Baru-baru ini, jejaring sosial Tiongkok menyebarkan gambar kue ulang tahun yang sangat istimewa dan momen seorang anak laki-laki menangis setelah membuka kue pemberian orang tuanya.
Hari itu, ketika baru pulang sekolah, anak laki-laki itu duduk dengan riang menunggu hadiah ulang tahun dari orang tuanya. Ketika melihat ayahnya membawa kue ulang tahun, anak laki-laki itu sangat gembira. Namun, ketika ia membuka kue itu, semua rasa penasarannya akan hadiah itu tiba-tiba sirna karena kata-kata yang tercetak di kue itu.
Di kue ulang tahun itu tertulis: "Sampai Bumi hancur, kamu tetap harus mengerjakan PR-mu." Di sekeliling kue dihiasi gambar-gambar buku matematika, buku bahasa Mandarin, dan buku bahasa Inggris.
Kue ulang tahun itu membuat anak laki-laki itu menangis ketika melihatnya.
Melihat kue ulang tahun dan tulisan di atasnya, anak laki-laki itu langsung menangis.
Tak lama kemudian, netizen berkomentar tentang kejadian tersebut. "Ini kue ulang tahun yang paling kejam. Orang tua juga harus bisa menempatkan diri di posisi anak-anak mereka", "Anak itu tidak menyangka kue ulang tahun yang sudah lama dinantikannya akan terlihat seperti ini. Sulit ditelan", "Kalau anak saya dapat kue seperti ini, dia tidak akan terluka, tapi akan bertanya, 'Bu, boleh dimakan?'"
Namun, banyak orangtua yang setuju dengan orangtua anak laki-laki itu dan mengatakan bahwa mereka akan memberikan kue serupa kepada anak mereka untuk ulang tahunnya yang akan datang.
Psikolog Tiongkok mengatakan bahwa banyak orang tua memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anak-anak mereka. "Semoga putra mereka menjadi naga dan putri mereka menjadi burung phoenix" adalah konsep ideologis banyak orang tua.
Dengan konsep ini, ketika prestasi anak tidak memenuhi standar, orang tua akan segera dan secara ketat menyelidiki penyebabnya. Seiring waktu, anak-anak tidak berani bertanya kepada orang tua mereka jika mereka mengalami kesulitan belajar karena takut ditegur. Oleh karena itu, tekanan psikologis yang berlebihan pada anak berkaitan erat dengan tuntutan ketat orang tua mereka.
“Rahasia” untuk membantu anak-anak menikmati pembelajaran
Waktu istirahat yang wajar
Ketika anak-anak berada di bawah tekanan belajar yang ekstrem, emosi mereka cenderung menjadi lebih negatif, dan kreativitas serta kemandirian mereka juga akan terpengaruh sampai batas tertentu. Anak-anak juga akan relatif mudah tersinggung dan gelisah secara mental. Seiring waktu, anak-anak akan mengembangkan emosi seperti kebosanan dalam belajar.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya memberikan waktu istirahat yang cukup kepada anak agar anak dapat melakukan hal-hal yang disukainya seperti menonton kartun, berbelanja bersama teman, dan sebagainya. Waktu istirahat ini sepenuhnya bergantung pada anak itu sendiri, hal ini akan membantu meredakan dan mengurangi emosi negatif anak secara efektif.
Sering memuji
Selama proses pembelajaran anak, orang tua hendaknya belajar untuk lebih banyak memuji anak-anaknya, daripada hanya melihat usaha anak-anaknya dalam hal hasil belajar.
Pujian yang tepat dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak dalam belajar dan membantu meningkatkan efisiensi belajar mereka. Ketika hasil belajar anak menurun, orang tua hendaknya dengan sabar membantu anak menemukan penyebabnya dan mendorong mereka untuk terus belajar keras, alih-alih menyalahkan dan mengkritik secara membabi buta.
Dengan cara demikian, anak akan berkomunikasi aktif dengan orang tuanya ketika menemui kesulitan dalam belajar, yang juga dapat menjaga semangat belajarnya.
Dieu Anh (Sumber: Sina)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)