Tanpa kartu jurnalis atau posisi di kantor redaksi mana pun, selama hampir 15 tahun, penyair Nguyen Duy Xuan (lahir tahun 1957) terus menulis artikel dengan keseriusan dan ketepatan.
Lahir dan besar di distrik Nam Dan (provinsi Nghe An), Nguyen Duy Xuan mulai menulis puisi sejak usia muda, dengan penuh semangat menekuni kata-kata dengan inspirasi yang berlimpah di masa-masa sulit. Pada tahun 1979, ia pergi ke Dak Lak untuk bekerja, dan takdir mempertemukannya dengan podium, dengan kapur dan papan tulis. Namun, kata-kata dalam bentuk puisi dan jurnalisme tetap menjadi sumber daya yang tak ternilai yang selalu mengalir dalam dirinya.
Meski usianya hampir 70 tahun, penyair Nguyen Duy Xuan masih mempertahankan gairahnya, tekun menulis artikel dan menggubah puisi dan sastra. |
Meskipun bukan seorang jurnalis profesional, penyair Nguyen Duy Xuan memiliki gaya penulisan yang tajam dan mendalam, terutama di bidang komentar politik dan peristiwa terkini. Ia telah meninggalkan kesan mendalam tidak hanya di halaman surat kabar, tetapi juga di hati para penikmat kata. Penyair Nguyen Duy Xuan selalu percaya bahwa, selain pena yang tajam dan hati yang profesional, seorang jurnalis juga harus memiliki standar dalam menulis, menjaga kemurnian bahasa Vietnam, berhati-hati, dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hasil karyanya. Hingga kini, selain menulis puisi dan sastra, ia telah menulis lebih dari 1.000 karya jurnalistik. Bagi penyair Nguyen Duy Xuan, jurnalisme adalah tempat penanya lebih tajam, lebih waspada, dan juga lebih berani ketika berani menghadapi isu-isu sosial yang pelik.
Penyair Nguyen Duy Xuan berbagi: “Menulis untuk surat kabar membantu saya menjalani kehidupan sastra. Bukan untuk ketenaran, bukan pula untuk royalti, tetapi terutama untuk gairah.”
Hingga kini, di usianya yang hampir 70 tahun, ia masih memelihara api semangatnya, tekun menulis artikel, menggubah puisi, dan menulis karya sastra. Setiap hari, ia menghabiskan 2-4 jam untuk duduk, meneliti, dan menulis dengan semangat yang tenang dan kesadaran profesional yang mendalam.
Banyak orang memasuki dunia sastra dari ruang kuliah, sementara yang lain memasuki dunia jurnalisme melalui kantor redaksi yang ramai. Namun, Truong Nhat Vuong (lahir tahun 1970) – seorang penulis yang dikenal pembaca di seluruh negeri – memulai karier menulisnya dari sebuah perjalanan yang berliku dan penuh peristiwa dalam mencari nafkah. Setelah berkelana di berbagai jalan sebagai pengemudi, lalu beralih menjadi guru mengemudi, ia menuangkan dampak kehidupan ke dalam setiap katanya.
Pada tahun 2011, saat sedang berada di dalam bus yang membawa istri dan anak-anaknya dari Dak Lak ke Do Luong (Provinsi Nghe An ), ketika melewati Thua Thien - Provinsi Hue, mobilnya tiba-tiba terbalik dan masuk ke sebuah ladang. Kecelakaan itu melukai banyak orang. Untungnya, istri dan anak-anaknya selamat, tetapi insiden itu membuatnya mempertanyakan etika profesional dalam profesi mengemudi. Berangkat dari kekhawatiran itu, ia menulis artikel pertamanya "Semenit cepat, seumur hidup lambat" yang diterbitkan di Surat Kabar Tien Phong pada 23 Juli 2011.
Tuan Truong Nhat Vuong berdiskusi tentang buku dengan para pembaca. |
Setelah artikel itu, perjalanan menulisnya dimulai. Ia berkolaborasi dengan banyak surat kabar, menulis tentang ketidaknyamanan di jalan atau nasib yang tak terduga... Artikel-artikelnya sederhana, selalu tulus dan sarat pengalaman. Lembaran-lembaran surat kabar tersebut kemudian dikumpulkan dan disempurnakannya menjadi memoar dan laporan "Jangan biarkan aku mengucapkan kata 'seandainya'" (terbit tahun 2014) dan memoar lalu lintas "Seandainya" (terbit tahun 2019). Tak hanya berisi catatan tentang kecelakaan lalu lintas, buku-buku tersebut juga menjadi tempat ia berbagi pengalaman mengemudi, keterampilan menangani situasi, serta pemikiran mendalam tentang perilaku, etika, dan kemanusiaan dalam hidup.
Pada tahun 2012, ia menjadi anggota Ikatan Sastra dan Seni Provinsi Dak Lak, dan resmi terdaftar dalam jajaran penulis dan penyair. “Menulis untuk surat kabar membantu saya tetap waspada terhadap lika-liku kehidupan yang berduri, memaksa diri untuk ringkas, tepat, dan tidak mudah menerima kebenaran. Sastra, di sisi lain, memungkinkan saya untuk melambung tinggi, menyelami jiwa manusia, mencapai ujung emosi. Satu sisi bagaikan lampu depan yang menerangi kenyataan, sisi lainnya bagaikan api yang membara menghangatkan hati manusia. Kedua dunia ini tampak bertolak belakang tetapi saling melengkapi, memungkinkan saya untuk tetap membumi dan sedikit bermimpi di langit kata-kata...”, Truong Nhat Vuong berbagi.
Mungkin itulah sebabnya setiap tulisannya tak hanya berisi informasi, tetapi juga mengandung emosi, pemikiran, dan terkadang sedikit metafora sastra. Sebaliknya, dalam tulisan-tulisannya selalu terdapat semangat kritik, refleksi, dan warna jurnalistik yang kuat. Di antara kedua bidang tersebut, Truong Nhat Vuong berjalan dengan tenang, tidak memilih salah satu sisi sebagai penopang, melainkan membiarkan jurnalisme dan sastra mendukung, menerangi, dan memelihara perjalanan menulis sebagai dua sisi dari sebuah gairah yang disebut kata-kata.
Sumber: https://baodaklak.vn/xa-hoi/202506/niem-dam-me-mang-ten-chu-nghia-3e60418/
Komentar (0)