(CLO) Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan BRICS sebagai anggota resmi, menandai tonggak penting dalam sejarah hubungan internasional regional.
Keputusan ini tidak hanya mencerminkan meningkatnya posisi Indonesia di kancah internasional, tetapi juga meningkatnya kekuatan Asia Tenggara dalam membentuk rantai pasokan global, terutama dalam industri strategis seperti energi terbarukan dan teknologi bersih.
Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia – logam yang penting untuk baterai kendaraan listrik, yang memainkan peran kunci dalam revolusi energi global. Partisipasi Indonesia dalam BRICS tidak hanya menguntungkan negara ini, tetapi juga blok tersebut karena sumber daya mineral Indonesia yang signifikan membantu memperkuat rantai nilai komoditas BRICS.
Bersama Indonesia, Malaysia dan Thailand – dua negara ASEAN yang merupakan mitra BRICS – memiliki sumber daya strategis yang berbeda. Malaysia merupakan eksportir gas alam terkemuka dan produsen timah utama. Sementara itu, Thailand merupakan salah satu produsen logam tanah jarang terbesar di dunia.
Masuknya negara-negara ini ke dalam BRICS tidak hanya membantu memperluas pasokan barang-barang strategis tetapi juga menciptakan aliansi yang kuat dalam industri-industri penting, mulai dari energi, pertanian hingga manufaktur teknologi tinggi.
Ilustrasi: GI/iStock
BRICS, yang awalnya beranggotakan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, telah berkembang menjadi blok ekonomi dan politik yang besar dengan bergabungnya anggota baru seperti Mesir, Etiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab tahun lalu. Bergabungnya Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya memperkuat status BRICS sebagai aliansi yang beragam dan mewakili kepentingan negara-negara di belahan bumi selatan.
Berkat penambahan anggota dari Asia Tenggara – kawasan yang kaya akan mineral dan sumber daya alam – BRICS sekarang mengendalikan sebagian besar pasokan global komoditas penting seperti minyak, gas alam, dan mineral penting.
Hal ini menciptakan penyeimbang yang kuat terhadap rantai pasokan yang didominasi Barat, terutama saat negara-negara G7 menata ulang rantai pasokan mereka.
Keuntungan Negara Asia Tenggara Saat Bergabung dengan BRICS
BRICS adalah platform di mana negara-negara anggota setara dan mengambil keputusan berdasarkan konsensus. Hal ini sangat kontras dengan lembaga-lembaga yang dipimpin Barat, yang seringkali didominasi oleh negara-negara besar.
Blok BRICS berfokus pada peningkatan pembangunan ekonomi, reformasi perdagangan, dan penanggulangan perubahan iklim. Kebijakan-kebijakan ini sejalan dengan kepentingan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara, membantu memastikan bahwa inisiatif-inisiatif seperti produksi energi bersih dan pengurangan emisi karbon didukung secara kuat.
BRICS juga telah bersatu dalam menentang sanksi ekonomi dan mekanisme penyesuaian perbatasan karbon yang diskriminatif. Bagi Indonesia dan negara-negara ASEAN, ini merupakan peluang untuk mempertahankan kepentingan nasional dari tekanan kebijakan perdagangan dan lingkungan yang dipaksakan Barat.
Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, sangat menentang gagasan NATO Asia dan prihatin dengan inisiatif-inisiatif seperti Kemitraan Keamanan Mineral (MSP) yang dipimpin AS. Keterwakilan di BRICS akan memperkuat suara ASEAN dalam urusan regional, memastikan penghormatan terhadap kepentingan regional.
BRICS juga memainkan peran penting dalam mendukung inisiatif pembangunan berkelanjutan dan memastikan perdamaian regional. Blok ini telah mendukung pembentukan zona bebas senjata nuklir dan mendorong perlucutan senjata. Indonesia, yang telah mengusulkan Perjanjian Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara, dapat memperoleh manfaat dari dukungan BRICS untuk mewujudkan inisiatif ini.
Selain itu, BRICS juga mendukung negara-negara di belahan bumi selatan dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Kesepakatan blok tersebut untuk membentuk Dana Kompensasi Kerusakan pada COP27 merupakan langkah maju yang penting, terutama bagi negara-negara Asia Tenggara yang rentan terhadap bencana alam dan kenaikan permukaan laut.
Titik balik bagi Belahan Bumi Selatan
Masuknya Indonesia ke dalam BRICS mencerminkan tren baru dalam hubungan internasional, di mana negara-negara di Global Selatan semakin memperoleh suara yang lebih besar.
Ketika lembaga-lembaga yang dipimpin Barat semakin menunjukkan kekurangan mereka – mulai dari kegagalan mencegah konflik bersenjata hingga bias dalam kebijakan luar negeri – BRICS telah muncul sebagai platform yang dapat diandalkan bagi negara-negara kecil dan menengah untuk mempertahankan kepentingan mereka.
Indonesia, sebagai pelopor di ASEAN, membantu kawasan ini terintegrasi lebih dalam ke dalam aliansi global, sehingga tidak hanya mendorong pembangunan ekonomi tetapi juga menciptakan dunia multipolar di mana kekuasaan didistribusikan secara lebih adil.
Ngoc Anh (menurut SCMP, Diplomat, Nikkei Asia)
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/indonesia-gia-nhap-brics-buoc-ngoat-cho-dong-nam-a-va-nam-ban-cau-post330066.html
Komentar (0)