(NLDO) - Daerah Mongolia ini dulunya merupakan lautan selama 115 juta tahun, setelah batuan mendidih dari kerak Bumi naik ke atas, membelah wilayah yang luas.
Menurut Live Science, sebuah studi baru menemukan bukti bahwa negara gurun Mongolia dulunya merupakan rumah bagi sebuah samudra. Yang lebih mengejutkan, samudra itu ternyata tidak biasa, terbentuk ketika gumpalan mantel tiba-tiba merobek kerak Bumi.
Sebelumnya, para penulis tertarik dengan batuan vulkanik di Mongolia barat laut dari periode Devon (419 juta hingga 359 juta tahun yang lalu).
Gurun Mongolia barat laut saat ini dulunya merupakan bagian dari Samudra Mongol-Okhotsk, yang terbentuk akibat terkoyaknya kerak Bumi - Foto: ESCAPE TO MONGOLIA
Periode Devon juga dikenal sebagai "zaman ikan", ketika spesies ikan tiba-tiba terdiversifikasi dan bertambah jumlahnya di lautan, sementara tanaman mulai menutupi daratan.
Pada masa itu, Bumi hanya memiliki dua superbenua, Laurasia dan Gondwana, beserta bentangan panjang mikrobenua yang pada akhirnya akan menjadi Asia masa kini. Mikrobenua-mikrobenua ini secara bertahap bertabrakan dan menyatu dalam proses yang disebut akresi.
Tim melakukan kerja lapangan di Mongolia barat laut, tempat batuan hasil tumbukan yang membentuk benua tersingkap di permukaan.
Mereka menemukan bahwa antara sekitar 410 juta hingga 415 juta tahun lalu, sebuah samudra yang disebut Samudra Mongol-Okhotsk terbuka di wilayah tersebut.
Komposisi kimia dari batuan vulkanik yang menyertai retakan ini mengungkap adanya gumpalan mantel mendidih yang merobek kerak Bumi sehingga lautan yang disebutkan di atas dapat terbentuk.
Gumpalan mantel adalah kolom material luar biasa panas yang muncul dari dalam mantel Bumi.
“Plume mantel sering terlibat dalam fase pertama siklus Wilson, yang menandai terpecahnya benua dan terbukanya samudra, seperti Samudra Atlantik,” jelas Profesor Mingshuai Zhu dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.
Dalam banyak kasus, hal ini terjadi tepat di tengah-tengah massa benua yang padat, sehingga merobeknya.
Faktor geologis dalam kasus Mongolia sangat kompleks, karena gumpalan mantel ini merobek kerak yang sebelumnya tertahan melalui akresi.
Menurut Profesor Zhu, hal ini mungkin disebabkan oleh benua yang baru terbentuk yang memiliki titik-titik lemah dan aliran mantel yang memanfaatkannya.
Namun, lautan ini hanya ada selama 115 juta tahun sebelum ditutup kembali oleh Bumi, sehingga saat ini yang kita lihat hanya Mongolia yang terletak di padang pasir yang luas.
Proses pembentukan samudra purba ini sangat lambat, dengan daratan yang terbuka hanya beberapa sentimeter per tahun. Tempat-tempat lain di Bumi mungkin sedang mengalami fenomena mantel serupa yang merobek kerak Bumi saat ini.
Contoh utama adalah Laut Merah, yang pantainya melebar sekitar 1 cm per tahun.
Retakan di Laut Merah lebih besar daripada yang pernah menutupi Mongolia. Jadi, dalam puluhan juta tahun, apa yang sekarang merupakan Laut Merah yang sempit bisa menjadi samudra baru yang luas di lepas pantai Afrika Timur.
[iklan_2]
Sumber: https://nld.com.vn/trai-dat-tung-rach-toac-o-mong-co-dai-duong-moi-ra-doi-196240628111114712.htm
Komentar (0)