Sejak Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina lebih dari dua tahun lalu, gambaran energi di Eropa telah berubah secara nyata.
Moskow tidak lagi menjadi pemasok gas utama ke “benua lama” karena negara-negara Eropa berjuang untuk menemukan cara untuk mengurangi ketergantungan mereka pada energi Rusia hingga nol.
Di antara berbagai sanksi yang dijatuhkan kepada Moskow terkait perang di Ukraina, Uni Eropa (UE) tidak pernah menghukum gas Rusia, tetapi bertujuan untuk “memotong” pasokan ini pada tahun 2027.
Pada bulan Februari, Komisaris Energi Uni Eropa Kadri Simson menjelaskan bahwa blok tersebut tidak berminat untuk memperpanjang perjanjian trilateral mengenai transit gas Rusia melalui Ukraina ke Eropa, yang akan berakhir pada akhir tahun ini.
Namun, sepersepuluh dari total impor gas Uni Eropa masih berasal dari Rusia. Seorang pakar menunjukkan bahwa Eropa mungkin membutuhkan waktu setidaknya 6-8 tahun untuk menemukan alternatif pengganti gas Rusia.
Karin Kneissl, yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Austria dari tahun 2017 hingga 2019, saat ini menjabat sebagai kepala Pusat GORKI di Universitas Negeri St. Petersburg. Foto: Euractiv
"Mereka saat ini sedang berusaha mencari sumber-sumber seperti Qatar, tetapi semuanya tergantung harga dan kondisi. Dan ini tentu tidak akan terjadi dalam waktu dekat, butuh setidaknya 6-8 tahun," ujar mantan Menteri Luar Negeri Austria Karin Kneissl kepada kantor berita negara TASS pada 16 April, menjawab pertanyaan tentang alternatif Eropa untuk gas Rusia.
Ibu Kneissl, yang saat ini menjabat sebagai kepala pusat GORKI di Universitas Negeri St. Petersburg, mencatat bahwa secara umum, sanksi terhadap Rusia memainkan peran positif dalam pengembangan ekonomi negara tersebut.
"Sanksi memaksa perusahaan-perusahaan Rusia untuk mengambil tindakan sendiri dan mencari solusi. Rusia sekali lagi menjadi pemimpin di sektor-sektor yang tidak terkait langsung dengan ekspor sumber daya alam," ujar mantan menteri luar negeri Austria dan analis energi tersebut.
Dalam perkembangan lain, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan dalam pembaruan terbarunya tentang prospek ekonomi global pada 16 April bahwa ekonomi Rusia akan tumbuh lebih cepat daripada AS dan sekutunya Prancis, Jerman, dan Inggris.
Perekonomian Rusia, meskipun dilanda sanksi ekonomi yang keras, tetap didukung oleh ekspor minyak yang stabil dan belanja pemerintah yang tinggi, kata pemberi pinjaman terbesar di dunia dalam perkiraannya .
Minh Duc (Menurut TASS, 9News, EUNews)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)