1. Mie Tibet (Thukpa)
Thukpa adalah hidangan mie yang umum dalam masakan Tibet (Sumber foto: Dikumpulkan)
Thukpa adalah hidangan mi tradisional dalam masakan Tibet dan Tiongkok yang muncul di sebagian besar santapan sehari-hari masyarakat di sini. Semangkuk Thukpa merupakan perpaduan harmonis antara mi lembut, sup yang kaya rasa, dan bahan-bahan umum seperti yak atau domba, lobak, sayuran, serta rempah-rempah khas seperti jahe dan bawang putih. Hidangan ini tidak terlalu mewah, tetapi memberikan rasa hangat di tengah dinginnya dataran tinggi.
Perbedaan terbesar Thukpa terletak pada kuahnya. Terbuat dari tulang Yak, kuahnya manis dan kaya rasa, dipadukan dengan sayuran hijau segar, menciptakan perpaduan harmonis antara rasa manis alami dan sedikit rasa pedas dari rempah-rempah lokal. Bagi orang Tibet, semangkuk mi Thukpa bukan sekadar hidangan, tetapi juga simbol ikatan, kehangatan keluarga di musim dingin. Oleh karena itu, masakan Tibet tidak hanya berfokus pada rasa, tetapi juga bertujuan untuk menyeimbangkan tubuh – hal yang sangat penting bagi mereka yang tinggal di ketinggian lebih dari 4.000 m. Thukpa merupakan bukti nyata bagaimana masakan di sini dengan jelas mencerminkan filosofi hidup dekat dengan alam.
2. Daging sapi yak
Daging Yak adalah salah satu bahan makanan populer di Tibet (Sumber foto: Dikumpulkan)
Daging sapi Yak adalah bahan utama dan ikonik dalam masakan Tibet. Yak adalah spesies sapi endemik yang hidup di dataran tinggi, dengan suhu yang dapat mencapai di bawah minus 20 derajat Celcius. Dagingnya sangat bergizi, kaya protein, zat besi, dan lemak – membantu masyarakat pegunungan menjaga kesehatan mereka dalam kondisi iklim yang keras. Daging sapi Yak diolah menjadi berbagai hidangan: mulai dari daging kering, digoreng, hingga semur dan hot pot tradisional. Sepotong daging Yak memiliki rasa manis alami, tekstur yang pas, dan khususnya tidak berminyak seperti beberapa jenis daging merah lainnya. Rasa tersebut dengan mudah memuaskan para pengunjung, bahkan mereka yang baru mengenal masakan Tibet.
Sebagai sumber nutrisi, Yak erat kaitannya dengan kehidupan nomaden masyarakat Tibet. Mulai dari makanan, susu, hingga rambut dan daya tarik – semuanya dimanfaatkan secara efektif. Oleh karena itu, setiap hidangan berbahan Yak juga merupakan bagian dari jiwa negeri ini, yang mencerminkan kecerdikan dan rasa syukur masyarakat adat terhadap alam.
3. Kue Tsampa
Kue Tsampa - Kue tradisional Tibet yang terbuat dari tepung terigu (Sumber foto: Dikumpulkan)
Tsampa adalah hidangan tradisional Tibet yang tak terpisahkan dalam masakan Tibet. Terbuat dari tepung jelai yang dipanggang dan digiling halus, Tsampa adalah hidangan ikonis yang hadir di setiap hidangan – mulai dari hidangan sehari-hari hingga hidangan hari raya. Tsampa dapat dimakan kering atau dicampur dengan teh mentega, yogurt, atau teh asin, menjadikannya hidangan yang kaya energi dan mudah dicerna.
Keindahan Tsampa terletak pada kemudahan dan nilai gizinya. Dalam cuaca dingin di mana makanan segar langka, segenggam Tsampa sudah cukup untuk menghangatkan tubuh sepanjang hari. Bagi orang Tibet, Tsampa adalah simbol spiritual, yang melambangkan ketahanan dan keterikatan pada tradisi. Masakan Tibet selalu mengutamakan kesederhanaan dan kepraktisan, dan Tsampa adalah contohnya. Tidak rumit dalam persiapan, tetapi kaya nutrisi dan mudah diawetkan, kue ini bagaikan kristalisasi kebijaksanaan manusia dan adaptasi terhadap alam.
