Ekspor baja Tiongkok meningkat tajam, menghadapi risiko investigasi perdagangan

China mengekspor baja dalam jumlah tertinggi dalam delapan tahun pada bulan September saat industri tersebut bergulat dengan kelebihan kapasitas akibat kemerosotan properti dan lemahnya permintaan domestik, meningkatkan kekhawatiran bahwa lonjakan ekspor baja dapat memperburuk ketegangan perdagangan global.

Menurut data bea cukai, ekspor baja Tiongkok pada bulan September mencapai 10,15 juta ton, naik 25,9% year-on-year (yoy), level tertinggi sejak Juni 2016. Namun, nilai ekspor baja menurun 11,62% year-on-year. Sementara itu, dalam 8 bulan pertama tahun 2024, Tiongkok mengekspor 66,818 juta ton baja, naik 31,8% year-on-year, tetapi total nilai ekspor menurun 10,7%.

Dengan lebih dari separuh produksi baja dunia , Tiongkok mengonsumsi baja terutama di sektor-sektor seperti konstruksi, infrastruktur, permesinan, dan otomotif. Namun, industri konstruksi, yang menyumbang 35% dari konsumsi baja domestik, terpukul keras oleh krisis berkepanjangan di sektor properti. Hingga Agustus, jumlah rumah baru yang dibangun turun 22,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, memperlambat aktivitas konstruksi dan memaksa produsen baja untuk mencari pasar luar negeri.

Ekspor baja Tiongkok mencapai titik tertinggi dalam delapan tahun pada bulan September karena permintaan domestik menurun, sehingga meningkatkan risiko ketegangan perdagangan internasional - (Foto ilustrasi)

Dalam delapan bulan pertama tahun 2024, pasar ekspor baja terbesar Tiongkok adalah Vietnam (menyumbang 10,25% dari total ekspor), Korea Selatan (8,71%) dan Indonesia (5,25%).

"Masalah utamanya adalah kelebihan kapasitas dan persaingan antara baja murah dan baja berkualitas tinggi," ujar Yan Liang, ekonom di Universitas Willamette, AS. Ia mengatakan industri baja Tiongkok menghadapi masalah struktural terkait penawaran dan permintaan, dengan permintaan dari sektor perumahan menurun sementara produksi terus meningkat. Langkah Tiongkok untuk meningkatkan ekspor baja dapat meningkatkan ketegangan perdagangan dengan banyak negara.

Tiongkok telah menghadapi 28 investigasi perdagangan terkait baja tahun ini dari 12 negara, termasuk Uni Eropa, Amerika Serikat, Brasil, Vietnam, dan Malaysia. Jumlah ini meningkat dari hanya dua investigasi tahun lalu, yang keduanya diprakarsai oleh Amerika Serikat. Investigasi tersebut sebagian besar berfokus pada ekspor baja berlebih Tiongkok ke pasar internasional, yang memberikan tekanan pada produsen baja di negara lain.

Meskipun produksi baja Tiongkok dibatasi pada tahun 2016, produksi terus meningkat karena meningkatnya keuntungan industri, hingga pemangkasan kapasitas kembali diberlakukan pada tahun 2020. Namun, kerugian terjadi di mana-mana. Per 6 September, 95,7% dari 247 perusahaan baja yang disurvei di Tiongkok beroperasi dengan kerugian, menurut Mysteel.

Asosiasi Besi dan Baja Tiongkok baru-baru ini mengadakan pertemuan untuk mengatasi masalah kelebihan kapasitas, menekankan perlunya menghilangkan "kapasitas zombi" – bisnis-bisnis tidak efisien yang bergantung pada subsidi pemerintah . Asosiasi tersebut juga menyerukan merger dan divestasi bisnis-bisnis yang lemah untuk meningkatkan efisiensi produksi.

Ekspor baja Tiongkok diperkirakan mencapai 100 juta ton tahun ini, tertinggi dalam delapan tahun. Namun, dengan meningkatnya ekspor baja berlebih, risiko investigasi perdagangan internasional juga meningkat.

Industri baja Tiongkok berada di titik kritis karena menghadapi tekanan dari sumber domestik dan internasional. Meskipun peningkatan ekspor mungkin merupakan solusi sementara untuk mengatasi kelebihan kapasitas, dalam jangka panjang industri ini perlu melakukan restrukturisasi untuk memastikan keberlanjutan dan mengurangi risiko investigasi perdagangan.

https://www.scmp.com/economy/article/3282751/lonjakan-ekspor-baja-China-menimbulkan-kekhawatiran-bahwa-hal-ini-dapat-menambah-ketegangan-perdagangan

Sumber: https://congthuong.vn/xuat-khau-thep-trung-quoc-tang-manh-doi-mat-nguy-co-dieu-tra-thuong-mai-353245.html