Oleh karena itu, sebuah perusahaan riset pasar dan analisis data internasional Inggris baru-baru ini ditugaskan untuk melakukan survei tentang kesadaran dan akses ke layanan medis dalam perawatan dan pengobatan kanker di Asia Tenggara.
Survei ini dilakukan terhadap lebih dari 6.000 orang di 6 negara Asia Tenggara (termasuk lebih dari 1.000 partisipan Vietnam). Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas partisipan sangat menyadari pentingnya deteksi dini kanker.
Namun, tingkat skrining kanker masih rendah, akses ke pilihan pengobatan terbatas, dan pemahaman tentang pilihan pengobatan dan perawatan pasca pengobatan masih belum memadai.

Para ahli menganalisis tingkat kesadaran terhadap kanker di antara masyarakat Vietnam yang berpartisipasi dalam survei (Foto: Hoang Le).
Menganalisis kelompok yang disurvei di Vietnam, penelitian menemukan bahwa mayoritas (84%) percaya bahwa deteksi kanker dini memainkan peran penting dalam meningkatkan hasil pengobatan, tetapi hanya 34% peserta yang pernah diskrining untuk kanker.
Dari jumlah tersebut, hanya 13% yang telah menjalani tes skrining kanker spesifik.
Ada banyak alasan mengapa partisipan Vietnam tidak menjalani skrining kanker dalam studi ini, dengan mayoritas mengatakan mereka "merasa tidak perlu". Sentimen ini juga umum di negara-negara lain di kawasan ini. Selain itu, terdapat pula alasan tingginya biaya skrining dan ketakutan didiagnosis kanker (keduanya sebesar 22%).
Meskipun lebih dari separuh responden Vietnam mengatakan mereka yakin akan terkena kanker di beberapa titik dalam hidup mereka, hal ini tidak mendorong mereka mengambil tindakan pencegahan proaktif.
Selain itu, beberapa orang memiliki pengetahuan terbatas tentang terapi modern dan akses terhadap perawatan. Selain itu, kesadaran peserta survei tentang perawatan pascaperawatan masih rendah.
Berbagi pada seminar yang mengumumkan survei di atas, yang diadakan di Kota Ho Chi Minh, Associate Professor, Dr. Tran Thanh Huong, Wakil Direktur Institut Kanker Nasional, mengatakan bahwa keterjangkauan dan aksesibilitas adalah dua faktor kunci dalam perawatan dan pengobatan kanker.

Seorang pasien leukemia menerima transplantasi sel punca di Kota Ho Chi Minh (Foto: Rumah Sakit).
Asuransi kesehatan (HI) memainkan peran penting dalam keterjangkauan. Di Vietnam, 90% penduduk memiliki asuransi kesehatan, tetapi asuransi tersebut tidak menanggung perawatan yang ditargetkan. Selain itu, banyak obat kanker yang harganya sangat mahal dibandingkan dengan pendapatan masyarakat, sehingga membutuhkan bantuan pemerintah .
Profesor Madya Huong menganalisis bahwa banyak orang memiliki kebiasaan memasukkan skrining kanker ini ke dalam pemeriksaan kesehatan tahunan mereka. Namun, saat ini terdapat banyak pilihan untuk tes skrining kanker, sehingga perlu memilih metode yang sesuai dengan biaya dan karakteristik manusia.
Mengenai aksesibilitas, Vietnam memiliki pedoman tentang tata cara pengobatan, tetapi perlu terus memperbarui metode baru dan modern agar masyarakat mengetahuinya.
Para ahli berharap bahwa pengembangan AI dapat membantu dokter membuat diagnosis yang lebih akurat dan tepat sasaran, dan intervensi lanjutan akan membantu pasien kanker tidak perlu lagi menjalani kemoterapi di masa mendatang.
Sumber: https://dantri.com.vn/suc-khoe/nhieu-nguoi-viet-khong-tam-soat-ung-thu-vi-so-bi-chan-doan-mac-benh-20250911002550370.htm
Komentar (0)