4. Hotpot daging sapi yak
Yak hotpot adalah hidangan yang cocok untuk iklim khas Tibet (Sumber foto: Dikumpulkan)
Dalam daftar hidangan khas Tibet, hotpot daging sapi Yak adalah pilihan yang tak tergantikan di hari-hari dingin. Hotpot ini mengepul, dengan kaldu yang dimasak dengan hati-hati dari tulang sapi Yak, menciptakan rasa manis, dengan aroma jahe, lada, dan rempah-rempah lokal yang menggoda.
Keistimewaan hot pot terletak pada penggunaan bahan-bahan segar yang diiris tipis dan langsung dicelupkan ke dalam panci panas yang mendidih. Selain daging sapi Yak, orang-orang sering menyantapnya dengan kentang, jamur liar, kol, dan mi tradisional. Semua ini berpadu menciptakan pengalaman kuliner yang lengkap, hangat sekaligus kaya akan budaya dataran tinggi. Setiap hot pot memiliki filosofi hidup tentang berbagi dan keintiman – yang sangat khas dari budaya nomaden di sini.
5. Mie dingin
Mie dingin adalah versi lain dari Thukpa (Sumber foto: Dikumpulkan)
Jika Thukpa adalah mi pedas, mi dingin adalah variasi baru dalam masakan Tibet. Mi ini biasanya tebal dan pipih, dimasak dan didinginkan, lalu dicampur dengan saus cabai, cuka, dan terkadang kentang goreng. Hidangan ini sering disantap di musim panas, ketika orang-orang menginginkan makanan yang ringan dan mudah dicerna.
Rasa asam dan pedas saus yang ringan, berpadu dengan kekayaan rasa kentang dan kekenyalan mi, menciptakan hidangan yang menyeimbangkan rasa dan tekstur. Ini adalah bukti nyata adaptasi dan inovasi yang berkelanjutan dalam masakan Tibet – di mana meskipun sumber daya terbatas, orang selalu menemukan cara untuk memperkaya hidangan sehari-hari mereka. Mi dingin juga menunjukkan bagaimana orang Tibet berinovasi dalam masakan tradisional dengan inovasi sederhana namun efektif, yang sesuai dengan kondisi cuaca dan selera setiap musim.
6. Shabalep
Kue Tsampa memiliki kesederhanaan masakan Tibet (Sumber foto: Dikumpulkan)
Jika Tsampa membangkitkan nuansa pedesaan dan damai, Shabalep merupakan salah satu sajian kuliner Tibet yang menarik, berkat teksturnya yang renyah dan cita rasanya yang kaya. Shabalep adalah sejenis pastri goreng berisi daging yang dimarinasi dengan cermat. Pastri tipis ini dibungkus dengan cermat dan digoreng hingga berwarna cokelat keemasan, membuat lapisan luarnya renyah, sementara isinya tetap lembut dan berair.
Bentuk kue ini agak mirip dengan pangsit yang umum di banyak budaya, tetapi yang membedakannya adalah isian daging yak—hewan khas dataran tinggi Tibet. Aroma daging yang berpadu dengan rempah-rempah pedas yang khas menghadirkan sensasi rasa yang menggugah selera. Shabalep sering dinikmati dengan saus cabai fermentasi, yang semakin memperkaya kelezatan hidangan tradisional ini.
7. Pangsit Momo
Pangsit Momo adalah hidangan Tibet yang sering muncul pada acara-acara penting (Sumber foto: Dikumpulkan)
Salah satu hidangan paling menonjol dalam masakan Tibet adalah pangsit Momo. Pangsit ini sering muncul di hari raya dan acara kumpul keluarga. Adonannya terbuat dari tepung terigu halus, dengan isian daging sapi yak atau sayuran yang dimarinasi sesuai resep tradisional. Momo dapat dikukus, direbus, atau digoreng, tergantung selera masing-masing daerah. Bagaimana pun cara penyajiannya, hidangan ini tetap mempertahankan cita rasa khasnya berkat isiannya yang kaya dan kulitnya yang tipis. Saus cocolan—biasanya saus pedas yang terbuat dari tomat dan paprika merah—mempercantik cita rasa. Setiap Momo adalah sebuah kisah, sepotong kecil dalam gambaran kuliner Tibet yang penuh warna.
