Bagaimana penerbangan dunia berubah setelah serangan teroris 11/9 di AS?

Amerika Serikat hari ini, 11 September (waktu AS), memperingati 22 tahun peristiwa ketika para pembajak menguasai pesawat komersial dan menabrakkannya ke gedung World Trade Center di New York dan Pentagon. Lebih dari 3.000 orang tewas.

Banyak hal telah berubah selamanya sejak serangan teroris, termasuk kebijakan penerbangan global.

Amerika hari ini memperingati ulang tahun ke-22 serangan teroris 11/9.

Terbang sebelum 11/9/2001 pasti sangat berbeda.

Tanyakan kepada siapa pun yang cukup umur untuk mengingatnya, dan mereka mungkin akan menjawab hal yang sama. Meskipun ada petugas keamanan, kondisinya tidak seinvasif sekarang, dan antrean panjang di pos pemeriksaan bandara juga tidak.

Penumpang juga dapat tiba di bandara beberapa menit sebelum penerbangan lepas landas dan dapat mengenakan sepatu serta mantel mereka sambil melewati detektor logam sederhana. Tak hanya itu, hampir semua orang dapat langsung menuju gerbang tanpa boarding pass atau bahkan menunjukkan kartu identitas.

Namun, insiden selama dua dekade terakhir telah mengubah keamanan bandara.

Kembali ke tahun 1970-an, ketika serangkaian pembajakan dan percobaan pembajakan memicu penerapan pemeriksaan keamanan terhadap penumpang dan barang bawaan mereka. Kemudian, pada tahun 1988, jatuhnya Pesawat Pan Am 103 di atas Lockerbie, Skotlandia, yang disebabkan oleh bom yang disembunyikan di dalam bagasi terdaftar, menjadi pemicu pemeriksaan bagasi terdaftar.

Akan tetapi, peristiwa tragis serangan teroris di Amerika Serikat pada 11 September 2001 lah yang benar-benar memunculkan fokus besar pada keamanan penerbangan yang kita kenal sekarang.

Kebanyakan orang ingat persis di mana mereka berada saat peristiwa mengejutkan itu terjadi - ketika empat pesawat yang dibajak menabrak menara kembar World Trade Center di New York, Pentagon, dan sebuah lapangan di Pennsylvania.

Itu adalah serangan teroris terbesar yang pernah disaksikan generasi kita dan mungkin dunia - dan itu akan mengubah cara kita terbang selamanya.

Sembilan belas teroris yang terkait dengan al-Qaeda membajak empat pesawat pada pagi hari tanggal 11 September 2001, menerobos keamanan bandara LAX, melewati detektor logam di empat pos pemeriksaan keamanan bandara dengan mudah dan dipersenjatai dengan senjata mematikan.

Pada akhir hari itu, 3.000 orang tewas.

9/11 adalah hari yang tidak akan pernah dilupakan oleh warga Amerika

200 langkah keamanan ditambahkan

Pakar perjalanan Dr David Beirman dari Universitas Teknologi Sydney mengatakan pembajakan telah beralih dari ancaman terhadap pesawat, penumpang dan awaknya menjadi penggunaan pesawat bermuatan bahan bakar sebagai senjata pemusnah massal.

"Dalam enam bulan setelah serangan 9/11, jumlah penumpang pesawat internasional menurun drastis. Meskipun serangan 9/11 menargetkan New York dan Washington DC, ada kekhawatiran nyata bahwa serangan teroris serupa dapat menargetkan gedung-gedung di kota besar mana pun di dunia," ujarnya kepada news.com.au.

Dr. David Beirman, yang menerbitkan buku pertamanya pada tahun 2003, Restoring Tourism Destinations in Times of Crisis, mendedikasikan satu bab penuh untuk membahas dampak 9/11 terhadap industri pariwisata, dengan penekanan pada keamanan penerbangan.

“Ini adalah pengubah permainan global untuk penerbangan dan keamanan bandara,” katanya.

