SGGPO
Sejak awal tahun, penyakit layu akasia telah muncul di lebih dari 8.200 hektar hutan tanaman di sebagian besar wilayah provinsi Quang Ngai dan cenderung menyebar, menyebabkan kerugian ekonomi bagi petani hutan.
Provinsi Quang Ngai memiliki sekitar 225.000 hektar hutan tanaman, terutama akasia. Pohon ini berkontribusi pada pengentasan kemiskinan di daerah pegunungan di provinsi tersebut. Namun, selama 2 tahun terakhir, para petani akasia menghadapi banyak kesulitan akibat penyakit pada pohon akasia.
Sejak awal tahun 2023, penyakit layu akasia telah muncul di lebih dari 8.200 hektar hutan tanaman di sebagian besar wilayah, di mana lebih dari 5.500 hektar terinfeksi parah dan cenderung menyebar, menyebabkan kerusakan berat bagi petani hutan, banyak orang harus menebang dan mencabut pohon akasia, menggantinya dengan tanaman lain.
Orang-orang menghancurkan pohon akasia karena penyakit |
Pohon akasia menunjukkan tanda-tanda daun layu akibat dehidrasi, kulit batang berubah cokelat, kayu di dalamnya berwarna abu-abu tua, di beberapa tempat area yang terserang mengeluarkan getah cokelat atau busa putih, pohon yang terinfeksi parah akan layu, menggugurkan daun, dan akarnya berubah menjadi abu-abu tua. Gejala penyakit yang berkepanjangan menyebabkan pohon akasia tumbuh buruk dan akhirnya mati. Pengujian telah menentukan bahwa penyebab penyakit ini adalah jamur Ceratocystis sp dan jamur Fusarium sp.
Bila pohon akasia terserang penyakit, rumah tangga disarankan untuk memusnahkan pohon yang sakit, menaburkan bubuk kapur, dan membersihkan penutup tanah untuk mencegah penyebaran dan penularan.
Menurut Dinas Budidaya dan Perlindungan Tanaman Provinsi Quang Ngai, selain jamur, pohon akasia juga mati akibat teknik budidaya yang tidak tepat. Sebagian besar rumah tangga masih menanam dengan kepadatan yang terlalu tinggi, pemilik hutan menanam dengan kepadatan sekitar 5.000 pohon/ha, bahkan hingga 8.000 pohon/ha di beberapa tempat, sementara kepadatan yang disarankan hanya 1.500-2.000 pohon/ha, atau yang tertinggi adalah 2.500 pohon/ha.
Selain itu, varietas merupakan faktor penentu produktivitas dan kualitas hutan tanaman. Namun, di provinsi ini, stek akasia lebih banyak digunakan, karena rentan terhadap penyakit dan kurang tahan terhadap badai. Masyarakat seringkali berfokus pada eksploitasi kayu dalam siklus 3-5 tahun untuk dijual, sehingga nilai hutan tanaman menjadi sangat rendah, rata-rata hanya 60-80 juta VND/ha.
Untuk meningkatkan nilai hutan tanaman, solusi jangka panjangnya tetap dengan mengajak pelaku usaha untuk berinvestasi bersama pemilik hutan guna membentuk rantai yang menghubungkan penanaman hutan bahan baku dengan kayu besar.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)