8. Amdobalep dan paru-paru domba goreng
Paru-paru domba goreng adalah hidangan langka dan lezat di Tibet (Sumber foto: Dikumpulkan)
Masakan Tibet tidak hanya memiliki kue-kue yang familiar, tetapi juga beragam hidangan unik, yang jelas menunjukkan kreativitas dalam kehidupan nomaden. Amdobalep adalah roti panggang berukuran besar yang sering muncul dalam sarapan Tibet. Terbuat dari gandum dan dipanggang dalam oven khusus, roti ini memiliki tekstur kenyal yang ringan dan aroma yang kaya. Berbeda dengan popularitas Amdobalep, paru-paru domba goreng cukup langka. Namun, ini merupakan bagian penting dari makanan beberapa keluarga Tibet, terutama di daerah pegunungan. Paru-paru domba dibersihkan, diiris tipis, direndam dengan bumbu yang kuat, dan digoreng. Rasa pedas, berlemak, dan renyahnya membuat hidangan ini terasa unik namun menarik bagi mereka yang gemar menjelajahi kuliner dataran tinggi.
9. Dresil
Dresil adalah hidangan nasi manis baru yang digunakan selama festival suci (Sumber foto: Dikumpulkan)
Selama hari-hari raya, aroma manis Dresil memenuhi udara, membawa berkah untuk tahun baru yang damai. Hidangan nasi manis khas ini merupakan bagian penting dari masakan Tibet, terbuat dari beras basmati yang dicampur dengan mentega yak, kismis, kacang mete, dan gula. Setiap bahan dipilih dengan cermat, menunjukkan rasa hormat kepada para dewa dan leluhur.
Dresil bukan hanya hidangan tradisional, tetapi juga simbol keberuntungan dan kelimpahan dalam budaya Tibet. Mentega "Dri" – yang diekstrak dari sapi yak – sering ditambahkan untuk menambah kekayaan dan aroma, menciptakan cita rasa yang mendalam dan tak terlupakan. Dalam setiap mangkuk nasi, orang Tibet mencurahkan segenap hati dan jiwa mereka, mengirimkan harapan akan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh keluarga. Kehadiran Dresil tidak hanya memiliki makna seremonial, tetapi juga menunjukkan rasa hormat terhadap apa yang telah diberikan alam. Inilah yang menjadikan hidangan ini sebagai jiwa dari kuliner Tibet, yang membuat pengunjung dari jauh penasaran dan bersemangat untuk menjelajahinya.
10. Teh mentega
Teh mentega adalah minuman yang menunjukkan keramahan orang Tibet (Sumber foto: Dikumpulkan)
Teh mentega – juga dikenal sebagai Po Cha – adalah minuman tradisional yang telah lama ada, erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Tibet. Di iklim dataran tinggi yang dingin, secangkir teh mentega panas dengan rasa asin dan lemak khas mentega yak tidak hanya menghangatkan badan tetapi juga melambangkan keramahan dan kekompakan komunitas.
Keistimewaan teh mentega terletak pada proses penyeduhan yang rumit. Setiap batang teh dimasak dengan hati-hati, lalu dicampur dengan mentega yak dan garam dalam pengaduk kayu khusus. Proses ini tidak hanya membutuhkan teknik, tetapi juga kesabaran dan kehalusan. Aromanya yang khas, tekstur yang lembut, dan rasa asin yang unik menjadikan teh mentega sebagai ciri khas yang tak terlupakan dalam budaya kuliner Tibet. Orang-orang sering menggunakan teh mentega untuk menjamu tamu terhormat, menunjukkan rasa hormat dan ketulusan. Setiap tegukan teh merupakan perpaduan antara alam, manusia, dan tradisi. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa Po Cha adalah perekat tak kasat mata yang menghubungkan masyarakat di negeri angin dan salju.
11. Yogurt Yak
Yogurt Yak buatan tangan memiliki rasa yang berbeda dibandingkan dengan yogurt lainnya (Sumber foto: Dikumpulkan)
Dalam kuliner Tibet yang kaya, yogurt yak berperan sebagai hidangan bergizi sekaligus spiritual. Terbuat dari susu yak segar – hewan yang hanya hidup di daerah pegunungan di atas 3.000 meter – yogurt ini memiliki rasa yang khas, sedikit asam, berlemak, dan lembut, sangat berbeda dari yogurt industri. Proses pembuatan yogurt yak tidak hanya fermentasi, tetapi juga disertai ritual tradisional seperti membakar dupa dan berdoa. Hal ini mencerminkan keyakinan mendalam masyarakat Tibet akan hubungan antara manusia dan alam. Produk ini tidak hanya bersih tetapi juga membawa energi positif, yang dianggap sebagai anugerah dari surga.
