon baru," kata Nyonya Hoa.
Mendengar istrinya menyuruhnya pergi ke rumah kaca putranya, Pak Hoan segera mengenakan topinya dan mengikutinya. Hari masih pagi, tetapi ladang desanya sudah cukup ramai. Beberapa anggota serikat pemuda dari komune datang membantu lebih awal. Beberapa membersihkan tanaman melon yang layu, yang lain menata ulang media tanam yang rusak akibat angin dan hujan. Melihat Pak Hoan dan istrinya keluar, anak-anak muda itu segera menyapa mereka dan kemudian kembali bekerja, tanpa menghiraukan gerimis. Tersentuh oleh hati anak-anak muda itu, Pak Hoan pun membuka mulut:
Terima kasih sudah datang membantu keluarga putraku! Badai itu merusak seluruh kebun melon.
Tuan Tu, Sekretaris Persatuan Pemuda komune tersebut, menghibur Tuan Hoan:
Bencana alamnya parah, Pak Huan masih muda dan masih bisa melakukannya lagi, Pak. Kemarin, para pemimpin komune mengadakan rapat dan mengusulkan rencana kepada distrik untuk membantu keluarga yang rumah kacanya rusak. Serikat Pemuda kami telah meluncurkan periode puncak untuk mendukung pemulihan pasca Badai No. 3.
Mendengar apa yang disampaikan Sekretaris Persatuan Pemuda komune, Bapak Hoan merasa lega. Ibu Hoa dan beberapa temannya pun segera memanen melon yang sudah matang dan mulai manis, lalu membawanya ke pusat komune untuk dijual agar dapat menabung setiap sen untuk putranya. Meskipun ladang masih berantakan, Bapak Hoan percaya bahwa Tuhan tidak akan mengecewakan mereka yang bekerja keras. Dalam beberapa hari, ladang desa akan kembali menghijau. Kebun melon dan sayur akan segera pulih...
BAO ANH[iklan_2]
Sumber: https://baohaiduong.vn/vuon-dua-se-som-hoi-sinh-393496.html
Komentar (0)