Pria yang mengalami obesitas sering kali mengalami masalah disfungsi ereksi dan ejakulasi dini dibandingkan pria pada usia yang sama namun bugar.
Dr. Tra Anh Duy, Pusat Kesehatan Pria, mengatakan obesitas menyebabkan banyak masalah kesehatan, yang memengaruhi fungsi fisiologis dan ukuran penis.
Hiperlipidemia meningkatkan risiko aterosklerosis
Obesitas menyebabkan dislipidemia, meningkatkan kolesterol total dalam darah, dan menyebabkan aterosklerosis. Plak aterosklerotik menempel pada dinding pembuluh darah, menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Selain itu, ketika plak aterosklerotik terlepas ke pembuluh darah yang lebih kecil, mereka menyebabkan penyumbatan. Faktor-faktor ini menghambat aliran darah ke penis, sehingga secara langsung memengaruhi kemampuan ereksi, yang menyebabkan disfungsi ereksi pada pria.
Penyakit kardiovaskular dan efek obat kardiovaskular
Menurut sebuah studi terhadap pria lanjut usia, frekuensi disfungsi ereksi adalah 39% pada pasien dengan penyakit kardiovaskular yang menjalani pengobatan, dan 15% pada pria yang mengonsumsi obat antihipertensi. Obat kardiovaskular juga berkontribusi terhadap fungsi ereksi. Penanganan disfungsi ereksi pada pasien yang menggunakan diuretik dan obat antihipertensi juga perlu lebih hati-hati dibandingkan pada pria tanpa masalah kardiovaskular.
Dapat dilihat bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab disfungsi ereksi sekaligus faktor komplikasi dalam pengobatan disfungsi ereksi. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa obesitas berkaitan dengan penyakit kardiovaskular kronis seperti hipertensi, gagal jantung, dan penyakit arteri koroner kronis. Melalui penyakit-penyakit kronis ini, obesitas secara tidak langsung memengaruhi kondisi fisiologis pria. Para ilmuwan telah membuktikan bahwa penurunan berat badan pada pasien dengan masalah kardiovaskular membantu memperbaiki tingkat penyakit kardiovaskular, sehingga meningkatkan fungsi ereksi.
Gangguan gula darah terkait
Obesitas dan diabetes adalah dua masalah metabolisme yang seringkali berkaitan. Pria obesitas berisiko lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan pria dengan berat badan normal. Pada pria penderita diabetes, obesitas juga mempersulit pengendalian gula darah, yang menyebabkan munculnya komplikasi vaskular dan neurologis diabetes, sehingga memengaruhi fungsi ereksi.
Pada pria dengan disfungsi ereksi yang disertai gangguan gula darah, menstabilkan kadar gula darah kembali berkontribusi pada peningkatan ereksi. Penurunan berat badan merupakan salah satu metode efektif untuk mengontrol gula darah, sehingga meningkatkan fungsi fisiologis pria.
Penis terlihat lebih sederhana
Banyak pria obesitas sering merasa penis mereka lebih kecil dari sebelumnya. Namun, banyak penelitian menunjukkan bahwa obesitas tidak memperpendek bagian ini. Ketika pria obesitas, timbunan lemak sering menumpuk di perut dan tulang kemaluan. Lapisan lemak inilah yang mengubur sebagian kecil penis yang lembek, sehingga menciptakan perasaan lebih pendek.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa obesitas membuat penis "secara artifisial" pendek, sehingga memengaruhi psikologi pria, yang menyebabkan kecemasan dan rasa rendah diri saat berhubungan seks. Faktor psikologis ini sangat memengaruhi kemampuan ereksi.
Dokter Duy menyarankan agar pria mengendalikan berat badan dengan berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan yang seimbang dan sehat, yang akan membantu meningkatkan fungsi fisiologis mereka. Menurunkan berat badan juga membantu meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, memastikan kekuatan fisik dan kesehatan saat berhubungan seks.
Le Phuong
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)