Tekankan organisasi
Man City dengan cepat menegaskan superioritas mereka sebagai kandidat juara ketika mereka menghancurkan Wolverhampton 4-0 di laga pembuka musim. Erling Haaland menunjukkan "naluri pembunuh"-nya yang khas dengan 2 gol penting, sementara dua pemain baru, Reijnders dan Cherki, memberikan kesan yang kuat dengan kreativitas dan kemampuan mereka dalam menghubungkan permainan. Integrasi faktor-faktor baru yang cepat membantu pelatih Pep Guardiola memiliki lebih banyak pilihan taktis, terutama dalam konteks lini tengah yang kekurangan pilar seperti Kovacic, Rodri, dan Foden.
Tim tamu Tottenham juga mencatatkan debut impresif di bawah pelatih baru Thomas Frank ketika mereka mengalahkan Burnley 3-0. Tak hanya menyegarkan gaya bermain "Roosters", pelatih Thomas Frank juga menerapkan filosofi yang familiar: Menekankan organisasi, menyeimbangkan serangan dan pertahanan, serta memaksimalkan kekuatan kolektif.
Man City akan hadapi laga sengit kontra Tottenham di Etihad (Foto: PREMIER LEAGUE)
Dalam lawatan ke Etihad, Tottenham tidak diunggulkan oleh lawan-lawan mereka, tetapi itulah keunggulan pelatih Thomas Frank. Selama bertahun-tahun memimpin Brentford, ia kerap menyulitkan tim-tim besar dengan gaya bermainnya yang disiplin, ketat, dan sangat menyebalkan.
Meski absennya pemain kunci seperti Maddison, Udogie, Kulusevski, Tottenham tetap memiliki "kartu truf" penting: Romero dan Van de Ven menjadi pilar pertahanan, Porro dan Spence menghadirkan mobilitas di sayap, sementara lini depan memiliki Kudus, Johnson, dan Richarlison yang siap memanfaatkan peluang serangan balik.
Pertempuran taktis
Salah satu sorotan pertandingan ini adalah bagaimana Tottenham membatasi kreativitas Tijjani Reijnders - "konduktor" baru Man City. Pelatih Thomas Frank kemungkinan akan meminta lini tengah untuk bergerak lebih dalam, sambil membentuk "perisai ganda" untuk menutup ruang yang sering dimanfaatkan Reijnders. Ide ini mencerminkan filosofi "kunci suplai" yang familiar: menghalangi aliran bola dari tengah, alih-alih hanya berfokus menjaga Haaland.
Sementara itu, pelatih Guardiola tetap setia pada gaya bermain menekan tinggi, mengontrol dengan ketat, dan memanfaatkan ledakan pemain satelit seperti Doku, Bobb, atau Cherki untuk membuka ruang bagi Haaland dan Marmoush. Oleh karena itu, ini akan menjadi konfrontasi yang menarik antara "mesin penyerang" Pep dan "tembok pertahanan fleksibel" yang telah dibangun dengan susah payah oleh Frank.
Man City sangat takut menghadapi lawan yang memainkan serangan balik defensif yang baik, sementara Tottenham adalah tim dengan kemampuan transisi yang sangat baik. Dalam enam pertemuan terakhir di Liga Premier, Tottenham menang 2 kali dan kalah 2 kali, yang berarti mereka tidak kalah dari Man City.
Man City akan lebih dulu menyerang, sedangkan Tottenham cerdik dalam melakukan serangan balik, mampu mengoyak gawang lawan berkat kecepatan dan ketajaman lini serang, di mana Richarlison berperan kunci.
Dua pertandingan penting lainnya di babak 2 pada malam 23 Agustus: Brentford - Aston Villa (pukul 21.00), Arsenal - Leeds (pukul 23.30). Baik Arsenal maupun Leeds sama-sama meraih 3 poin di babak 1.
Laga di Etihad bukan hanya tolok ukur ambisi kedua tim, tetapi juga ajang bagi pelatih Thomas Frank untuk membuktikan kemampuan taktisnya. Jika Tottenham meninggalkan Manchester dengan satu poin, itu akan menjadi bukti kuat bahwa mereka siap bersaing di era baru.
Sumber: https://nld.com.vn/giai-ngoai-hang-anh-dai-chien-tai-etihad-196250822205745821.htm
Komentar (0)