Pertama kali ngobrol dengan kaligrafer di jalan kaligrafer 2025

Saya Bao Ngoc, saat ini seorang presenter. Meskipun saya lahir dan besar di Kota Ho Chi Minh, saya tidak begitu memahami negeri ini, nilai-nilai inti yang ditanamkan orang Saigon dalam gaya hidup mereka.

Cendekiawan memberikan kaligrafi pada hari raya Tet

Setelah hiruk pikuk, kota ini kembali ke penampilan damainya di hari-hari pertama musim semi. Di pagi pertama tahun ini, dengan sinar matahari yang lembut dan angin musim semi yang sepoi-sepoi, saya memutuskan untuk menjelajahi kota saya—tujuan-tujuan yang sebelumnya tak sengaja saya lewatkan. Tujuan pertama adalah jalan kaligrafi dengan tradisi kaligrafinya.

Di depan Rumah Budaya Remaja, kerumunan orang sedang asyik menikmati musim semi, dengan tinta Cina dan kertas merah yang berkibar di salah satu sudut jalan. Saya perlahan mengamati kios-kios dengan rasa ingin tahu tentang tradisi meminta kaligrafi di awal tahun dan bagaimana generasi muda melestarikan dan melanjutkan tradisi ini.

Sejak pertama kali melangkahkan kaki di jalan, saya langsung terpukau oleh suasana ramai dan warna-warna ceria. Hal istimewa yang pasti disadari semua orang adalah banyaknya kaligrafer muda, baik pria maupun wanita, yang berkumpul di jalan tersebut. Berbeda sekali dengan anggapan saya dulu bahwa kaligrafi biasanya hanya diperuntukkan bagi guru-guru senior yang berpengalaman bertahun-tahun.

Saya mampir ke stan Vo Tuan Xuan Thanh. Saat berbincang dengan Thanh, saya terkejut mengetahui bahwa meskipun usianya baru 26 tahun, ia telah menekuni kaligrafi selama 18 tahun. Thanh memberi saya sumber energi yang penuh kegembiraan, berpadu dengan kedewasaan dan ketenangan. Ia bercerita bahwa ia merasa senang mendapat kesempatan untuk tampil di jalan, berkontribusi dalam mendekatkan citra guru yang mengajarkan kaligrafi kepada semua orang.

Melanjutkan perjalanan ke sebuah stan kaligrafi, saya bertemu dengan Ibu Pham Thi Thuy Tien, yang telah berpengalaman lebih dari 10 tahun di bidang kaligrafi. Berbincang dengannya, saya semakin memahami perasaan anak muda terhadap subjek ini.

Ia mengatakan bahwa meskipun sibuk dengan banyak tugas sepanjang tahun, ia selalu mengingatkan dirinya untuk tetap membuka kios di pinggir jalan pada awal tahun. Di sini, untuk pertama kalinya, saya merasakan kaligrafi, mulai dari memegang pena, menggoreskan kuas… Saya semakin memahami dan mencintai tradisi unik ini.

Bertemu dengan Bapak Pham Doan Minh Duc, seorang pemuda dengan perspektif yang sangat mendalam tentang nilai-nilai tradisional bangsa. Setelah percakapan singkat, saya masih ingat dengan jelas apa yang beliau katakan tentang kecintaan anak muda terhadap kaligrafi.

"Saya mengikuti kaligrafi bukan hanya karena kecintaan saya pada nilai-nilai tradisional, tetapi juga karena saya ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa bahasa dan tulisan Vietnam sangat indah. Kebiasaan berbagi kaligrafi di awal tahun tidak akan pernah hilang selama masih banyak orang seperti saya yang memiliki kecintaan besar terhadap kaligrafi," ujar Duc.

Tempat terakhir yang saya kunjungi adalah stan Thanh Sang. Meskipun sibuk sebagai arsitek, ia tetap berusaha meluangkan waktu untuk datang ke jalan tersebut di awal tahun. Ia tak hanya senang karena tahun ini adalah ulang tahun ke-5 kaligrafinya di jalan tersebut, tetapi Sang juga bangga berbagi pemikirannya tentang pelestarian bentuk seni ini oleh kaum muda.

Meninggalkan Jalan Cendekiawan, saya mengerti mengapa kaligrafi akan abadi. Mungkin, karena di setiap era, akan selalu muncul orang-orang yang menghargai keindahan dan mencintai nilai-nilai budaya tradisional bangsanya.