Pada tanggal 7 Februari, RT melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak rencana yang diajukan Hamas, dengan menegaskan bahwa “tidak ada solusi lain selain kemenangan penuh” atas Hamas.
Rencana gencatan senjata yang dirancang Hamas mengusulkan gencatan senjata tiga tahap, selama 135 hari di mana sandera Israel akan ditukar dengan tahanan Palestina, pekerjaan rekonstruksi akan dimulai di Gaza dan negosiasi yang ditujukan untuk gencatan senjata permanen akan diadakan sementara pasukan Israel menarik diri dari jalur tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak rencana yang diusulkan Hamas untuk mengakhiri konflik di Jalur Gaza. (Foto: AFP)
Rencana tersebut kemudian bocor ke media pada tanggal 6 Februari dan ditolak oleh Israel.
"Rencana gencatan senjata Hamas yang baru saja kita dengar tidak akan membawa kebebasan bagi para sandera, melainkan hanya akan memicu krisis baru – sesuatu yang tidak diinginkan oleh warga negara Israel," ujar Netanyahu dalam konferensi pers pada 7 Februari.
Perdana Menteri Netanyahu menekankan bahwa Israel akan “ memastikan bahwa Gaza didemiliterisasi selamanya ” dan mempertahankan operasi militer di jalur tersebut setiap saat untuk memastikan Hamas tidak dapat kembali.
“Kita sedang menuju kemenangan penuh,” tegas Netanyahu, seraya menambahkan bahwa “ kemenangan dapat diraih bukan dalam hitungan tahun atau dekade, melainkan dalam hitungan bulan .”
Penekanan Netanyahu pada "kemenangan total" telah membuat hubungan antara Tel Aviv dan Washington menjadi tegang, begitu pula penolakannya terhadap solusi dua negara dalam konflik puluhan tahun dengan Palestina.
Meskipun AS belum mendukung proposal gencatan senjata tertentu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Netanyahu dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas pada tanggal 7 Februari.
Menurut Menteri Luar Negeri Blinken, AS menganggap “ pembentukan negara Palestina sebagai cara terbaik untuk memastikan perdamaian dan keamanan abadi ” di kawasan tersebut.
Pasukan Israel telah memerangi Hamas di Jalur Gaza selama lebih dari 120 hari dan telah mencapai kemenangan yang “belum pernah terjadi sebelumnya”, menurut Netanyahu.
Namun, sementara Perdana Menteri Israel mengklaim bahwa negaranya telah membunuh 20.000 militan Hamas, otoritas kesehatan Palestina di Gaza mengklaim bahwa sekitar dua pertiga dari 27.000 orang yang tewas di daerah itu adalah wanita dan anak-anak.
Menurut Wall Street Journal , hingga akhir bulan lalu, pejabat intelijen AS meyakini Israel telah membunuh sekitar 5.000 anggota Hamas.
Perdana Menteri Israel membantah laporan bahwa Hamas tengah merebut kembali kendali atas beberapa wilayah di Gaza utara, dan mengatakan bahwa penarikan total pasukan Hamas merupakan "proses yang membutuhkan waktu".
Tra Khanh (Sumber: russian.rt.com)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)