Setelah bertahun-tahun bekerja sebagai tukang perahu, menyaksikan setiap generasi penumpang menyeberangi sungai, dengan senyum dan kegembiraan, air mata dan kesedihan, bercampur dengan sedikit rasa sakit dan malu... tetapi ketika menyebut profesi guru, hati saya masih berdebar dengan kenangan tak terlupakan tentang hubungan guru-murid.
Menengok kembali perjalanan 17 tahun saya memegang kapur, merenungkan perjalanan menabur benih yang tak terlalu panjang namun tak terlalu pendek, saya teringat saat pertama kali berlatih berdiri di podium, menata segala sesuatunya agar kuliah dapat terlaksana dengan baik. Saya diam-diam bersyukur atas menit-menit pertama kehidupan yang utuh atas semangat penemuan , eksplorasi, dan kreativitas yang telah menempa fondasi bagi karier saya saat ini dalam membina manusia.
Aneh sekali kekayaan gurunya!
Saya masih ingat pertanyaan seorang anak muda berusia 18 tahun dalam konsultasi penerimaan mahasiswa baru belum lama ini, dan saya tertawa terbahak-bahak. Profesi guru tidak miskin, melainkan kaya. Namun, kekayaan guru sungguh luar biasa!
Ada segudang pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikembangkan bagi siswa. Ada banyak lapisan pelajaran moral yang perlu dipupuk dalam jiwa anak muda...
Hadiah yang tak terhitung jumlahnya dari hati "anak-anak" puisi: sebuah kartu dengan kesalahan ejaan, sebuket bunga yang basah kuyup karena hujan, dua batang banh tet yang menjuntai di stang sepeda...
Hati yang hangat dengan gambar yang diberikan siswa kepada guru
Itu adalah karya-karya sederhana, tetapi cukup untuk menghangatkan hati seorang guru: sebuah ucapan manis "ya, Pak", sebuah pelukan di tengah jalan yang ramai, sebuah tatapan tanda pengenalan, dan luapan kegembiraan saat menyaksikan seorang murid tumbuh dewasa, matang, dan mantap...
Saat itulah suatu hari, seorang siswi kelas 8 yang berwajah ceria tiba-tiba menghampiri meja guru dan memberinya sketsa pensil yang digambar dengan tergesa-gesa. Rambut pendek di samping laptopnya tampak jelas. Hatinya dipenuhi sukacita karena ketulusan hati siswi bermata berbinar itu...
Atau suatu hari, tiba-tiba, seorang siswa kelas 6 di akhir kelas berjalan di sampingnya di lorong, dengan malu-malu memberikan beberapa gambar chibi yang indah ke tangan gurunya. Ia tertawa dan memuji "sangat indah", lalu mengamati dengan saksama dan terkagum-kagum melihat gambarnya sendiri dalam gambar-gambar kreatif anaknya. Oh, sungguh bahagia...
Tidak ada seorang pun yang memilih mengajar untuk menjadi kaya.
Tak seorang pun memilih profesi guru untuk mengejar kekayaan materi. Tak seorang pun memilih profesi guru untuk berkhayal tanpa henti tentang rasa terima kasih dari siswa, orang tua, dan masyarakat. Tak seorang pun memilih profesi guru untuk menanti dengan cemas setiap tahunnya hari untuk mengungkapkan rasa terima kasih dengan hadiah dan amplop!
Jadi, pada hari penuh rasa syukur ini, saya berharap para orang tua tidak terus menerus berdiskusi dan berdebat tentang angpao atau bunga, hadiah atau kartu, karena semua itu hanyalah pikiran perhitungan kita, orang dewasa.
Mohon nyalakan dalam jiwa generasi muda rasa terima kasih kepada guru-guru yang tak kenal lelah mengajarkan huruf dan manusia setiap hari...
Guru itu tiba-tiba menjadi cantik melalui gambar chibi murid-muridnya.
Mohon pupuk dalam mata, senyum, hati dan pikiran anak-anak rasa syukur dan pengertian terhadap hati guru melalui setiap pelajaran, dorongan, pujian dan bahkan omelan dan hukuman...
Libatkan anak-anak Anda dalam menunjukkan rasa terima kasih dengan membiarkan mereka membungkus bunga dan menulis beberapa baris untuk guru mereka. Bunganya mungkin berantakan, ucapannya mungkin agak canggung, tapi tidak apa-apa, hadiah dari hati selalu berharga!
Jangan terlalu menekankan nilai materi setiap hadiah atau bunga karena "hadiah tidak sebaik cara memberi". Biarkan anak-anak memberikan bunganya sendiri, dari bibir mereka yang indah terucap kata-kata selamat kepada guru, dan mata mereka yang berbinar-binar berbicara, menggantikan kata-kata ajaib penuh syukur yang menghubungkan hati yang sederhana.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)