Letnan Kolonel Nguyen Thanh Tin, Wakil Kepala Polisi Distrik Hai Ba Trung, mengonfirmasi adanya insiden yang menyebabkan gangguan dan sedang memverifikasi dan mengklarifikasi penyebab insiden tersebut.

Menurutnya, melalui verifikasi, perkara ini sangat pelik sehingga kepolisian harus mengusut dan menanganinya secara tuntas agar tidak menimbulkan gangguan dan ketidakamanan di wilayah tersebut.

Tanpa Judul 1 salinan.png
Spanduk terpasang di depan rumah Ibu H. Foto: Dipotong dari klip

Sementara itu, Kepala Kepolisian Distrik Bach Khoa (Distrik Hai Ba Trung) mengatakan bahwa pihaknya telah mengundang para pihak untuk bekerja dan meminta mereka untuk mematuhi ketentuan hukum dan tidak menimbulkan kekacauan. Selama bekerja, orang yang meminjamkan uang kepada Ny. H. belum menunjukkan dokumen yang jelas.

Menurut keterangan warga setempat, pada tanggal 2-9 November, di depan rumah nomor 42, jalur 30 Ta Quang Buu (kelurahan Bach Khoa), muncul sekelompok orang yang berjumlah sekitar 3-4 orang, termasuk seorang perempuan yang mengaku sebagai kreditor sambil membawa spanduk dan memegang pengeras suara, menuntut agar Nyonya Tran Thi Hong H. (lahir tahun 1947) membayar uang sebesar 31 miliar VND yang konon dipinjam Nyonya H. sebelumnya.

Mereka memasang spanduk dan menyiapkan kursi di depan rumah, meneriakkan nama Ibu H. dan Bapak Ho Van K. (lahir tahun 1946, suami Ibu H.) serta menyebutkan utang-utang yang pernah dipinjamnya. Kelompok orang ini, yang terkadang menuntut Ibu H. membayar pokok dan bunga sebesar 31 miliar VND, terkadang menuntut 60 miliar VND, membuat gang itu ramai dan riuh, membuat warga sekitar geram.

aaaaaaaaaaaaa.png
Sekelompok orang datang ke rumah Ibu H untuk menagih utang. Foto: Potongan klip

Bapak BMS (lahir tahun 1946, tetangga Bapak K.) menuturkan, sekitar 10 hari yang lalu ada seorang ibu-ibu bersama beberapa orang membawa spanduk dan kursi untuk duduk di depan rumah Ibu H. dalam rangka menagih utang sehingga mengakibatkan keonaran di gang tersebut.

Ketika para tetangga mengingatkan mereka, orang-orang ini mengatakan mereka akan "beroperasi" selama jam kerja. Pak K. mengatakan bahwa suatu kali ketika ia datang untuk menanyakan berapa banyak uang yang mereka berutang kepada Bu H. dan apakah mereka memiliki dokumen, mereka memberikan angka puluhan miliar dong dan tidak memberikan dokumen apa pun.

Ibu NTV (sebelah rumah Bapak K) juga menuturkan, selain ada sekitar 3-4 orang yang datang meminta Ibu H untuk membayar utang, ada juga 1-2 orang yang memanggil-manggil Ibu H untuk mengancam.

W-z6034982754689_87d8e3d6bfa4754dedf873bdfd5c638f.jpg
Area tempat kejadian. Foto: Tien Dung

Bapak Ho Viet A. (putra Ibu H.) bercerita: "Saya tidak tahu bagaimana ibu saya bisa meminjam uang dari orang-orang ini, tetapi ketika saya bertanya tentang pinjaman tersebut, mereka tidak memberikan dokumen atau bukti apa pun, melainkan hanya "meneror mental" keluarga saya."

Menurut Bapak Ho Viet A, karena "diteror secara mental", orang tuanya harus dirawat di rumah sakit untuk perawatan darurat. "Saya bertanya mengapa mereka menagih utang itu, dan ibu saya berkata: 'Saya pernah punya utang sebelumnya, tetapi sejak 2019, saya sudah melunasinya, itu tidak ada hubungannya dengan saya lagi, tetapi saya tidak mengerti mengapa mereka masih menagih dan mengancam saya. Itulah sebabnya saya menulis petisi kepada pihak berwenang untuk mengklarifikasi masalah ini, untuk mengakhiri masalah ini, dan agar tidak mengganggu orang tua saya dan orang-orang di sekitar saya.'"

Bapak Ho Viet A. juga berbagi: “Rumah pribadi saya di distrik Dong Nhan (distrik Hai Ba Trung) juga pernah dituang benda-benda kotor ke pintu oleh orang tak dikenal, menyebabkan kepanikan bagi seluruh keluarga. Saya berharap pihak berwenang segera menyelidiki dan mengklarifikasi. Jika ibu saya meminjam uang, pemberi pinjaman harus memberikan dokumen yang lengkap.”

Bapak LVS, Kepala Kelompok Hunian 11 (Kelurahan Bach Khoa), mengatakan: "Ketika saya belum melapor ke polisi dan Ibu H. beserta suaminya belum dirawat di rumah sakit untuk perawatan darurat, selalu ada sekelompok orang yang membawa pengeras suara ke rumah nomor 42 untuk menagih utang, sehingga menimbulkan kegaduhan, mengganggu keamanan dan ketertiban di lingkungan tersebut, dan membuat warga di sini pusing."

Namun sejak melapor ke polisi (lebih dari seminggu yang lalu - PV), wilayah ini telah stabil, tidak ada lagi kekacauan atau ketidakamanan."

Menurut Ketua RT 11, warga tidak tahu menahu soal utang pribadi tersebut. "Ketika tim penagih utang bekerja sama dengan polisi, yang saya saksikan sendiri, mereka tidak bisa menunjukkan dokumen apa pun," kata Ketua RT 11.