Banjir seperti tsunami setinggi 7 meter melanda kota pesisir Libya, menyebabkan kerusakan sangat parah sehingga perlu waktu bertahun-tahun untuk pulih.
"Bencana ini mengerikan. Banyak orang masih hilang, banyak jenazah terdampar di pantai, dan rumah-rumah hancur," ujar Yann Fridez, kepala delegasi Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Libya, pada 14 September.
Hujan deras akibat Badai Daniel awal minggu ini menyebabkan dua bendungan di hulu sungai yang mengalir melewati kota Derna jebol, mengakibatkan derasnya air mengalir ke dalam kota, menghancurkan segalanya dan menyapu semuanya ke laut.
Rekaman saksi mata menunjukkan air banjir awalnya menetes ke dasar sungai yang kering. Namun, setelah bendungan jebol, aliran air yang sangat deras mengalir deras dari pegunungan, menghantam bangunan-bangunan dan menyapu mobil-mobil.
Detik-detik banjir bandang melanda kota Derna, Libya timur. Video: Mojo
"Air setinggi gedung enam lantai menyapu daerah itu seperti tsunami," kata mantan menteri kesehatan Libya Reida El Oakley pada 13 September. Banjir bandang telah menewaskan lebih dari 5.300 orang di daerah tersebut. Para pejabat khawatir jumlah korban tewas dapat meningkat dengan cepat, karena banyak korban masih hilang.
"Banjir setinggi 7 meter menyapu bangunan dan infrastruktur ke laut," kata Fridez, seraya menambahkan bahwa warga Libya mungkin membutuhkan waktu "berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, untuk pulih dari bencana ini".
ICRC menyatakan bahwa akses ke daerah-daerah yang terdampak banjir bandang masih menjadi tantangan besar karena jalan-jalan yang rusak. Tim pendukung ICRC mendistribusikan sekitar 6.000 kantong jenazah kepada tim forensik di Benghazi untuk "memproses jenazah".
Sebuah wilayah di Derna, Libya, tersapu banjir dalam foto yang diambil pada 13 September. Foto: AFP
Khaled Al-Shuwaihed dari Libya mengatakan situasi di Derna "sangat mengerikan".
"Semua teman saya tewas," kata Al-Shuwaihed. "Salah satu teman saya meninggal saat syuting di puncak lembah. Seorang pria bernama Nasir Fatoury dan anak-anaknya diduga tewas, tetapi jasad mereka belum ditemukan."
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperkirakan setidaknya 5.000 orang hilang, sementara pejabat setempat mengatakan sekitar 10.000 orang masih hilang, kemungkinan tersapu ke laut atau terkubur di reruntuhan. Wali Kota Derna, Abdulmenam al-Ghaithi, memperingatkan pada 13 September bahwa jumlah korban tewas bisa mencapai 18.000 atau 20.000 orang.
Lokasi dua bendungan yang jebol dan menyebabkan kerusakan parah di kota Derna. Grafik: WP
Thanh Tam (Menurut CNN )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)