Belajar setiap malam
Dari Senin hingga Jumat setiap minggu, Sekolah Dasar Ngok Leang (milik Sekolah Dasar Kim Dong, Komune Tu Mo Rong, Quang Ngai ) diterangi lampu. Kelas literasi dengan 47 siswa bergema dengan suara guru dan ejaan siswa. Beberapa orang mengantar anak-anak mereka ke sekolah, yang lain berjalan pagi-pagi, membawa senter, buku catatan, dan pena yang disponsori oleh pemerintah komune untuk kelas pertama.
Banyak siswa yang dulunya bisa membaca dan menulis, tetapi kini lupa karena jarang digunakan, dan beberapa bahkan tidak pernah memegang pena. Tangan mereka yang kapalan karena bekerja keras kini kesulitan menulis, tulisan mereka coretan-coretan, tetapi mata mereka berbinar-binar.
“Kelas ini bertujuan untuk membantu masyarakat belajar membaca, menulis, dan berhitung, serta mempelajari keterampilan hidup dan komunikasi masyarakat. Banyak orang telah mulai menerapkannya dalam produksi dan perdagangan. Mereka menjadi lebih percaya diri saat bertransaksi, berkonsultasi dengan dokter, atau berinteraksi dengan pejabat komune,” ujar Bapak Duong Dang Khoa, Wakil Ketua Komite Rakyat Komune Tu Mo Rong.
Kelas ini dibagi menjadi 3 semester. Semester I berlangsung dari 3 Maret hingga 6 Juni 2025, Semester II berlangsung dari 9 Juni hingga 12 September, dan Semester III berlangsung dari 15 September hingga 19 Desember 2025. Terdapat 5 sesi per minggu, dari Senin malam hingga Jumat malam, dengan setiap sesi terdiri dari 5 pelajaran. Diharapkan pada kuartal pertama tahun 2026, kelas ini akan menyelesaikan fase pertama program. Setelah itu, pihak sekolah akan terus mengklasifikasikan tingkatan kelas untuk mengatur kelas yang sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok siswa.
Kelas berlangsung di malam hari, di ruangan-ruangan kecil yang sederhana namun hangat. Di papan tulis tua, guru dengan sabar menulis setiap huruf, mengeja setiap bunyinya. Di bawah kelas, para siswa mendengarkan dengan saksama, memegang pena, mencatat dengan cermat, meskipun beberapa di antaranya memiliki penglihatan kabur dan tangan gemetar karena usia.
Ada hari-hari hujan yang jalanannya licin, tetapi kelas tetap penuh sesak. Para siswa membawa jas hujan dan senter, lalu berjalan cepat agar tiba di kelas tepat waktu. Tak seorang pun ingin ketinggalan kelas, karena bagi mereka, setiap kelas adalah kesempatan untuk membuka dunia baru.
Pergi ke sekolah untuk memberi contoh bagi orang lain

Di Desa Ngok Leang, kelas awalnya hanya berisi beberapa orang. Namun, kemudian orang-orang saling menyemangati untuk bersekolah, mereka yang pergi lebih dulu menyemangati mereka yang pergi belakangan. Sekarang, ada pasangan yang belajar bersama seperti Pak A Pin dan Bu Y Der atau Bu Y Du dan Pak A Thuy.
"Melihat semua orang pergi ke sekolah, suasana di kelas sangat menyenangkan. Semua orang berusaha sebaik mungkin, tidak ada yang mau ketinggalan pelajaran," kata Ibu Y Khuong, Kepala Desa Ngok Leang.
Hanya sedikit orang yang tahu bahwa Ibu Y Khuong juga sedang mengambil kursus tambahan dengan harapan mendapatkan ijazah SMA ketika usianya di atas 40 tahun. Pada tahun 2009, beliau putus sekolah di kelas 11 karena kondisinya. Setelah hampir 15 tahun menunda studinya, pada tahun 2024, atas dorongan suami dan kedua anaknya, beliau memutuskan untuk kembali bersekolah dan mengambil kursus tambahan di Pusat Pendidikan Berkelanjutan Tu Mo Rong.
"Anak sulung saya kelas 11, anak bungsu saya kelas 9. Saya juga bersekolah untuk memberi contoh bagi anak-anak saya dan warga desa. Kalau saya bisa, siapa pun pasti bisa," ujarnya sambil tersenyum.
Hingga saat ini, ia telah menyelesaikan kelas 11, akan segera naik ke kelas 12 dan bercita-cita mengikuti ujian kelulusan SMA pada tahun 2026.
"Saya masih punya banyak impian, tapi pertama-tama saya harus meraih gelar. Hanya dengan belajar saya bisa memahami dan berbuat lebih baik bagi rakyat saya," ungkap Ibu Y Khuong.
Belajar baginya bukan lagi urusan pribadi, melainkan motivasi bersama bagi seluruh masyarakat. Kembalinya kepala desa ke sekolah bagaikan api yang diam-diam menjalar ke setiap atap dan lereng, menyalakan keyakinan bahwa: Tidak ada kata terlambat untuk belajar.
Di ruang kelas sederhana di tengah hutan, setiap huruf ditulis dengan cermat bak benih harapan. Kelas literasi ini tak hanya membantu orang belajar membaca dan menulis, tetapi juga menyalakan cahaya kepercayaan diri, membangkitkan hasrat belajar, dan keyakinan akan hidup yang penuh perubahan.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/lop-hoc-xoa-mu-chu-noi-non-cao-tu-mo-rong-post742091.html
Komentar (0)