Sebuah tim peneliti menemukan bukti benua yang hilang tersembunyi di bawah hutan beberapa pulau di Asia Tenggara.
Lokasi benua Argoland. Foto: Universitas Utrecht
Para ahli geologi telah lama menduga bahwa sekitar 155 juta tahun yang lalu, sebuah benua yang panjang terpisah dari Australia barat laut dan hanyut. Bukti peristiwa ini adalah kekosongan yang ditinggalkannya, sebuah cekungan yang disebut Delta Argo, jauh di bawah laut lepas Australia. Struktur dasar laut di sana menunjukkan bahwa benua yang disebut Argoland itu pasti telah hanyut dari timur laut, dan akhirnya berakhir di tempat yang sekarang menjadi kepulauan Asia Tenggara, lapor Newsweek pada 23 Oktober.
Argoland membentang lebih dari 4.828 kilometer dari Australia bagian barat hingga Papua Nugini bagian utara. Para peneliti berharap menemukan benua padat yang tersembunyi di bawah kepulauan di Asia Tenggara ini, tetapi benua sebesar itu belum ditemukan di wilayah tersebut, kecuali beberapa fragmen kecil. Mereka menduga fragmen benua kecil ini milik Argoland, tetapi ukurannya hanya sebagian kecil dari ukurannya. Selain itu, fragmen-fragmen ini dikelilingi oleh sisa-sisa cekungan samudra yang berusia 205 juta tahun, jauh lebih tua daripada bebatuan di Delta Argo. Hal ini menunjukkan bahwa fragmen-fragmen tersebut hanyut dari Australia jauh lebih awal daripada hipotesis bahwa Argoland terpecah sekitar 155 juta tahun yang lalu.
Untuk memastikan apakah fragmen tersebut benar-benar milik Argoland, ahli geologi Douwe van Hinsbergen dan rekan-rekannya di Universitas Utrecht di Belanda merekonstruksi sejarah benua yang hilang tersebut dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Gondwana Research. Jika Argoland menghilang karena subduksi, itu akan menjadi berita buruk karena menimbulkan masalah ilmiah yang besar. Para peneliti bisa saja melewatkan seluruh benua yang hilang yang telah tersubduksi ke dalam mantel Bumi.
Namun, dalam sebuah studi baru, dua ahli geologi telah menentukan bahwa Argoland masih ada, meskipun terfragmentasi. Untuk melakukan studi ini, Advokaat dan Van Hinsbergen menggunakan perangkat lunak yang memungkinkan mereka merekonstruksi pergerakan lempeng tektonik selama ratusan juta tahun. Hasilnya mengungkapkan bahwa Argoland bukanlah bongkahan batuan padat ketika terlepas dari Australia 155 juta tahun yang lalu. Sebaliknya, Argoland terpecah menjadi semacam "kepulauan" yang terdiri dari benua-benua kecil dan cekungan samudra yang saling terkait pada saat itu. Proses ini serupa dengan sejarah banyak benua lain yang hilang, seperti Zealandia di lepas pantai timur Australia dan Greater Adria di Mediterania. Terpecahnya Argoland merupakan proses yang dimulai lebih dari 200 juta tahun yang lalu.
Fragmen benua yang dulunya membentuk Argoland terletak di Myanmar dan pulau-pulau di Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Timor. Semua pulau ini (setidaknya sebagian) dikelola oleh Indonesia. Dalam kasus Kalimantan, sebagian wilayahnya dimiliki oleh Malaysia dan Brunei. Sementara itu, Timor terbagi menjadi dua bagian: Timor Timur, yang sekarang menjadi negara merdeka dengan nama yang sama, dan Timor Barat, yang merupakan bagian dari provinsi Nusa Tenggara Timur di Indonesia. Para ahli geologi juga telah melakukan penelitian lapangan di beberapa pulau untuk menguji rekonstruksi tersebut.
An Khang (Menurut Newsweek )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)