Reuters pada tanggal 10 Februari mengutip data yang baru-baru ini dirilis oleh Kementerian Urusan Sipil Tiongkok yang menunjukkan bahwa tingkat pernikahan negara itu turun ke titik terendah yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun lalu, meskipun ada banyak upaya oleh pemerintah untuk mendorong pasangan muda untuk menikah dan memiliki anak guna mengatasi penurunan populasi.
Lebih dari 6,1 juta pasangan diperkirakan mendaftarkan pernikahan mereka pada tahun 2024, turun sekitar 20% dari 7,68 juta pasangan pada tahun 2023.
Pasangan mengambil foto pernikahan di provinsi Shandong (Tiongkok) pada bulan April 2024
Menurut demografer Yi Fuxian dari Universitas Wisconsin-Madison (AS), tingkat penurunan ini belum pernah terjadi sebelumnya, karena bahkan selama pandemi Covid-19 pada tahun 2020, tingkat pernikahan hanya turun sebesar 12,2%. Ia memperingatkan bahwa jika tren ini berlanjut, "ambisi politik dan ekonomi pemerintah Tiongkok akan terhambat oleh kelemahan demografi negara tersebut."
Menurunnya minat masyarakat Tiongkok untuk menikah dan memulai keluarga telah lama dikaitkan dengan tingginya biaya pengasuhan anak dan pendidikan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang lambat dalam beberapa tahun terakhir telah menyulitkan lulusan perguruan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang bekerja merasa tidak yakin akan prospek jangka panjang mereka.
Tiongkok memiliki populasi terbesar kedua di dunia, yaitu 1,4 miliar jiwa, dan merupakan salah satu negara dengan tingkat penuaan tercepat di dunia. Sekitar 300 juta penduduk Tiongkok diperkirakan akan pensiun dalam dekade mendatang. Para pejabat Tiongkok memandang perlunya mendorong pernikahan dan kelahiran anak sebagai hal yang mendesak. Langkah-langkah yang diambil tahun lalu termasuk mengimbau perguruan tinggi dan universitas untuk memperkenalkan " pendidikan cinta" guna menekankan pandangan positif tentang cinta, pernikahan, keluarga, dan memiliki anak.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/ty-le-ket-hon-o-trung-quoc-giam-ky-luc-185250210215204411.htm
Komentar (0)