Banyak anak muda mengakses internet untuk membaca buku-buku yang mendidik dan menghibur.
Kisah Vu bukanlah pengecualian, tetapi telah menjadi fenomena umum di kalangan generasi muda saat ini. Senada dengan itu, Nguyen Van Binh, seorang siswa di SMA Quang Xuong I, mengakui: "Di mana pun saya belajar, bekerja, atau bepergian, saya selalu mengecek ponsel untuk melihat apakah ada notifikasi atau ada sesuatu yang "hangat" di media sosial. Saya sangat malu membaca buku, jika saya ingin membaca buku yang "hangat", saya tinggal mencarinya di internet dan membaca ringkasannya."
Menurut statistik Kementerian Informasi dan Komunikasi (sekarang Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata), sekitar 30% penduduk Vietnam membaca buku secara teratur, 26% tidak membaca buku, dan 44% membaca buku sesekali. Khususnya, rata-rata waktu yang dihabiskan penduduk Vietnam untuk membaca buku hanya sekitar 20 menit per tahun, dengan persentase yang sangat rendah di kalangan anak muda.
Sebuah studi terbaru oleh Lembaga Penelitian Pemuda (Central Youth Union) tentang situasi pemuda Vietnam pada tahun 2024, yang diterbitkan oleh surat kabar Tentara Rakyat, telah menguraikan gambaran yang jelas tentang kebiasaan penggunaan internet kaum muda. Ketika ditanya tentang tujuannya, mayoritas menjawab untuk hiburan (75,4%), belajar dan mencari informasi (71%), berkomunikasi dan berteman (65,9%), serta memperbarui berita (63,5%). Sementara itu, aktivitas yang paling disukai anak muda di ponsel pintar berfokus pada membaca berita di Facebook, mendengarkan musik daring, berkirim pesan teks dengan teman, dan menonton video di YouTube dan Netflix. Dibandingkan dengan pengalaman multimedia dan instan ini, membaca buku menjadi pilihan yang jauh kurang menarik.
Salah satu alasannya adalah karena anak muda harus menghabiskan terlalu banyak waktu untuk belajar, yang membatasi kebutuhan mereka akan hiburan, termasuk membaca. Di sisi lain, di era sekarang, budaya mendengarkan dan menonton justru mengalahkan budaya membaca masyarakat pada umumnya, dan anak muda pada khususnya. Membaca di kalangan anak muda saat ini hampir hanya sekadar tren, bukan sesuatu yang nyata. Ketika mereka membaca, mereka seringkali memilih novel roman sebagai hiburan, yang sangat membatasi pengetahuan dan kesadaran sosial mereka.
Namun, tidak semua anak muda "benci" membaca buku, tetapi ada anak muda yang telah mengubah pendekatan mereka, dari buku cetak ke versi seluler. Perangkat yang praktis memungkinkan kelompok ini untuk membaca dalam situasi, lokasi, atau waktu apa pun, dengan mudah memilih buku favorit mereka atau mengubahnya sesuai perasaan mereka tanpa harus membawa barang berat. Le Van Oanh, di distrik Hac Thanh, adalah mahasiswa tahun kedua di Universitas Hukum, berbagi: "Bagi mahasiswa seperti saya, membeli buku teks yang cukup merupakan beban yang berat. Oleh karena itu, saya sering mencari dokumen daring untuk dipelajari, dan memanfaatkan kesempatan untuk membaca cerita web untuk menghilangkan stres setelah jam belajar yang menegangkan."
Menyadari situasi ini, banyak keluarga mulai mengubah pendekatan mereka. Ibu Le Huong, ibu Minh Vu, berbagi: "Awalnya, saya memaksa anak saya untuk membaca buku cetak seperti ketika saya masih mahasiswa. Namun kemudian, setiap kali ada buku bagus atau serial edukatif dan menghibur seperti Harry Potter, Doraemon... saya mendorong anak saya untuk membaca daring. Yang penting adalah konten yang bermanfaat, bukan harus buku cetak."
Melalui penelitian, kami menemukan bahwa banyak sekolah juga melakukan perubahan positif. Ibu Pham Oanh, seorang guru sastra di sebuah sekolah menengah atas, berbagi: "Daripada memaksa siswa membaca dan menuliskan perasaan mereka dengan cara tradisional, saya membiarkan mereka memilih buku favorit, membacanya daring, lalu membuat klip ulasan, menulis blog... tentang tokoh-tokoh dalam buku. Hasilnya, mereka jauh lebih tertarik dan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang isinya." Dari perspektif teknologi, aplikasi membaca juga sedang ditingkatkan agar sesuai dengan anak muda, seperti: Waka, Voiz FM... yang telah mengintegrasikan fitur membaca dengan suara, memungkinkan pengguna untuk membaca dan mendengarkan secara bersamaan, menciptakan pengalaman multi-sensorik. Beberapa aplikasi juga memiliki fitur akumulasi poin setelah menyelesaikan sebuah buku, tantangan membaca harian, dan peringkat pembaca terbanyak dalam sebulan. Hal ini membuat membaca lebih menarik, seperti bermain gim, dan sesuai dengan psikologi anak muda.
Namun, untuk benar-benar mengubah budaya membaca generasi muda, seluruh lapisan masyarakat perlu bergandengan tangan. Banyak ahli berpendapat bahwa kemalasan membaca saat ini merupakan akibat dari kurangnya minat dan pembinaan kebiasaan membaca sejak dini. Keluarga perlu menciptakan lingkungan membaca sejak dini dengan memberi contoh, menciptakan ruang baca yang nyaman, mengajak anak-anak ke perpustakaan dan toko buku secara teratur, serta mengendalikan waktu penggunaan perangkat elektronik secara wajar. Sekolah perlu berinovasi dalam metode pengajaran, membuat sesi membaca resmi, menyelenggarakan kegiatan promosi membaca yang kreatif, dan membangun perpustakaan digital modern untuk menarik minat siswa. Penerbit dan penulis juga perlu berinovasi dalam konten dan format: menciptakan buku dengan konten yang sesuai untuk generasi muda, menggunakan bahasa yang familiar dan mudah dipahami, menggabungkan gambar dan grafik yang hidup, serta menerbitkan versi cetak dan elektronik secara paralel. Khususnya, perlu dikembangkan lebih banyak buku audio dan buku audio untuk memenuhi kebutuhan generasi muda yang tidak memiliki banyak waktu namun tetap ingin meningkatkan pengetahuan mereka.
Ibu Pham Oanh, dengan pengalaman bertahun-tahun mengajar sastra, berkomentar: "Budaya membaca anak muda sedang berubah, bukannya menghilang. Alih-alih mencoba kembali ke masa lalu, mari kita manfaatkan teknologi sebagai alat pendukung, dengan tetap menjaga hakikat membaca sebagai proses pengembangan pemikiran dan pemahaman. Hanya ketika kita menciptakan "dorongan" yang cukup kuat dari keluarga, sekolah, dan seluruh masyarakat, kita dapat membentuk "masyarakat membaca" seperti yang diinginkan. Era digital bukanlah musuh budaya membaca, tetapi dapat menjadi teman jika kita tahu cara memanfaatkannya dengan bijak."
Artikel dan foto: Le Nhan
Sumber: https://baothanhhoa.vn/ngam-ve-van-hoa-doc-cua-gioi-tre-hien-nay-257500.htm
Komentar (0)