Adegan pemeriksaan keamanan sederhana sebelum tahun 2001

Pada tahun 2002, Dr. Beirman menghadiri dua konferensi yang mengulas langkah-langkah keamanan global pasca-9/11. "Keamanan penerbangan dan bandara diatur secara ketat secara global. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) adalah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menetapkan standar global untuk maskapai penerbangan, dan Dewan Bandara Internasional menetapkan standar global untuk keamanan bandara."

Kedua lembaga ini, bersama dengan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), telah mengadakan sejumlah pertemuan dan konferensi untuk bersama-sama memutuskan langkah-langkah keamanan pasca-9/11 untuk meningkatkan keamanan penerbangan dan bandara," katanya.

Dia menghadiri dua konferensi – satu di Hong Kong dan satu di Vancouver – yang dihadiri oleh sejumlah besar eksekutif maskapai penerbangan dan bandara serta pakar keamanan.

Hasil akhirnya, kata Dr. Beirman, adalah serangkaian sekitar 200 langkah keamanan yang ditingkatkan, sebagian besar bersifat teknologi dan “sangat sedikit yang bersifat publik”.

Namun, salah satu tindakan paling penting dan "cukup mendasar" melibatkan penguatan dan penguncian pintu kokpit pesawat.

Keempat pembajakan 9/11 melibatkan teroris yang memasuki kokpit, dalam beberapa kasus menewaskan pilot, dan mengambil alih kendali pesawat yang dibajak dengan hasil mengerikan yang kita saksikan di New York dan Washington DC. Hal ini juga terjadi pada pembajakan-pembajakan sebelumnya. Melindungi kokpit dan awak adalah cara paling efektif untuk mengurangi kemungkinan pesawat dibajak oleh teroris.

"Patut dicatat bahwa sejak 11 September 2001, meskipun ada beberapa upaya pembajakan dan serangan terhadap pesawat sipil, belum ada upaya untuk mengambil alih kokpit," tambahnya.

Pintu kokpit diperkuat dan dikunci setelah tahun 2001.

Setelah 11/9, Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) dibentuk dan akan menjadi bagian dari Badan Keamanan Dalam Negeri yang baru dibentuk di Amerika Serikat.

Selain itu, Undang-Undang Keamanan Penerbangan dan Transportasi mengharuskan 100% bagasi terdaftar untuk diperiksa dengan sinar-X, dan undang-undang tersebut mengharuskan maskapai penerbangan untuk memperkuat pintu kokpit di pesawat mereka untuk mencegah penyerang masuk.

Saat ini, pelancong sering kali harus menunggu dalam antrean panjang di pos pemeriksaan keamanan dengan waktu tunggu hingga lebih dari satu jam.

Tergantung pada jenis alas kaki, beberapa penumpang akan diminta melepas sepatu, mengosongkan saku, dan mengeluarkan laptop serta perangkat dan aksesori lainnya, lalu meletakkan barang bawaan di atas baki sebelum memasuki pemindai seluruh tubuh beresolusi tinggi.

Semuanya tidak tersedia sebelum 11 September 2001.

Maskapai penerbangan AS merugi $8 miliar pada tahun 2001. Industri ini baru kembali untung pada tahun 2006. Kerugian membengkak menjadi $60 miliar selama periode lima tahun tersebut, dan maskapai penerbangan kembali merugi pada tahun 2008 selama Resesi Hebat. PHK pasca-9/11 mencapai puluhan ribu, dan para pekerja menghadapi pemotongan gaji yang besar. Hanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan lebih banyak PHK, tetapi dana talangan federal senilai $54 miliar yang memecahkan rekor telah melarang maskapai penerbangan melakukan PHK.

Bahkan sebelum pandemi, lapangan kerja di industri penerbangan AS belum pulih ke puncaknya di tahun 2001, menurut CNBC.

Tautan sumber: https://thanhnien.vn/hang-khong-the-gioi-da-thay-doi-the-nao-sau-khung-bo-119-o-my-185230911202341158.htm