Liburan Tet di kampung halamanku berlalu begitu cepat. Dalam sekejap mata, tibalah hari kakekku membungkus kue Chung, dan dalam sekejap mata, sudah tanggal 1, 2, dan 3.
Pada bulan lunar kedua belas, anak-anak di keluarga saya menggunakan spidol merah untuk menghitung mundur di kalender meja, menandai waktu untuk menyeret koper mereka ke rumah kakek-nenek mereka untuk merayakan Tet. Bulan-bulan menjelang Tet terasa begitu lama. Namun, bulan kedua belas berlalu begitu cepat. Terutama hari-hari ketika kami meletakkan koper di tengah halaman kakek kami, mencium aroma berbagai macam bunga di taman, merasa seperti baru fajar, berjalan-jalan di pasar, membersihkan rumah dan dapur sebentar, lalu hari sudah gelap.
Kakek-nenek masih menjaga tradisi membungkus kue Chung pada sore hari tanggal 27 Tet.
Perayaan Tet di rumah kakek-nenek saya masih mempertahankan hampir semua tradisi masa lalu. Kakek-nenek saya masih mempertahankan tradisi membungkus kue Chung pada sore hari tanggal 27 Tet, merebusnya pada pagi hari tanggal 28 Tet, dan membakar kertas nazar pada sore hari tanggal 3 Tet agar saudara-saudari dan anak-anak dari berbagai penjuru dapat berkumpul kembali. Setiap orang harus mandi dengan daun ketumbar pada sore hari tanggal 30 Tet, dan makan malam Tahun Baru pada sore hari tanggal 30 Tet harus penuh dengan kue Chung, ayam, nasi ketan, sup rebung, dan bihun. Rumah dan halaman dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni, dan bunga persik yang mekar sempurna tak terelakkan.
Selama Tet di kampung halaman saya, para tetangga datang berkunjung dan mengucapkan selamat tahun baru sejak pagi hari pertama. Gang-gang yang biasanya sepi kini dihiasi bendera, bunga, dan lampu yang bersinar sepanjang malam. Setiap hari, anak-anak bertanya, "Bu, kapan Ibu kembali ke kota?", lalu menghitung dengan wajah sedih, "Kalau begitu tinggal beberapa hari lagi kita tidak bisa merayakan Tet di rumah kakekku lagi." Hari-hari Tet yang singkat di kampung halaman saya memberi anak-anak banyak pengalaman dan pelajaran berharga dari kehidupan.
Di bawah cabang pohon persik musim semi, anak-anak bersemangat mencuci daun untuk membungkus banh chung.
Tet berlalu begitu cepat, ingatlah momen Tet agar 365 hari ke depan akan selalu hangat.
Warna musim semi
Suasana Tet di kampung halaman saya selalu sangat istimewa.
Bau Tet
Tet adalah reuni, adalah harapan
Tet berlalu begitu cepat. Hari-hari musim semi yang hangat untuk reuni keluarga pun berlalu begitu cepat. Banyak orang bilang Tet sekarang hambar, tak segembira dulu. Tapi bagi kami, terutama anak-anak, kami selalu menganggap Tet sebagai harapan.
Semoga dapat mengusir rasa lesu dan lelah, agar mereka yang jauh dari rumah tetap bersemangat bekerja, sehingga di penghujung tahun mereka dapat pulang merayakan Tet. Semoga dapat mengakhiri perpisahan dan kerinduan, untuk memulai reuni. Tet adalah penutup tahun yang penuh kekhawatiran, kesalahan, dan kegagalan, untuk memulai tahun baru yang lebih baik. Harapan tidak hanya milik siapa pun. Segalanya masih menanti setiap orang di masa depan...
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/nhanh-troi-qua-nhu-tet-o-que-nha-185250201065000278.htm
Komentar (0)