Ucapan terima kasih kepada orang yang membawa kelapa lilin ke Vietnam
Terletak di Kecamatan Tam Ngai, Vinh Long , Museum Kelapa Lilin diresmikan pada 13 Desember 2024 setelah hampir 2 tahun pembangunan, dengan total investasi lebih dari 20 miliar VND. Proyek ini dibangun di atas lahan seluas hampir 1.500 m2, terdiri dari 1 lantai dasar dan 2 lantai.
Tempat ini dengan gamblang menggambarkan kembali kisah pohon kelapa lilin, dari kemunculan pertamanya hingga perjalanan keterikatannya dengan kehidupan masyarakat adat. Ruang pameran ini menghormati pertukaran budaya yang unik antara tiga komunitas Kinh, Khmer, dan Tionghoa, yang telah bergandengan tangan untuk menciptakan ciri budaya yang unik bagi tanah ini.
Museum kelapa lilin yang diinvestasikan dan dibangun oleh Bapak Tran Duy Linh merupakan museum swasta pertama di Vinh Long. FOTO: DUY TAN
Hal yang tidak boleh dilewatkan di museum ini adalah area peringatan untuk Biksu Thach So, yang membawa kelapa lilin ke Vietnam pada tahun 1924. Patung lilin yang berwarna cerah dan pohon kelapa lilin asli berusia 100 tahun yang masih terawat di halaman museum merupakan artefak berharga yang mengingatkan kita akan asal-usul dan penyebaran pohon kelapa lilin.
Banyak lukisan tangan karya seniman rakyat Ly Lech juga berkontribusi memperkaya ruang pameran, menggambarkan perjalanan historis pohon kelapa lilin, dikaitkan dengan potongan-potongan kehidupan masyarakat Vinh Long yang sederhana namun unik.
Dua buah kelapa lilin berlapis emas dipajang di museum. FOTO: DUY TAN
Perjalanan untuk menemukan warisan
Hanya sedikit orang yang tahu bahwa museum ini dibentuk melalui perjalanan panjang, hening, namun penuh tekad dari Bapak Linh, pendiri Cau Ke Wax Coconut Processing Company Limited. Beliau menghabiskan bertahun-tahun bepergian, mendekati penduduk setempat, biksu, tetua, dan pakar tanaman untuk menelusuri sejarah kelapa lilin.
Beliau pergi ke Pagoda Botumsakor (Pagoda Cho, di Distrik Cau Ke, Tra Vinh ), tempat pohon kelapa lilin pertama yang ditanam oleh Yang Mulia Thach So disimpan. Melalui kisah para kepala biara, kisah dua pohon kelapa lilin pertama yang dibawa dari Kamboja ke Vietnam perlahan terungkap. Pohon kelapa lilin pertama yang berusia 100 tahun masih disimpan di halaman kuil, dan masih banyak pohon kelapa lilin yang diambil dari pohon kelapa lilin pertama yang tumbuh subur dan berbuah sepanjang tahun.
Menurut Bapak Linh, inilah pohon kelapa lilin asli (tanpa intervensi ilmiah - PV ) yang menghasilkan lilin berkualitas terbaik. Penduduk setempat membawanya kembali untuk ditanam dan kini telah menjadi mata pencaharian utama sebagian besar penduduk setempat.
Tak berhenti di situ, Bapak Linh terus mengumpulkan artefak, gambar, peralatan bertani, dan cerita rakyat terkait kelapa lilin untuk memulihkan sebagian ingatan masyarakat. Ini bukan hanya upaya pribadi, tetapi juga tindakan pelestarian warisan, melestarikan hal-hal yang terancam punah.
"Saya telah menjelajahi seluruh Vinh Long, dari desa-desa hingga daerah perkebunan kelapa, untuk menemukan benda-benda yang berkaitan dengan pohon kelapa lilin dan tradisi negeri ini. Saya berharap dapat memulihkan benda-benda bersejarah yang terlupakan," ujar Bapak Linh.
Jalan menuju terwujudnya museum tidaklah mulus. Keterbatasan dokumen ilmiah, artefak yang hilang, kesulitan keuangan, dan kurangnya pengalaman di bidang museum dan pariwisata merupakan hambatan yang harus dihadapi Bapak Linh dan rekan-rekannya.
Namun, dengan semangat dan ketekunan, ia perlahan-lahan berhasil mengatasinya. Banyak keluarga menyumbangkan barang antik dan peralatan berkebun kelapa ke museum. Selain itu, para pemuka agama Buddha dan tetua adat dengan antusias mendukung dokumen-dokumen tersebut, dan pemerintah daerah senantiasa mendampinginya, membantunya mewujudkan impiannya untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan menyebarkan nilai kelapa lilin kepada masyarakat lokal dan internasional.
Foto-foto ini menggambarkan kembali kisah pohon kelapa lilin, dari kemunculan pertamanya hingga perjalanannya memasuki kehidupan masyarakat adat. FOTO: DUY TAN
Pengunjung museum kelapa lilin. FOTO: DUY TAN
Pengembangan pariwisata yang terkait dengan konservasi
Museum Kelapa Lilin bukan hanya sebuah proyek budaya, tetapi juga membuka arah baru dalam pengembangan pariwisata yang berkaitan dengan pelestarian warisan budaya. Menurut Bapak Linh, tujuannya bukan hanya mencari keuntungan, melainkan menciptakan nilai berkelanjutan bagi masyarakat, melestarikan varietas kelapa lilin yang langka, meningkatkan kesadaran budaya, dan memajukan ekonomi lokal.
Di masa mendatang, Bapak Linh akan mempromosikan produk wisata pengalaman, melatih tim pemandu wisata profesional; sekaligus menjalin hubungan dengan mitra dalam dan luar negeri untuk memperkenalkan citra kelapa lilin kampung halamannya ke seluruh penjuru negeri.
Selain itu, Bapak Linh juga merupakan editor buku "Macapuno Wax Coconut - 100 Tahun Ikrar" , yang menghormati jasa orang yang pertama kali menanam pohon kelapa lilin di daerah ini. Sejarah 100 tahun pohon kelapa lilin dirangkum dalam 220 halaman, termasuk 4 bab yang menggambarkan alur sejarah, aspirasi untuk mengubah mata pencaharian masyarakat, pelaku bisnis, dan pemerintah daerah.
Sumber: https://thanhnien.vn/chang-trai-dau-tu-hon-20-ti-dong-xay-bao-tang-dua-sap-185250721182249413.htm
Komentar (0)