Yogurt Yak sering disajikan dengan kue malt Qingke atau ditaburi kismis dan almond untuk meningkatkan nilai gizinya. Hidangan sarapan ini populer, menyediakan energi berlimpah untuk beraktivitas seharian di tengah lingkungan yang keras. Rasa yang ringan dan aftertaste yang murni telah menyentuh hati banyak wisatawan yang pernah menginjakkan kaki di dataran tinggi Tibet.
12. Bir Lhasa
Bir Lhasa - Minuman unik dengan cita rasa dataran tinggi yang kuat (Sumber foto: Dikumpulkan)
Masakan Tibet tak hanya menarik karena hidangannya, tetapi juga karena minumannya yang unik, dan bir Lhasa adalah salah satunya. Diproduksi dari jelai Qingke—biji-bijian khas dataran tinggi—bersama mata air segar yang mengalir dari Himalaya, bir Lhasa menghadirkan rasa yang menyegarkan dan ringan, cocok dinikmati setelah seharian bepergian atau saat bertemu teman.
Tidak terlalu kuat atau terlalu keras, bir Lhasa adalah minuman yang nikmat. Bagi orang Tibet, bir ini melambangkan hubungan antara tradisi dan modernitas. Selama festival, mereka sering mengangkat segelas bir Lhasa di dekat api unggun, diiringi musik dan tarian rakyat, menonjolkan puisi dan semangat komunitas di tanah suci ini.
13. Anggur Jelai Chang
Anggur jelai Chang adalah minuman yang digunakan pada acara-acara khusus oleh orang Tibet (Sumber foto: Dikumpulkan)
Bersama tsampa dan bir Lhasa, anggur jelai Chang adalah minuman tradisional yang identik dengan setiap festival, acara, dan kehidupan sehari-hari di Tibet. Diseduh dari jelai alami tanpa distilasi, Chang memiliki rasa yang sedikit manis, aroma yang lembut, dan kadar alkohol yang rendah, cocok untuk iklim dingin dan budaya minum yang ramah di dataran tinggi.
Chang tidak hanya untuk dinikmati, tetapi juga sebagai alat untuk mempersatukan semangat komunitas. Selama perayaan Tahun Baru, pernikahan, atau upacara keagamaan, orang-orang sering berkumpul, mengisi gelas-gelas Chang untuk dipersembahkan kepada para tamu. Setiap tegukan anggur mengandung makna baik, memohon kedamaian, keberuntungan, dan keharmonisan. Berbeda dengan anggur kuat di daerah lain, Chang menghadirkan rasa hangat, nyaman, dan kedekatan. Pembuatan bir rumahan menurut resep tradisional juga merupakan ciri khas masakan Tibet, yang mencerminkan keterikatan masyarakat terhadap tanah, musim, dan adat istiadat setempat.
14. Daging kering
Daging kering dari angin - Hidangan yang diproduksi dengan cara khusus yang sesuai dengan cuaca Tibet (Sumber foto: Dikumpulkan)
Dalam kekayaan kuliner Tibet, daging kering merupakan simbol yang tak terpisahkan. Terbuat dari daging sapi atau domba, dagingnya diiris tipis, direndam dengan garam dan rempah-rempah lokal, lalu digantung hingga kering di udara segar yang sejuk. Tanpa memerlukan teknologi pengawetan modern, orang Tibet memanfaatkan iklim kering dan dingin untuk mengawetkan cita rasa daging.
Dendeng ini memiliki rasa yang kaya dan sedikit manis dan sering disajikan dengan tsampa (tepung jelai panggang), mentega yak, atau dicampur dengan teh mentega. Sifatnya yang sederhana namun bergizi menjadikannya bagian tak terpisahkan dari setiap perjalanan panjang atau hari raya tradisional. Dendeng yang dikeringkan dengan angin merupakan cara bagi para nomaden untuk menceritakan kisah tentang kelangsungan hidup mereka di dataran tinggi.
Masakan Tibet tak hanya lezat, tetapi juga merupakan bagian penting dari budaya dan kehidupan sehari-hari di sini. Saat berkunjung ke Tibet, Anda akan berkesempatan untuk menikmati hidangan unik ini dan menjelajahi keindahan dataran tinggi yang luas. Mari jelajahi Tiongkok di dataran tinggi Tibet yang misterius bersama Vietravel dan ciptakan kenangan tak terlupakan dalam perjalanan Anda. Dengan hidangan yang hangat dan bergizi, masakan Tibet pasti akan meninggalkan kesan mendalam bagi para pengunjung.
Sumber: https://www.vietravel.com/vn/am-thuc-kham-pha/am-thuc-tay-tang-v16956.aspx
Komentar (0)