Era digital juga telah menciptakan pesaing baru bagi pers. Terutama, persaingan dari platform media sosial, di mana siapa pun dapat melakukan pekerjaan jurnalistik.
Dr. Nguyen Van Dang percaya bahwa era digital juga menciptakan pesaing bagi lembaga pers. |
Lembaga pers
Muncul di Jerman pada awal abad ke-17, surat kabar cetak pertama menjalankan fungsi jurnalisme yang paling klasik: "memberi informasi". Sejak akhir 1970-an, era digital telah memungkinkan jurnalisme melakukan perubahan revolusioner.
Kombinasi komputer pribadi, Internet, dan telepon pintar telah membawa jurnalisme lebih dekat ke pembaca yang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu.
Surat kabar elektronik dengan berbagai kelebihannya telah dengan cepat mengambil alih posisi surat kabar cetak tradisional.
Pada platform digital dan koneksi internet, genre jurnalisme semakin beragam, disajikan secara menarik, memenuhi kebutuhan pembaca dengan tingkat yang semakin maju.
Oleh karena itu, ruang redaksi yang modern, dinamis, dan konvergen dengan metode komunikasi multimedia secara bertahap menggantikan ruang redaksi tradisional yang semakin monoton dan tidak fleksibel.
Kekuatan lembaga pers didasarkan pada kemampuannya menyampaikan informasi kepada massa, menghubungkan opini, menganalisis, berdiskusi, dan bahkan berdebat. Produk jurnalistik tidak hanya meningkatkan pemahaman pembaca tentang isu-isu yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dapat menciptakan beragam aliran opini sosial.
Pendapat sosial multidimensi, terutama pendapat kritis, dapat menciptakan tekanan sosial, berdampak besar dan mengubah persepsi serta perilaku individu dan organisasi.
Era digital juga telah menciptakan persaingan bagi pers. Yang paling menonjol, persaingan ketat datang dari platform media sosial, di mana siapa pun dapat melakukan pekerjaan jurnalistik.
Namun, dengan keunggulan mutlak dari segi legitimasi, tim wartawan yang profesional, peralatan yang makin modern, genre yang makin beragam, serta tanggung jawab yang tinggi, lembaga pers tetap mempertahankan posisi nomor satu dalam hal kekuatan media.
Menghubungkan teori dengan praktik
Kekuatan pers, atau kekuatan media, telah lama dianggap sebagai "kekuatan keempat" di samping kekuatan negara. Berbeda dengan sifat "keras" kekuatan negara dan kekuatan ekonomi , kekuatan pers dianggap sebagai kekuatan "lunak" berdasarkan kemampuannya untuk membujuk individu dan organisasi agar secara sukarela mengubah perilaku mereka.
Selain fungsi informasinya, pers telah lama menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan pengetahuan teoretis kepada mayoritas masyarakat, tidak hanya berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran publik tetapi juga membentuk upaya aksi kolektif untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih positif. Contoh-contoh umum penggunaan pers untuk menyebarluaskan pengetahuan teoretis adalah K. Marx, F. Engels, V. Lenin, atau generasi revolusioner sebelumnya di negara kita seperti Presiden Ho Chi Minh , Sekretaris Jenderal Truong Chinh...
Surat kabar besar dunia saat ini, seperti The New York Times, juga selalu menampilkan para intelektual terkemuka dunia sebagai "kolumnis", yang secara teratur menyumbangkan artikel yang menggunakan pengetahuan teoretis untuk menganalisis isu-isu praktis. Bentuknya serupa, tetapi pada tingkat yang lebih tinggi, terdapat majalah-majalah teoretis tingkat menengah seperti Foreign Affairs, The Economist, Financial Times...
Banyak penulis yang menerbitkan artikel pada jurnal-jurnal tersebut di atas bukanlah jurnalis profesional, melainkan pakar dan peneliti yang mampu mengaitkan teori dengan peristiwa dan situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui produk jurnalistik, bukan laporan ilmiah.
Umat manusia kini perlahan beralih dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi dan ekonomi berbasis pengetahuan. Dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan, kebutuhan masyarakat akan pers bukan lagi sekadar informasi.
Sebaliknya, warga masyarakat modern semakin menuntut pengetahuan dari produk jurnalistik, dan memandang jurnalisme sebagai sarana untuk berpartisipasi aktif dalam tindakan pemecahan masalah masyarakat.
Sejarah manusia menunjukkan, proses pembangunan di setiap masyarakat, di setiap negara, bahkan di seluruh dunia tidak akan dapat terlaksana jika kita tidak mampu menggerakkan upaya kolektif yang didasari oleh keyakinan dan ilmu pengetahuan yang positif, untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, lebih progresif.
Atas dasar logika pembangunan di atas pula, maka peneliti teoritis mau tidak mau membutuhkan pers sebagai sarana yang ampuh untuk menyebarkan keyakinan dan ilmu pengetahuan yang positif, mengemukakan pandangan-pandangan dalam penyelesaian masalah, sehingga dapat mempengaruhi proses perancangan dan pemilihan tindakan-tindakan kebijakan yang mengarah pada pembangunan.
Dampak terhadap tata kelola
Dapat dilihat bahwa lembaga pers dalam skala global sedang mengalami perubahan besar untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Tidak hanya berhenti pada fungsi klasik seperti informasi, pendidikan, hiburan, dan koneksi sosial, lembaga pers modern juga menjalankan serangkaian fungsi baru seperti: memantau kekuasaan publik, membentuk isu kebijakan, menciptakan aksi komunitas, membangun dan memelihara nilai-nilai budaya, dan sebagainya.
Dengan fungsi-fungsi baru di atas, pers modern menjadi lembaga yang makin kuat pengaruhnya terhadap aktivitas pengelolaan masyarakat, setidak-tidaknya dalam empat aspek.
Pertama, pers dapat membentuk opini publik untuk mengawasi kekuasaan pemerintah, mendeteksi, dan menangkal penyalahgunaan kekuasaan. Kedua, media dapat menyoroti tantangan kepemimpinan yang dihadapi masyarakat. Ketiga, pers dapat mengidentifikasi isu-isu kebijakan dan berpartisipasi dalam penyusunan agenda kebijakan. Keempat, pers tetap menjadi sarana yang paling publik dan transparan untuk menghubungkan kebutuhan dan aspirasi kebijakan kelompok sosial dengan pemerintah di semua tingkatan.
Berkat fungsi-fungsi baru ini, pengetahuan teoretis akan semakin dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas produk jurnalistik. Seiring dengan semakin matangnya pemahaman masyarakat tentang kehidupan sosial, pengetahuan teoretis akan terus diperkaya. Tentu saja, untuk meningkatkan konten teoretis produk jurnalistik, partisipasi peneliti teoretis di bidang jurnalisme sangatlah penting.
Saat menulis untuk surat kabar, yang bukan pekerjaan utama mereka, para ahli teori juga menghadapi tantangan. Misalnya, mereka harus memiliki pengetahuan teoretis yang solid dan mutakhir. Di saat yang sama, mereka harus selalu mengikuti perkembangan kehidupan sehari-hari, mengidentifikasi tantangan kepemimpinan dan isu kebijakan di balik setiap peristiwa.
Selain itu, mereka harus mampu menggunakan pengetahuan teoritis untuk menganalisis dan mengklarifikasi sifat masalah kebijakan, dan menyajikan opsi tindakan kebijakan yang dapat didiskusikan masyarakat dan dapat dirujuk oleh pemerintah.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)