Sebuah foto rumah beratap merah dengan fasad putih yang tampak tidak rusak di tengah reruntuhan setelah kebakaran hutan di kota Lahaina minggu lalu telah menjadi viral di media sosial.
Gedung Putih tetap utuh setelah kebakaran. Foto: LA Times
Rumah di Front Street bukan satu-satunya properti yang selamat dari kebakaran. Seluruh kompleks perumahan tidak mengalami kerusakan saat api melanda Maui. Namun, gambaran rumah yang utuh di tengah kehancuran begitu memukau sehingga beberapa orang menduga itu adalah kreasi digital, menurut Los Angeles Times .
Namun, pemiliknya, Dora Atwater Millikin dan suaminya, mengonfirmasi bahwa situasi tersebut memang nyata. Mereka sedang mengunjungi keluarga di Massachusetts ketika kebakaran terjadi dan baru saja merenovasi rumah tersebut, tetapi bukan dengan tujuan untuk melindunginya dari kebakaran. Rumah berusia 100 tahun itu dulunya adalah rumah seorang pemegang buku untuk Pioneer Mill Co., sebuah perkebunan tebu yang telah beroperasi di Lahaina sejak pertengahan abad ke-19. Para pemiliknya berusaha untuk merestorasi beberapa arsitektur aslinya.
Dengan restu pemerintah daerah, keluarga Millikin mengganti atap sirap aspal dengan atap logam. Rumah itu awalnya beratap kayu atau seng bergelombang. Para pemilik rumah juga memasang batu ubin dari tanah hingga atap yang menjorok 7,5 hingga 10 cm di atas dinding. Pasangan itu menyingkirkan semua dedaunan yang menyentuh rumah, bukan untuk mengurangi risiko kebakaran, tetapi karena mereka khawatir rayap dapat menyebar ke seluruh rangka kayu. Satu-satunya pertahanan mereka terhadap bencana itu adalah memasang kasau badai.
Perubahan-perubahan ini tampaknya memiliki efek yang tidak disengaja, yaitu membuat rumah lebih tahan api. "Saat kebakaran terjadi, ada potongan-potongan kayu berukuran 6 hingga 12 inci yang melayang di udara, menghantam atap rumah. Jika atapnya terbuat dari sirap aspal, akan terbakar. Jika tidak, kayunya akan jatuh dari atap dan kemudian membakar dedaunan di sekitar rumah," kata Millikin.
Atap adalah faktor nomor satu yang berkontribusi terhadap kerentanan rumah terhadap kebakaran karena berfungsi sebagai penyangga api yang kuat, kata Susie Kocher, penasihat kehutanan di University of California Cooperative Extension. Faktor berikutnya adalah lingkungan sekitar, area di sekitar bangunan. Para ahli menyarankan agar pemilik rumah membersihkan vegetasi yang mudah terbakar dalam radius 1,5 meter dan menggantinya dengan material keras seperti paving block atau kerikil, seperti yang dilakukan keluarga Millikin. "Jika vegetasi atau semak belukar, terutama vegetasi yang mudah terbakar, berada tepat di sebelah rumah dan terbakar, panasnya dapat memecahkan jendela dan api dapat masuk ke dalam rumah melalui jendela tersebut," kata Kocher.
Rumah Millikin juga bisa lebih menguntungkan karena lokasinya yang jauh dari bangunan lain di lingkungan tersebut, yang dikelilingi oleh laut, jalan, dan lahan seperti taman di tiga sisinya. "Salah satu sumber api terbesar adalah rumah-rumah di sebelahnya. Jadi, ketika satu rumah terbakar, jika ada rumah lain di dekatnya, api bisa menyebar," jelas Kocher.
Risiko tersebut paling tinggi ketika rumah yang terbakar berjarak 10 meter atau kurang, menurut Stephen Quarles, penasihat kehormatan Cooperative Extension. Bagian yang paling rentan adalah sisi-sisi rumah, jendela, lantai, dan loteng.
Ketika kebakaran hutan melanda suatu lingkungan, tidak jarang beberapa rumah tetap berdiri tegak sementara yang lain terbakar habis, karena angin meniup api ke area rentan bangunan atau pepohonan di sekitarnya. Beberapa rumah juga lebih tahan api daripada yang lain. Banyak yang berspekulasi bahwa rumah Millikin selamat karena sistem sprinkler otomatisnya. Faktanya, rumah mereka memang selamat, tetapi banyak rumah serupa di daerah itu yang terbakar habis. Listrik di rumah padam ketika kebakaran terjadi, dan sistem sprinkler tidak berfungsi.
An Khang (Menurut Los Angeles Times )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)