Gedung Putih belum membuat pengumuman apa pun tentang izin Ukraina untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia dengan senjata yang disediakan oleh Barat setelah pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada 13 September.
Presiden AS Joe Biden (kedua dari kiri) bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer (paling kanan) di Gedung Putih pada 13 September. (Sumber: PA Media) |
Menurut risalah pertemuan yang dirilis Gedung Putih, kedua pemimpin membahas situasi di Ukraina dan menyatakan keprihatinan atas tuduhan bahwa Iran dan Korea Utara memasok senjata ke Moskow dan Tiongkok "mendukung basis industri pertahanan Rusia," meskipun kedua negara membantahnya , kantor berita TASS melaporkan.
Mengenai Timur Tengah, kedua belah pihak menegaskan kembali komitmen mereka untuk mendukung Israel dan perlunya mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza sesegera mungkin, sambil mengutuk serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah.
Presiden Biden dan Perdana Menteri Starmer juga membahas kerja sama AS-Inggris dalam kerangka kemitraan militer trilateral dengan Australia (AUKUS), serta kerja sama di bidang ekonomi, energi bersih, dan teknologi maju.
Sementara itu, menurut kantor berita AFP , selama pertemuan di Gedung Putih, Perdana Menteri Starmer bermaksud menekan Presiden Biden agar mendukung rencananya untuk mentransfer rudal serang jarak jauh Storm Shadow buatan Inggris ke Ukraina untuk menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia.
"Saya pikir beberapa minggu dan bulan ke depan bisa sangat, sangat, sangat penting, bagi kita untuk mendukung Ukraina dalam perjuangan penting ini demi kebebasan," kata Perdana Menteri Inggris.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Ukraina tidak dapat menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia tanpa bantuan Barat karena mereka membutuhkan data pengintaian dari satelit untuk melakukan tindakan tersebut.
Menurut bos Kremlin, negara-negara anggota NATO tidak hanya memperdebatkan kemungkinan Kiev menggunakan senjata jarak jauh yang disediakan oleh Barat, tetapi pada dasarnya memutuskan apakah akan berpartisipasi langsung dalam konflik Ukraina.
Pemimpin tersebut memperingatkan bahwa jika keputusan diambil untuk "melepaskan" serangan jarak jauh Ukraina terhadap Rusia, AS, NATO, dan sekutunya akan bertabrakan dengan Moskow.
Namun, Presiden AS Joe Biden telah meremehkan ancaman perang dari Moskow. Presiden Biden menegaskan: "Saya tidak terlalu memikirkan Vladimir Putin."
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/tong-thong-my-gap-thu-tuong-anh-chang-co-quyet-dinh-coi-troi-cho-ukraine-ong-biden-noi-khong-nghi-nhieu-ve-tong-thong-nga-286263.html
Komentar (0)